5 Bagian Hiu yang Banyak Diambil Manusia, Kamu Pernah Makan?

- Sirip hiu diambil untuk sup mewah dan dibanderol dengan harga tinggi.
- Minyak hati hiu kaya akan vitamin dan mineral sehingga digunakan sebagai suplemen kesehatan dan kosmetik.
- Daging hiu sering dijual dengan nama menyesatkan dan mengandung racun berbahaya bagi manusia.
Seram, haus darah, dan mematikan, demikianlah gambaran umum hiu di benak kita. Paranoia berenang di pantai jadi hal yang sangat wajar untuk dimiliki. Namun, faktanya angka kematian hiu di tangan manusia ribuan kali lebih tinggi daripada angka kematian manusia di mulut hiu.
Setidaknya, 100 juta hiu dibunuh manusia setiap tahunnya. Gak banyak yang sadar kalau sirip bukanlah satu-satunya bagian tubuh hiu yang dijadikan komoditas menguntungkan. Bahkan, kemungkinan besar kamu pernah menggunakan produk yang diambil dari hiu tanpa kamu sadari. Gak percaya? Berikut lima bagian hiu yang paling banyak diambil oleh manusia!
1. Sirip

Sudah jadi rahasia umum kalau sirip hiu banyak diambil untuk dijadikan sup mewah. Sup sirip hiu diyakini bercita rasa lezat dan punya banyak manfaat. Menurut informasi dari laman Oceana, sup sirip hiu dibanderol dengan harga 100 dolar Amerika (Rp1,6 juta) per mangkuk. Adapun, satu sirip hiu utuh memiliki nilai lebih dari 1.300 dolar Amerika (Rp21 juta). Gak heran kalau perburuan sirip hiu makin tak terkendali.
Laman Britannica mengungkap kalau praktik ini diperkirakan muncul sekitar tahun 1000 M di Tiongkok. Banyak hiu ditangkap, lalu sirip mereka diambil. Sementara, tubuh mereka dibuang begitu saja ke laut untuk menghemat ruang kargo. Meski beberapa negara telah melarang praktik ini, puluhan juta hiu tetap mati dengan cara ini setiap tahun.
Perlu diketahui kalau sirip hiu mengandung neurotoksin β-Methylamino-L-alanine (BMAA). Racun ini diproduksi oleh sianobakteri. Mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi BMAA berpotensi menimbulkan berbagai jenis penyakit neurodegeneratif pada manusia.
2. Hati

Gak seperti ikan pada umumnya, hiu gak punya gelembung renang atau swimming bladder. Agar bisa mengapung di dalam air, hiu punya hati berukuran besar yang penuh minyak. Mengutip laman Humane World for Animals, minyak hati hiu kaya akan vitamin dan mineral, seperti vitamin A, vitamin D, asam lemak omega-3, alkylglycerol (AKG), hingga alkohol lemak yang bermanfaat bagi tubuh. Sementara, komponen utama dari minyak hati hiu ialah kandungan bernama skualena.
Karena kandungan-kandungan tersebut, minyak hati hiu banyak dijadikan suplemen kesehatan. Kandungan skualena juga digunakan secara luas sebagai kandungan kosmetik dan perawatan kulit. Meski skualena sebenarnya bisa diekstrak dari tumbuhan, laman Earth.Org melansir bahwa biayanya 30 persen lebih mahal sehingga skualena dari hiu lebih menguntungkan dilihat dari segi bisnis. Hiu-hiu yang hidup di perairan dalam dan dingin paling sering ditarget karena kandungan skualena yang lebih tinggi.
3. Daging

Meski merupakan predator puncak, hiu tetap tak luput untuk diambil daging mereka. Daging hiu umumnya ditawarkan dalam bentuk steik, filet, atau flake. Sayangnya, daging hiu sering dijual atau disajikan dengan nama-nama menyesatkan. Menurut Oceanic Preservation Society, istilah untuk daging hiu bervariasi di setiap negara dan bahasa. Beberapa di antaranya ada flake, surimi, rock salmon, ikan putih (white fish), grayfish, seabass, halibut, dan lain-lain. Bahkan, makanan hewan peliharaan juga bisa mengandung daging hiu dengan label whitefish dan ocean fish atau 'ikan laut'.
Hiu cenderung memiliki kandungan beracun tinggi karena terakumulasi dari mangsa-mangsa mereka lewat proses biomagnifikasi. Makin tinggi posisi mereka dalam rantai makanan, makin beracun pula spesies itu untuk dikonsumsi. Oleh karena itu, predator seperti hiu berukuran besar mengakumulasi zat-zat berbahaya dalam kadar sangat tinggi, seperti metilmerkuri, DDT, PCB, timbal, arsenik, dan lain-lain.
Mengutip laman Shark Spotters, keracunan merkuri dan arsenik bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius. Beberapa gangguan kesehatan tersebut meliputi kerusakan neurologis, masalah perkembangan pada anak, kerusakan ginjal, penyakit kardiovaskular, hingga disfungsi kekebalan tubuh. Meski sadar akan risiko kesehatan dan lingkungan berkaitan dengan mengonsumsi daging hiu, label menyesatkan membuat kita sulit menghindari ini.
4. Tulang rawan

Alih-alih tulang keras, kerangka hiu terbuat dari tulang rawan (cartilage). Tulang rawan ikan hiu umumnya diambil untuk dikonsumsi secara langsung atau dijadikan suplemen kesehatan. Menurut informasi dari laman Britannica, negara-negara maju merupakan negara penghasil dan konsumen utama tulang rawan hiu dengan pasar yang berkembang di banyak negara industri.
Tulang rawan hiu juga ramai digunakan sebagai pengobatan alternatif kanker. Namun, Cancer Research UK melansir kalau belum ada cukup bukti dan penelitian mengenai tulang rawan ikan hiu sebagai obat kanker pada manusia. Tulang rawan hiu diambil dari berbagai jenis hiu laut dalam dan hiu tropis pesisir. Tulang rawan hiu biru dianggap sebagai salah satu yang berkualitas tinggi karena kandungan kondroitin yang tinggi.
5. Kulit

Gak seperti ikan lain, kulit ikan hiu dilapisi dentikel dermal, yakni sisik menyerupai gigi yang berfungsi meningkatkan kecepatan berenang dan melindungi mereka dari parasit. Tekstur yang kasar tersebut justru menjadi nilai tambah. Kulit hiu menjadi produk mewah yang jauh lebih tahan lama dari kulit sapi. Menurut informasi dari laman Britannica, kulit hiu dibuat menjadi alas sepatu, sabuk, dompet, dan aksesori lainnya.
Mengutip laman Leather Conservation Centre, kulit hiu dan pari sudah digunakan dalam pembuatan furnitur dan persenjataan di Asia, khususnya Jepang, sejak abad ke-13. Bahan ini jadi tren di kalangan orang Eropa pada abad ke-16, yang kemudian mulai dikirim sebagai bahan baku untuk para pengrajin Eropa pada abad ke-17. Kulit hiu begitu keras sehingga bisa digunakan untuk mengampelas kayu. Setelah diproses dan disamak, kulit hiu jadi sangat tahan lama dan tahan air. Kulit berkualitas tinggi biasanya berasal dari hiu berukuran besar yang harus segera dikuliti dengan hati-hati setelah ditangkap.
Jadi, sudah gak diragukan lagi kalau hiu punya nilai ekonomi yang sangat tinggi bagi manusia. Hampir seluruh bagian tubuh mereka bisa dimanfaatkan. Ini menyebabkan 100 juta kematian hiu setiap tahunnya. Bahkan, laman Science melansir kalau angka ini merupakan perkiraan paling rendah mengingat sebagian besar data berfokus pada penangkapan di perikanan regional besar, sementara perikanan skala kecil tidak masuk hitungan.
Perlu diketahui kalau hiu amat rentan terhadap eksploitasi berlebihan. Hiu baru bisa bereproduksi pada usia lanjut dan hanya menghasilkan sedikit keturunan. Oleh karena itu, kecepatan hiu bereproduksi tidak sebanding dengan kecepatan kita membunuh hiu. Bukan tidak mungkin beberapa spesies hiu akan punah dalam kurun beberapa dekade ke depan bila perburuan tak berkelanjutan terus terjadi.