Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Makan Daging Hiu Bisa Bikin Keracunan? Siap-Siap Merinding!

potret hiu putih raksasa di lautan lepas
potret hiu putih raksasa di lautan lepas (commons.wikimedia.org/Pterantula (Terry Goss))

Kekayaan bahari yang ada di Bumi tak jarang membuat manusia kalap untuk memanfaatkannya. Ada begitu banyak penghuni laut yang kita tangkap tiap tahunnya, bahkan tanpa tahu apakah mereka dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan yang aman bagi tubuh. Salah satu contoh penghuni laut yang sering ditangkap dan menimbulkan kontroversi adalah keluarga ikan hiu (kelas Chondrichthyes).

Dalam banyak kasus, kita sering menerima berita tentang perburuan hiu demi sirip-sirip di tubuh mereka karena disebut-sebut lezat untuk hidangan sup dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Namun, tak jarang pula banyak hiu yang ditangkap nelayan dibawa utuh ke daratan agar daging mereka bisa dijual. Nah, dari situ, peredaran daging hiu untuk dikonsumsi masyarakat jadi begitu luas, khususnya di daerah-daerah pesisir pantai.

Dilansir Shark Spotters, tiap tahunnya diperkirakan ada sekitar 1,4 juta ton daging hiu yang beredar di seluruh dunia. Hal ini membuktikan kalau konsumsi terhadap predator laut ini cukup populer di banyak negara. Meski begitu, kita juga pasti sering menerima berita tentang keracunan yang dialami orang-orang yang mengonsumsi daging ikan predator ini.

Hal tersebut jelas menimbulkan pertanyaan baru. Apakah makan daging hiu bisa bikin keracunan? Kalau tidak, efek kesehatan apa saja yang bisa ditimbulkan ketika manusia mengonsumsi daging hiu? Untuk mengetahui jawabannya, yuk, simak pembahasan di bawah ini sampai tuntas!

1. Perdebatan tentang apakah makan daging hiu bisa bikin keracunan

hiu-hiu muda yang dijual di pasar
hiu-hiu muda yang dijual di pasar (commons.wikimedia.org/Rod Waddington)

Di seluruh dunia, daging hiu memang sering dikonsumsi dalam berbagai jenis olahan. Pendapat tentang keamanan konsumsi daging ikan yang satu ini pun jadi bahan perdebatan. Sebab, sekalipun di beberapa tempat kita mendengar berita keracunan akibat mengonsumsi daging hiu, di tempat lain ada pula kebudayaan yang sudah melakukan praktik konsumsi daging hiu selama berabad-abad.

Dilansir Captain Experiences, konsumsi daging hiu memang bisa dibilang aman asalkan tahu kapan dan bagian apa saja yang boleh dimakan. Sejak lahir, hiu sebagai predator puncak dapat menelah berbagai jenis material yang ada di lautan. Karena itu, daging mereka bisa ikut terkontaminasi dan berpindah ke tubuh manusia begitu dikonsumsi.

Hal ini membuat di beberapa tempat, ada regulasi yang mengatur soal usia, ukuran, dan spesies hiu yang boleh ditangkap serta dikonsumsi. Tujuan dari regulasi tersebut agar daging hiu yang diperoleh belum terlalu terkontaminasi dan spesies yang ditangkap sudah dijamin tidak masuk dalam kategori hiu terancam punah. Meski begitu, kekhawatiran soal kandungan material logam berbahaya masih tetap muncul ketika daging ikan yang satu ini dikonsumsi oleh manusia.

2. Penyebab daging hiu tak aman dikonsumsi

Hiu jadi salah satu spesies ikan yang menumpuk zat logam berbahaya di tubuh akibat makanan yang mereka konsumsi.
Hiu jadi salah satu spesies ikan yang menumpuk zat logam berbahaya di tubuh akibat makanan yang mereka konsumsi. (commons.wikimedia.org/Diego Delso)

Seperti yang disebutkan di atas, alasan utama yang membuat daging hiu itu sebenarnya tidak aman untuk dikonsumsi ialah kandungan material logam. Bukan logam biasa, daging hiu diketahui mengandung merkuri, timbal, urea, dan arsenik yang tentunya akan sangat berbahaya ketika masuk dan terakumulasi di dalam tubuh manusia. Kandungan beberapa jenis logam berbahaya tersebut pada daging hiu disebabkan oleh cara hidup mereka.

Keiko Conservation melansir kalau seluruh logam berbahaya yang ada di tubuh hiu diperoleh dari ikan ataupun makhluk laut yang mereka konsumsi. Proses penyerapan material berbahaya di daging hiu itu disebut sebagai biomagnifikasi. Seperti yang kita ketahui, makhluk laut tak jarang mengakumulasikan logam-logam yang ada di dalam air sepanjang hidup. Logam itu dapat berpindah seiring dengan berjalannya proses rantai makanan di lautan.

Parahnya, manusia turut berkontribusi dalam pencemaran logam di laut sampai memengaruhi tubuh makhluk-makhluk yang ada di dalamnya. Dengan demikian, sebenarnya regulasi yang mengatur tentang pada usia dan ukuran berapa seekor hiu boleh ditangkap itu jadi tidak relevan. Sebab, sejak kecil pun seekor hiu sudah terkontaminasi berbagai jenis logam berbahaya yang sudah disebutkan sebelumnya.

Bayangkan saja, Shark Spotters menyebut kalau dalam tiap 1 kilogram daging hiu terdapat sekitar 0,77 µg (mikrogram) merkuri di dalamnya. Angka ini delapan kali lipat lebih tinggi dari batas aman sekitar 0,1 µg, yang ditetapkan United States Environmental Protection Agency (USEPA). Kalau sampai logam-logam berbahaya ini masuk dan terakumulasi di dalam tubuh manusia, efeknya tidak main-main.

Merkuri sudah lama diketahui sebagai dalang dari berbagai penyakit saraf yang dialami manusia, memengaruhi kemampuan berpikir, mengganggu pertumbuhan anak, merusak ginjal, merusak sistem kardiovaskular, sampai masalah sistem imun. Sementara itu, arsenik diketahui meningkatkan risiko kanker, masalah kulit, masalah pernafasan, sampai diabetes tipe 2. Belum lagi kalau kita berbicara soal potensi keracunan akibat kandungan timbal di dalam daging hiu, duh, itu sudah sangat berisiko!

3. Sebaiknya, hindari konsumsi daging hiu!

dua spesies hiu berbeda dijual di pasar
dua spesies hiu berbeda dijual di pasar (commons.wikimedia.org/Dr. Raju Kasambe)

Kadang, sesuatu yang sudah diketahui berbahaya dan berpotensi mengganggu kesehatan tak jadi penghalang bagi manusia untuk tetap mengonsumsinya. Dalam kasus ini, daging hiu jelas masuk dalam kategori tersebut. Sebab, sebanyak apa pun penelitian yang membuktikan besarnya kandungan logam berbahaya di dalam tubuh hiu yang biasa dikonsumsi, hal tersebut tak menghalangi manusia untuk terus mengonsumsi mereka.

Padahal, dengan tidak mengonsumsi daging hiu, tak hanya kesehatan kita saja yang bisa diselamatkan dari penyakit berbahaya. Dilansir One Ocean Hawaii, tidak mengonsumsi daging hiu berarti mendukung upaya konservasi terhadap keseluruhan spesies hiu di lautan. Sekalipun ada beberapa spesies hiu yang tidak dilindungi dan boleh diburu, secara umum kehadiran ikan predator ini di lautan sangat penting karena mereka akan mengatur jalannya siklus rantai makanan di sana.

Pada lautan tanpa hiu, populasi makhluk lain yang ada di dalamnya jadi tidak terkontrol, yang justru dapat merusak keseimbangan ekosistem. Ketimbang mencari hiu demi merasakan makanan eksotis semata, lebih baik mengonsumsi ikan atau makhluk laut lain yang sudah dikenal punya kandungan nutrisi seimbang dan punya populasi aman. Selama kita sedang tidak dalam kondisi terpaksa ataupun tak memiliki pilihan makanan lain, lebih baik hindari mengonsumsi daging hiu demi kebaikan bersama, ya!

Referensi
“Can You Eat Shark?”. Captain Experiences. Diakses Oktober 2025.
“Eating Shark Meat Might Be Riskier Than You Think”. Shark Spotters. Diakses Oktober 2025.
“The Dangers of Eating Shark Meat”. Keiko Conservation. Diakses Oktober 2025.
“The Dangers of Toxic Shark Meat: Why You and Your Pets Should Never Eat It”. One Ocean Hawaii. Diakses Oktober 2025.
“Shark Meat”. Opsociety. Diakses Oktober 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yudha ‎
EditorYudha ‎
Follow Us

Latest in Health

See More

Apa yang Terjadi jika Bayi Lahir pada Usia Kehamilan 36 Minggu?

10 Okt 2025, 22:34 WIBHealth