Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Unik Katak Tungara, Mampu Hidup di Berbagai Tipe Habitat

Katak tungara (commons.wikimedia.org/Brian Gratwicke)

Engystomops pustulosus atau katak tungara merupakan spesies katak yang bisa ditemukan di wilayah Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Ia mampu menghuni berbagai tipe habitat, mau itu habitat yang basah, punya vegetasi rapat, sampai habitat yang kering. Hal tersebut sangat unik mengingat katak lain umumnya hanya bisa hidup di satu tipe habitat. Selain itu, katak tungara juga termasuk hewan nokturnal yang artinya aktivitasnya akan memuncak pada malam hari.

Selayaknya katak lain, katak tungara juga mampu mengeluarkan suara keras yang khas. Nah, suara ini disebut mating calls dan akan dikeluarkan dalam rangka menarik perhatian lawan jenis. Mating calls ini sangat penting karena jika suara yang dikeluarkan tidak menarik maka katak jantan tak akan bisa kawin. Selain habitat dan kebiasaannya, katak ini juga menyimpan keunikan lain dan beberapa diantaranya akan kita ulik secara mendalam di artikel ini!

1. Bisa hidup di daerah tropis, subtropis, sampai daerah kering

Katak tungara (commons.wikimedia.org/Brian Gratwicke)

Biasanya katak atau kodok hanya bisa hidup di daerah lembab seperti rawa, sungai, atau hutan. Namun hal tersebut tidak berlaku bagi katak tungara karena hewan ini mampu hidup di berbagai tipe habitat. Ia bisa ditemui di hutan hujan tropis, hutan subtropis, daerah lembab, savana, savana lembab, padang rumput, padang rumput kering, semak-semak, rawa, kolam, sungai, saluran air, sampai danau.

Jika berbicara penyebaran, katak berukuran kecil ini dapat ditemukan di wilayah Amerika Tengah dan Selatan, jelas GBIF. Spesifiknya ia menghuni beberapa negara, seperti Trinidad dan Tobago, Venezuela, and kemungkinan juga dapat ditemukan di Guyana. Secara umum ia lebih sering ditemukan di dataran rendah, namun dalam beberapa kesempatan amfibi ini juga dapat ditemukan di dataran tinggi yang ketinggiannya mencapai 1,540 meter di atas permukaan laut.

2. Aktivitasnya akan memuncak pada malam hari

Katak tungara (commons.wikimedia.org/Brian Gratwicke)

Katak tungara merupakan hewan nokturnal yang artinya ia lebih suka beraktivitas pada malam hari. Di siang hari amfibi ini lebih sering bersembunyi dan beristirahat di tempat yang gelap dan jauh dari jangkauan predator. Nah, saat matahari mulai terbenam barulah ia akan keluar dari tempat persembunyiaannya dan mulai berkelana, berenang, atau mencari makanan. Uniknya katak ini tidak secara spesifik memakan semut, berbeda dari katak lain seukurannya, jelas Britannica. Daripada semut, makanan utama katak tungara adalah serangga dan invertebrata lain, entah belalang, jangkrik, kecoa, larva serangga, atau ngengat. 

3. Katak betina sangat suka dengan suara kompleks yang dikeluarkan katak jantan

Katak tungara (commons.wikimedia.org/brian.gratwicke)

Seperti katak dan kotok lain, katak tungara jantan mampu mengeluarkan suara keras atau mating calls dalam rangka menarik perhatian betina. Biasanya mating calls tersebut akan dikeluarkan pada malam hari saat musim hujan. Tipe suara yang bisa diproduksi oleh katak jantan juga beragam, seperti suara bernada tinggi, suara sederhana, suara bernada rendah, sampai suara yang kompleks. Uniknya, katak betina punya preferensi tersendiri soal suara yang dikeluarkan oleh katak jantan.

Dilansir iNaturalist, umumnya katak betina lebih suka suara yang kompleks, berfrekuensi rendah, atau suara yang sejenis. Jika katak betina sudah menemukan jodohnya ia akan menirukan suara yang dikeluarkan katak jantan sebagai tanda ketertarikan untuk kawin. Setelah kawin katak tungara akan membuat sarang di air yang mana sarang tersebut terbentuk dari busa. Sarang tersebut akan jadi tempat untuk menaruh telur katak yang kemudian anakan katak akan meninggalkan sarang dalam waktu empat hari.

4. Memiliki hubungan simbiosis dengan tarantula

Katak tungara (commons.wikimedia.org/Brian Gratwicke)

Sebagai amfibi katak ini sangat unik karena memiliki hubungan simbiosisi mutualisme dengan organisme lain. Secara singkat, simbiosis mutualisme adalah hubungan antara dua organisme yang saling menguntungkan. Dalam hal ini, katak tungara memiliki simbiosis mutualisme dengan Xenesthis immanis atau tarantula hitam kolombia, jelas Scientific American. Simbiosis tersebut terbilang cukup unik di mana katak tungara akan melindungi telur tarantula dari serangan semut sementara tarantula akan melindungi katak tungara dari serangan predator seperti burung, kadal, ular, atau kucing besar.

5. Memiliki dua corak yang digunakan untuk mempertahankan diri dari predator

Katak tungara (commons.wikimedia.org/Brian Gratwicke)

Artikel di jurnal Journal of Urban Ecology menjelaskan kalau katak tungara memiliki dua tipe corak, yaitu corak polos dan corak bergaris. Uniknya perbedaan corak tersebut ada hubungannya dengan habitat dan pertahanan diri. Pertama, katak tungara yang hidup di dekat area pemukiman cenderung punya corak bergaris. Di lain sisi, individu yang hidup di hutan atau di alam liar cenderung memiliki corak polos. Nah, perbedaan corak tersebut memudahkan katak tungara untuk berkamuflase dan bersembunyi di habitatnya.

Katak bercorak polos akan lebih mudah bersembunyi di dedaunan kering dan kayu kering yang ada di hutan. Sementara itu, corak garis pada populasi di area pemukiman memudahkan mereka untuk bersembunyi di bebatuan dan bangunan. Tak hanya itu, predator yang mengancam katak tungara juga bervariasi, seperti kelelawar, opposum, katak lain yang lebih besar, dan kepiting. Burung predator, ular, kadal, dan mamalia predator juga mengancam hewan ini, khususnya bagi populasi yang hidup di area pemukiman.

Katak tungara kelihatannya memang seperti katak biasa, namun setelah diulik ternyata ia menyimpan banyak hal unik. Pertama, katak tungara hanya bisa ditemukan di benua Amerika dan bisa hidup di berbagai habitat entah habitat yang basah atau kering. Ia juga punya mating calls yang unik. Kehidupannya juga tak kalah menarik di mana hewan ini punya hubungan simbiosis dengan tarantula. Tak hanya itu, amfibi ini ternyata juga punya corak yang berbeda tergantung di mana ia tinggal.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us