Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi diskusi media tentang Darurat Bencana Hidrometeorologi (dok. BMKG)

Hasil monitoring BMKG dalam 40 tahun terakhir mengindikasikan curah hujan ekstrem di Indonesia mengalami kecenderungan peningkatan, baik dalam hal frekuensi maupun intensitas (magnitude).

Fenomena ini menyebabkan tingginya angka bencana hidrometeorologi yang didominasi oleh banjir, cuaca ekstrem, tanah longsor, kebakaran hutan
dan lahan, serta kekeringan.

Menanggapi hal ini, BNPB, BMKG, BRIN, dan WALHI mengadakan diskusi media dengan tema Darurat Bencana Hidrometeorologi pada Rabu (8/2/2023).

1. Terjadi peningkatan intensitas kebasahan di beberapa daerah

ilustrasi penebangan liar (unsplash.com/roya ann miller)

Dokter Supari, Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, mengatakan hasil kajian oleh BMKG menunjukkan bahwa di masa depan akan terjadi peningkatan intensitas kebasahan di beberapa daerah, walaupun mungkin tidak merata.

Di lain sisi, durasi dry spell atau jumlah hari kering juga mengalami peningkatan sebesar 20%-30% dibandingkan pada periode referensi (1986-2005). 

Tidak seperti iklim dan cuaca yang sulit untuk diintervensi, lingkungan adalah sesuatu yang bisa dikontrol. Oleh karena itu, BMKG mengadakan program literasi iklim kepada para masyarakat sebagai upaya untuk meningkatkan kepedulian terhadap perubahan iklim. 

"Hal itu perlu dilakukan agar masyarakat memahami proses dan dampak perubahan iklim dan sedapat mungkin mengubah pola hidup saat ini yang memicu peningkatan emisi," ucap Dr. Supari.

2. Bencana di darat juga dipengaruhi dari fenomena dinamika laut

Editorial Team

Tonton lebih seru di