Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

13 Peringatan sebelum Bencana yang Diabaikan Banyak Orang

letusan Gunung St. Helens di Skamania County, Washington, pada 18 Mei 1980
letusan Gunung St. Helens di Skamania County, Washington, pada 18 Mei 1980 (commons.wikimedia.org/U.S. Geological Survey)

Gunung Semeru merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia, yang berlokasi di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, kembali memuntahkan amarahnya dengan erupsi disertai luncuran awan panas sejauh 13 kilometer, pada Rabu (19/11/2025), seperti yang dilaporkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Syukurlah, laporan Pusat Vulkanologi & Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) pada hari kejadian, didengar pihak terkait sampai akhirnya warga dari 3 desa terdampak segera dievakuasi. Meski begitu, ada 3 warga yang dilaporkan terkena material panas erupsi Semeru.

Rupanya, dalam sejarah dunia, peristiwa-peristiwa semacam ini acap kali terjadi. Kendati begitu, suatu bencana selalu diiringi dengan peringatan, baik itu yang diketahui maupun yang tidak disadari. Nah, warga yang menerima peringatan akan bencana biasanya tidak selalu meresponsnya dengan baik. Tak hanya warga, pihak berwenang bahkan enggan menginformasikan suatu bencana hingga menyebabkan korban jiwa, luka-luka, dan kerusakan bangunan yang masif.

Berikut ini kita akan membahas tentang sebuah peringatan yang diabaikan banyak orang sebelum terjadinya bencana, mulai dari kecelakaan industri, perang, hingga letusan gunung berapi. Nah, inilah beberapa peristiwa terburuk yang tanda-tanda peringatannya diabaikan.

1. Seruan perubahan iklim lewat seorang advokat hak-hak perempuan Amerika

ilustrasi mencairnya es akibat perubahan iklim
ilustrasi mencairnya es akibat perubahan iklim (pixabay.com/Anja)

Para ilmuwan sepakat bahwa perubahan iklim itu nyata, sedang terjadi, dan akan menimbulkan beberapa dampak yang semakin di luar logika, serta tidak nyaman seiring dengan menghangatnya bumi kita. Saat hal ini terjadi, kita tak boleh berprasangka kalau peringatan tentang bahaya perubahan iklim belum ada sebelumnya. Pasalnya, peringatan tersebut telah digaungkan sejak tahun 1856, lho, oleh Eunice Foote, seorang advokat hak-hak perempuan Amerika dan filsuf alam.

Eunice Foote sendiri merupakan penandatangan petisi hak-hak perempuan pada Konvensi Seneca Falls pertama pada tahun 1848. Eunice rupanya membaca beberapa temuan geologis yang cukup menarik. Pada saat itu, fosil menunjukkan komposisi kehidupan tumbuhan yang sangat berbeda di masa lampau, atau lebih banyak karbon dioksida di atmosfer Bumi. Eunice Foote pun melakukan percobaan sederhana menggunakan tabung-tabung kaca yang diisi dengan berbagai gas. Eunice Foote mencatat bahwa tabung yang berisi karbon dioksida memanaskan termometer yang tertutup lebih cepat daripada tabung-tabung lainnya.

Karya atau hasil temuan Eunice Foote ini dipresentasikan oleh seorang temannya di sebuah konferensi pada tahun 1856. Adapun, ringkasan singkat karyanya diterbitkan pada tahun 1856 dan 1857, berjudul "Circumstances Affecting the Heat of Sun’s Rays”, di American Journal of Art and Science. Namun, kekhawatiran tentang meningkatnya kadar karbon dioksida di atmosfer belum muncul seperti saat ini.

2. Peringatan berbahaya dari kapal SS Californian dalam tragedi tenggelamnya kapal Titanic

ilustrasi tenggelamnya kapal Titanic
ilustrasi tenggelamnya kapal Titanic (commons.wikimedia.org/Willy Stöwer)

Pada 10 April 1912, kapal RMS Titanic yang terlihat besar nan mewah di pelabuhan meninggalkan Southampton, Britania Raya, menuju New York. Seperti kisah yang beredar, kapal tersebut tidak pernah sampai ke New York, akan tetapi terombang-ambing di hamparan es yang mengapung di Atlantik Utara, menabrak gunung es, dan hancur. Gunung es sendiri terkenal berukuran besar, berwarna putih, dan tentunya mudah terlihat. Jadi sangat mustahil tidak diketahui hingga membuat kapal Titanic menabrak gunung es tersebut.

Titanic tenggelam pada 15 April 1912. Nah, hanya dua hari kemudian, Chicago Examiner melaporkan bahwa kapal sebelumnya, La Bretagne, ternyata menerima peringatan dari mercusuar Newfoundland terkait sejumlah gunung es berbahaya. Kapten dari kapal La Bretagne sendiri mengira kalau kapal Titanic pasti juga menerima peringatan radio tersebut, seperti yang diterima beberapa kapal lainnya. Lagipula, misalkan tidak mendengar peringatan dari radio, seharusnya langit yang cerah bisa membuat kapten kapal melihat gunung es tersebut dan mengarahkan awak kapal untuk menghindarinya.

Lebih parahnya lagi, saat kapal SS Californian mengirimkan sinyal ke Titanic untuk memperingatkan bahwa kapal SS Californian dikelilingi oleh gunung es yang berbahaya, operator telegraf bernama Jack Philips justru tidak menggubrisnya karena sedang meneruskan pesan dari penumpang. Bila peringatan ini digubris dengan baik, sangat mungkin kapal Titanic akan sampai ke New York dengan selamat.

3. Jembatan Tacoma Narrows yang menunjukkan tanda-tanda tidak layak

Runtuhnya jembatan Tacoma Narrows
runtuhnya jembatan Tacoma Narrows Runtuh (commons.wikimedia.org Botaurus-stellaris)

Jembatan Tacoma Narrows membentang di perairan Puget Sound, Washington, Amerika Serikat. Jembatan ini merupakan contoh konstruksi jembatan yang dibangun dengan sangat buruk. Jembatan Tacoma Narrows sendiri diresmikan pada 1 Juli 1940, dan dijuluki "Galloping Gertie", karena jembatan akan bergoyang saat terkena angin.

Pada 7 November 1940, angin dengan kecepatan sekitar 67 kilometer per jam (sebagai referensi, ambang batas badai tropis adalah 39 mph) mengguncang Galloping Gertie begitu keras. Alhasil, jembatan tersebut runtuh dalam salah satu kegagalan pembangunan terburuk dalam sejarah Amerika. Meskipun demikian, pihak berwenang menutup jembatan tepat waktu, sehingga satu-satunya korban jiwa adalah seekor anjing cocker spaniel yang ditinggalkan di dalam mobil pemiliknya.

Runtuhnya jembatan terekam dalam rekaman video. Itu karena para insinyur sedang memfilmkan pemasangan penyangga untuk memudahkan laju kendaraan. Nah, seorang fotografer dari Tacoma News Tribune, yang berada di jembatan sesaat sebelum runtuh dan berhasil menyelamatkan diri, sempat menceritakan pengalamannya, "Saya mengalami memar, lebam-lebam dari pinggul hingga kaki saya keesokan harinya dan selama dua minggu."

4. Peringatan bahaya obat thalidomide bagi janin

Dr. Frances O. Kelsey, pada tahun 1960-an, menghabiskan sebagian besar kariernya di FDA untuk mengawasi obat-obatan
Dr. Frances O. Kelsey, pada tahun 1960-an, menghabiskan sebagian besar kariernya di FDA untuk mengawasi obat-obatan (commons.wikimedia.org/The U.S. Food and Drug Administration)

Pada tahun 1960, ilmuwan Kanada bernama Dr. Frances Kelsey bekerja untuk Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (USDA). Ia diberi berkas untuk sebuah obat bernama thalidomide, yang banyak digunakan di Eropa, khususnya Inggris. Obat ini dikonsumsi ibu hamil untuk mengatasi insomnia dan mual di pagi hari.

Nah, Frances Kelsey yang baru sebulan bekerja di USDA itu punya pengalaman sebelumnya dalam menguji obat yang dapat melewati plasenta dari ibu ke janin. Ia pun menemukan bahwa thalidomide masih diragukan dari segi keamanan atau kemanjurannya. Frances Kelsey akhirnya tidak menyetujui obat tersebut untuk diberikan ke ibu hamil. Namun, William S Merrell Co. dari Cincinnati, perusahaan pembuat obat tersebut, mendesak Frances Kelsey untuk memberikan izin terkait pengedaran thalidomide.

Pada tahun 1961, ada sebuah laporan tentang efek samping dari thalidomide. Yap, benar saja, bayi-bayi yang lahir dari ibu yang mengonsumsi thalidomide lahir dengan kelainan fisik atau cacat. Kanada, yang menerima peringatan tentang bahaya thalidomide juga tidak langsung menarik peredaran obat tersebut. Bahkan setelah Inggris dan Jerman menarik obat tersebut dari pasaran pada akhir tahun 1961, Kanada menundanya selama tiga bulan sebelum akhirnya menarik thalidomide. Alhasil, lebih dari 100 warga Kanada melahirkan bayi dengan cacat lahir, sebagaimana yang dilaporkan The Canadian Encyclopedia. Anehnya, thalidomide justru diedarkan kembali di Amerika Serikat untuk mengobati kusta.

5. Peringatan pengamat akan mengeringnya Laut Aral, danau terbesar keempat di dunia

kapal di Laut Aral, danau yang mengering
kapal di Laut Aral, danau yang mengering (commons.wikimedia.org/Adam Harangozó)

Dahulu terdapat danau yang luas dan subur di tengah Asia Tengah, tetapi kini sudah lenyap. Laut Aral hilang karena campur tangan Uni Soviet yang memakai air danau untuk mengairi industri pertanian, seperti sawah dan pertanian kapas di tengah gurun. Seiring semakin banyaknya air yang dialihkan, danau terbesar keempat di dunia ini pun menyusut.

Sejak tahun 1964, dikutip New Scientist, para pengamat sebenarnya sudah memprediksi dan memperingatkan kondisi tersebut. Namun, pemerintah Soviet tidak mau mendengarkan. Saat ini, rekam jejak Laut Aral dipenuhi dengan perahu-perahu terbengkalai.

Berganti nama menjadi Gurun Aralkum, bekas danau tersebut tidak lagi menjadi oasis bagi burung-burung yang bermigrasi sekaligus aset ekonomi bagi penduduk setempat. Sebaliknya, debu yang terkontaminasi limpasan pestisida, berhembus ke penduduk sekitar dan meracuni warga yang tinggal di situ. Akibatnya, ada yang menderita cacat lahir, anemia, dan penyakit lainnya. Daerah sekitarnya juga tidak lagi produktif, karena sisa garam yang ditinggalkan air telah hanyut dan memengaruhi kesuburan tanah. Sementara itu, krisis ini mengancam di tempat lain.

6. Peringatan sebelum Badai Katrina menerjang New Orleans

kerusakan akibat badai Katrina 2005
kerusakan akibat badai Katrina 2005 (Department of Homeland Security. U.S. Coast Guard)

Pada 9 September 1965, Badai Betsy menerjang daratan di ujung tenggara Louisiana, Amerika Serikat. Badai ini menghantam kota pantai Grand Isle dan membanjiri sebagian New Orleans, dengan air yang mencapai atap beberapa rumah di timur kota. "Billion-Dollar Betsy" adalah badai pertama yang menyebabkan kerusakan senilai sembilan digit di Amerika Serikat. Badai ini juga merenggut 81 nyawa.

Adapun, badai ini sempat menarik perhatian banyak orang mengingat adanya fakta bahwa New Orleans merupakan kota berbentuk mangkuk yang sebagian besar terletak di bawah permukaan laut dan dikelilingi oleh lahan basah, danau, dan kelokan besar Sungai Mississippi. Itulah sebabnya, kota ini sangat rentan terhadap badai. Sebagai kota dengan pusat budaya, poros pelayaran, dan pusat perminyakan ini, ternyata tidak menerima tanggap bencana yang baik, mengingat pembangunannya sangat lambat.

Pada tahun 2003, sebuah laporan di Civil Engineering Magazine mencatat bahwa tanggul yang telah direnovasi akan selesai di sepanjang tepi utara kota dalam dekade berikutnya. Sementara tanggul di sepanjang perbatasan selatan yang melengkung membutuhkan beberapa tahun lagi. Sayangnya, kota itu masih belum memiliki tanggul hingga 29 Agustus 2005, ketika Badai Katrina menghantam daratan di sepanjang jalur yang sangat mirip dengan Betsy. Alhasil, gelombang badai menerjang kota ini hingga porak-poranda. Banjir pun menerjang. Pemerintah dianggap gagal dalam menangani krisis kemanusiaan yang mengakibatkan korban jiwa sebanyak 1.833 orang ini.

7. Peringatan dari banyak pihak sebelum terjadinya bencana timbunan limbah batubara Aberfan

tumpukan puing di Aberfan sesaat setelah bencana
tumpukan puing di Aberfan sesaat setelah bencana (commons.wikimedia.org/SchroCat)

Seperti yang mungkin kamu tahu, penambangan itu menghasilkan limbah. Sayangnya bagi kota pertambangan Aberfan, Wales, Britania Raya, salah satu cara untuk membuang limbah pertambangan tersebut adalah menumpuknya. Pada musim gugur 1966, tumpukan limbah pertambangan itu telah berisi 300.000 meter kubik puing yang menjulang setinggi 33,8 meter.

Sebagian besar penduduk Aberfan tidak menyadari bahwa tumpukan itu ditempatkan di atas mata air, tepatnya di atas batu berpori. Nah, hujan pun mengguyur di musim gugur itu, dan membuat segalanya terendam. Pada pagi hari, tepatnya 21 Oktober 1966, limbah pertambangan yang terendam air hujan ini runtuh. Alhasil, gelombang berisi puing-puing yang berair ini menerjang kota Aberfan dan mengubur banyak bangunan dan sebuah sekolah dasar. Tragisnya, 144 orang tewas, 116 di antaranya adalah anak-anak yang berada di sekolah, seperti yang dikutip British Geological Survey.

Kemudian, pengadilan memutuskan bahwa bencana ini sebenarnya dapat dihindari. Laporan dan bukti mencatat bahwa sebelumnya Aberfan sering dilanda banjir. Di samping itu, air banjir ini terkontaminasi limbah batu bara. Banyak orang yang sebenarnya sudah menyampaikan kekhawatiran mereka kepada pihak berwenang tentang pembuangan limbah pertambangan tersebut, termasuk anggota dewan kota, politisi lokal, orang tua siswa, dan masyarakat umum. Adapun, pemerintah setempat menjanjikan untuk membuat tembok penahan, tapi rencana ini tak kunjung direalisasikan.

8. Peringatan Mesir terhadap Israel sebelum terjadinya Perang Yom Kippur

Perang Yom Kippur
Perang Yom Kippur (commons.wikimedia.org/Bamahane photographer)

Pada tahun 1973, negara-negara tetangga Arab masih sakit hati atas kemenangan gemilang Israel dalam Perang Enam Hari tahun 1967. Masalahnya, Israel berhasil merebut wilayah dari Yordania, Mesir, dan Suriah, termasuk Kota Tua Yerusalem yang diperebutkan. Di sisi lain, Mesir dan Israel masih terlibat dalam perang udara berintensitas rendah hingga tahun 1970.

Setelah perang berakhir (di bawah tekanan Amerika Serikat), Mesir memindahkan senjata antipesawat buatan Uni Soviet ke Terusan Suez, yang saat itu merupakan garis kendali antar negara. Israel tidak langsung merespons, karena keliru menanggapi berita tersebut. Namun, tersebar luas bahwa kemenangan Israel pada tahun 1967 telah meyakinkan Mesir, Suriah, dan sekutu, bahwa mereka akan kalah dalam konfrontasi di masa mendatang.

Gagasan itu berlanjut bahkan setelah ancaman perang dari Presiden Mesir Anwar Sadat pada tahun 1971, 1972, dan untuk ketiga kalinya pada tahun 1973 yang ternyata membawa sial bagi Israel. Strategi alarm palsu ini berhasil. Israel pun terkejut ketika melihat persiapan dan strategi Mesir pada musim panas dan gugur tahun 1973, yang merupakan persiapan perang sungguhan.

Perang itu dimulai pada 6 Oktober 1973, bertepatan dengan hari raya Yahudi Yom Kippur (dan selama bulan Ramadan bagi umat Islam). Perang Yom Kippur sendiri berlangsung selama tiga minggu. Prospek konflik yang tak terbatas ini mendorong Israel dan Mesir untuk merundingkan perjanjian damai pada tahun 1979. Namun, seperti yang diketahui oleh pengamat, perdamaian yang stabil di kawasan tersebut belum sepenuhnya terwujud.

9. Peringatan saat meletusnya Gunung St. Helens yang tidak didengar warga setempat

letusan Gunung St. Helens di Skamania County, Washington, pada 18 Mei 1980
letusan Gunung St. Helens di Skamania County, Washington, pada 18 Mei 1980 (commons.wikimedia.org/U.S. Geological Survey)

Selama beberapa minggu di musim semi tahun 1980, Gunung St. Helens di negara bagian Washington, Amerika Serikat mulai menunjukkan tanda-tanda ingin meletus. Sebuah abses magma yang menyerupai kubah menggembung di sisi utara gunung. Para ilmuwan khawatir jika gunung tersebut meletus dengan dahsyat.

Uap dan abu sempat menyembur dari gunung berapi selama beberapa minggu seiring dengan membesarnya gundukan. Namun setelah itu, aktivitas gunung tersebut tampak mereda hingga pertengahan Mei. Sebuah gempa bumi mengguncang Gunung St. Helens pada 12 Mei. Kemudian pada 18 Mei, seluruh sisi utara Gunung St. Helens meletus dengan ledakan yang meninggalkan lubang selebar lebih dari dua mil dan merenggut 57 korban jiwa.

U.S. Geological Survey melansir kabar bahwa para peneliti yang awalnya gelisah, berhasil mendesak pemerintah daerah untuk membatasi akses ke gunung dan memerintahkan evakuasi. Salah satu ilmuwan ini adalah David Johnston, orang pertama yang melaporkan letusan tersebut melalui radio beberapa detik sebelum ia meninggal dunia. Namun, beberapa warga setempat memprotes pembatasan di sekitar gunung berapi yang jelas-jelas sedang erupsi, dengan alasan bahwa penutupan wilayah tersebut akan mengganggu perekonomian mereka.

Nah, salah satunya adalah tokoh lokal bernama Harry R Truman. Saat diwawancarai media, Harry bilang kalau ia tidak mau dievakuasi. Ketika hari bencana dahsyat itu tiba, beberapa korban yang menolak dievakuasi tewas dalam letusan gunung tersebut.

10. Peringatan bahaya nuklir yang diabaikan para ilmuwan dan pejabat AS

ledakan nuklir dari uji coba Trinity
ledakan nuklir dari uji coba Trinity (commons.wikimedia.org/United States Department of Energy)

Uji coba pertama senjata atom di Amerika adalah Uji Coba Trinity pada tahun 1945 di New Mexico. Di samping itu, dilaporkan bahwa lebih dari 500 senjata nuklir diledakkan atau diuji coba di atmosfer Bumi hingga tahun 1980, dan 215-nya diledakkan oleh Amerika Serikat, seperti yang dikutip United Nation. Para ilmuwan dan perencana militer AS tahu bahwa radiasi dari uji coba ini berpotensi berbahaya, tetapi mereka lebih memprioritaskan pengembangan senjata daripada kemanusiaan.

Bahaya dari ledakan nuklir sendiri sudah diketahui dengan banyaknya korban jiwa setelah beberapa minggu dan bulan tragedi pengeboman Hiroshima dan Nagasaki. Namun, fakta ini tidak menghalangi para pejabat AS untuk mengurungkan niat mereka. Potensi seberapa bahayanya uji coba nuklir ini dirahasiakan oleh pemerintah Amerika Serikat selama beberapa dekade. Bahkan setelah AS menghentikan pengujiannya pada tahun 1963.

Fagus radioaktif di atmosfer Bumi selama dekade pertama pengujian nuklir Amerika diperkirakan telah menewaskan ratusan ribu orang Amerika. Banyak di antaranya yang tinggal di dekat lokasi uji coba. Namun, penelitian baru menunjukkan bahwa banyak pula orang yang tinggal jauh dari lokasi uji coba nuklir justru terpapar melalui susu.

Begini, salah satu produk limbah yang dihasilkan oleh uji coba nuklir adalah bentuk yodium radioaktif. Kebetulan, sapi memakan rumput yang terkontaminasi dan menghasilkan yodium radioaktif dalam susunya. Dilaporkan banyak orang terkena kanker akibat mengonsumsi es krim (susu) atau tinggal di gurun yang terpapar radioaktif tersebut. Kemungkinan korban tewas jauh lebih banyak ketimbang serangan bom atom yang terjadi di Jepang, sebagaimana yang dilaporkan American Scientist.

11. Peringatan letusan gunung berapi Nevado del Ruiz yang tak ditanggapi hingga terjadinya Tragedi Armero

endapan lahar setelah banjir lahar di kota Armero di Kolombia
endapan lahar setelah banjir lahar di kota Armero di Kolombia (commons.wikimedia.org/N. Banks)

Pada Oktober 1985, ahli geologi Kolombia bernama Marta Lucía Calvache Velasco dan rekan-rekannya membuat laporan atau peringatan kepada pemerintah Kolombia. Pasalnya, gunung berapi Nevado del Ruiz, yang terletak di utara negara Kolombia memberikan peringatan bahwa akan segera meletus. Meskipun ancaman tersebut tidak langsung terjadi, seharusnya pemerintah memberikan tindakan pencegahan bagi warga sekitar.

Sayangnya, sebagian besar penduduk kota Armero di dekat Gunung Nevado del Ruiz, luput dari perhatian pemerintah Kolombia akibat perang saudara yang sudah lama membara di negara itu dan kembali mencuat di ibu kota, Bogota. Selain itu, tidak adanya sistem untuk mengirimkan peringatan kepada pemerintah daerah atau penduduk yang dapat menindaklanjutinya, karena infrastruktur Kolombia dianggap tidak mampu memantau area tersebut secara konsisten dan efektif untuk mendeteksi getaran yang mengindikasikan letusan besar.

Kemudian, pada 13 November 1985, gunung berapi Nevado del Ruiz terbangun. Abu vulkanik menghantam kota terdekat pada malam itu. Di sisi lain, para pemimpin agama setempat dan pemadam kebakaran justru menghimbau warga untuk tetap tenang.

Sayangnya, panas dari gunung berapi tersebut mencairkan beberapa gletser di atas gunung. Akibatnya, terjadi longsor besar yang sangat cepat dan berbahaya yang disebut lahar. Lahar besar ini mengalir ke dasar sungai yang sempit, dan sungai tersebut meluap serta mengubur kota Armero. Akibatnya, sekitar 25.000 dari 30.000 penduduk meninggal dunia, seperti yang dijelaskan The Sun.

Bencana mengerikan ini setidaknya menciptakan peningkatan dalam kesiapsiagaan bencana di Kolombia. Letusan serupa kurang dari 4 tahun kemudian tidak menelan korban jiwa berkat sistem deteksi dan peringatan yang lebih baik.

12. Peringatan pemerintah yang diabaikan warga terkait cuaca panas yang ekstrem hingga terjadi kebakaran besar di Australia

kebakaran hutan besar di Australia pada 2009
kebakaran hutan besar di Australia pada 2009 (commons.wikimedia.org/Georgehobbs)

Pada 7 Februari 2009, sebagian besar wilayah Victoria, sebuah negara bagian di Australia Tenggara, mengalami kebakaran hebat. Negara bagian ini memang mengalami kekeringan selama bertahun-tahun dan dilanda gelombang panas. Itu sebabnya, wilayah ini mengalami suhu terpanas yang pernah tercatat di negara bagian tersebut.

Namun, pada 6 Februari 2009, kepala pemerintahan negara bagian sudah memperingatkan bahwa keesokan harinya diperkirakan akan terjadi kebakaran hutan terburuk dalam sejarah Victoria, mengingat suhunya sangat tinggi, ditambah angin kencang. Benar saja, pada 7 Februari, angin kencang yang panas dan kering melewati Australia tengah yang gersang dan menerjang Victoria serta merobohkan kabel listrik. Nah, percikan apinya menyulut semak kering hingga terjadi kebakaran hebat.

Menjelang malam, lebih dari 400 titik api berkobar di Victoria, beberapa di antaranya menyemburkan api hingga ratusan meter ke udara. Dikutip National Museum Australia, sebanyak 2.000 rumah, 173 orang, dan satu juta hewan tewas akibat kebakaran dahsyat tersebut. Apalagi butuh waktu berminggu-minggu bagi si jago merah untuk dikendalikan.

13. Perusahaan yang mengabaikan peringatan ilmuwan hingga terjadinya bencana nuklir Fukushima Daiichi

potret Unit 3 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima setelah ledakan pada 2011
potret Unit 3 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima setelah ledakan pada 2011 (commons.wikimedia.org/資源エネルギー庁)

Pada 11 Maret 2011, gempa bumi dahsyat mengguncang Jepang hingga wilayah negara itu bergeser beberapa meter ke timur. Dahsyatnya lagi, gempa bumi itu merusak kumpulan pembangkit listrik tenaga nuklir di pantai Timur Jepang. Adapun, tsunami raksasa yang dipicunya merusak pembangkit listrik tenaga nuklir tersebut dengan menjebolkan tanggul laut dan membanjiri kompleks Fukushima Daiichi.

Banjir akibat gelombang tsunami ini memutus aliran listrik ke pembangkit, merusak sistem pendingin, dan memutus akses jalan. Nah, karena mekanisme kontrolnya tidak berfungsi, tiga reaktor meleleh. Meskipun tidak menyebabkan korban jiwa, akan tetapi 150.000 orang terpaksa dievakuasi dan membutuhkan upaya remediasi selama bertahun-tahun.

Dalam sidang pada tahun 2012, Perusahaan Listrik Tokyo (TEPCO), yang awalnya mengalihkan kesalahan kepada perdana menteri Jepang dan bersikeras bahwa tidak ada yang dapat memprediksi tsunami dan gempa bumi sebesar itu, akhirnya mengakui kesalahannya. Perusahaan ini mengaku khawatir akan tuntutan hukum, biaya, dan persepsi bahwa tenaga nuklir tidak aman. Jadi TEPCO mengabaikan rekomendasi para ilmuwannya sendiri untuk meningkatkan ketahanan terhadap risiko bencana yang seharusnya memenuhi standar internasional.

TEPCO juga tidak melatih stafnya dalam manajemen darurat, dan hanya melakukan latihan setengah hati. Investigasi yang dilakukan parlemen Jepang bahkan menyebut bencana tersebut sebagai bencana buatan manusia, seperti yang dilaporkan The Guardian. Mereka menyebutkan bahwa regulasi perusahaan tersebut sangat lemah. Apalagi masalah ini sudah disinggung sejak tahun 2006.

Bencana memang sebuah misteri. Namun, bukan berarti peringatan bencana ini tidak ada. Alam sekaligus teknologi sebenarnya sudah memperingati. Sayangnya tidak didengar atau terlambat diketahui.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Izza Namira
EditorIzza Namira
Follow Us

Latest in Science

See More

6 Fakta Unik Landak, Hewan yang Ternyata Tak Pandai Memanjat Pohon!

26 Nov 2025, 11:31 WIBScience