5 Burung Bangau dari Genus Grus yang Hidup di Asia dan Eropa

Pernahkah kamu menjumpai burung di atas secara langsung? Itu adalah bangau (crane), burung dari famili Gruidae. Mereka merupakan wading bird, yaitu burung yang mencari makanan di air dangkal. Makanannya bukan cuma ikan, tetapi juga hewan pengerat (rodent), serangga, moluska (invertebrata bertubuh lunak), buah-buahan, biji-bijian, dedaunan, hingga akar-akaran, karena mereka adalah omnivora (pemakan segala).
Famili Gruidae terdiri atas empat genus, antara lain Antigone, Leucogeranus, Balearica, dan Grus. Kali ini, kita akan berkenalan dengan beberapa burung bangau dari genus Grus yang tinggal di Benua Asia dan Eropa. Baca sampai tuntas, yuk!
1. Grus nigricollis

Pertama, ada Grus nigricollis alias black-necked crane yang tubuhnya berwarna putih dengan dahi merah, serta leher, ekor, dan ujung sayap berwarna hitam. Mereka bisa ditemukan di Tiongkok (tepatnya di Dataran Tinggi Tibet), India, Bhutan, Vietnam, dan Nepal. Panjangnya kurang lebih 139 sentimeter dengan rentang sayap 235 sentimeter dan berat 5,5 kilogram.
Grus nigricollis menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari makanan, seperti cacing tanah, serangga, katak, ikan, umbi-umbian, biji-bijian, hingga akar tanaman. Populasinya diperkirakan tersisa 8.800–11.000 ekor, sehingga membuatnya dikategorikan sebagai spesies yang hampir terancam punah (near threatened). Penyebabnya banyak, seperti lahan basah tempat mereka mencari makan mengering, dimangsa macan tutul, sampai tersengat kabel listrik.
2. Grus monacha

Selanjutnya adalah Grus monacha atau hooded crane, yang seluruh tubuhnya berwarna hitam kecuali leher dan sebagian kepalanya yang berwarna putih. Kamu bisa menjumpainya di beberapa negara, seperti Tiongkok, Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, Mongolia, dan Rusia. Tetapi, ada pula yang terbang hingga ke Tennessee dan Indiana (Amerika Serikat).
Mereka bisa tumbuh sepanjang 1 meter dengan rentang sayap 1,87 meter dan bobot 3,7 kilogram. Jumlahnya diperkirakan tinggal 11.600 ekor, membuatnya digolongkan sebagai spesies rentan (vulnerable). Syukurlah, belakangan ini terjadi peningkatan populasi berkat kerjasama berbagai pihak.
3. Grus grus

Bisa dibilang, grus grus alias common crane adalah bangau yang paling luas persebarannya. Mereka menghuni tiga benua sekaligus, yaitu Asia, Afrika, dan Eropa. Jumlahnya juga sangat banyak (antara 490.000—505.000 ekor), membuatnya dikategorikan sebagai spesies berisiko rendah (least concern).
Hewan yang usianya mencapai 30—40 tahun ini panjangnya 100–130 sentimeter dengan rentang sayap 180—240 sentimeter dan berat 3–6 kilogram. Sebagai hewan komunal, mereka hidup dalam kawanan yang berisi ratusan individu. Saat musim kawin, mereka bertelur sebanyak 2—4 butir dan akan menetas setelah dierami selama 30 hari. Sembilan minggu setelah terlahir ke dunia, anak burung sudah bisa terbang.
4. Grus japonensis

Beralih ke grus japonensis atau red-crowned crane, yang merupakan burung bangau terlangka kedua di dunia. Tersisa 2.800—3.300 ekor saja di alam liar, yang tersebar di Tiongkok, Korea Utara, Korea Selatan, Jepang, dan Rusia.
Berdasarkan assessment pada 2021, spesies ini berstatus rentan. Faktor-faktor yang mendorong kepunahannya antara lain penggundulan hutan, kerusakan lahan basah, pembangunan infrastruktur (jalan, bendungan, dan area industri), serta kontaminasi logam berat.
Sebagai salah satu burung terbesar di dunia, Grus japonensis dapat tumbuh sepanjang 1,6 meter dengan rentang sayap 2,4 meter dan berat 9,5 kilogram. Burung jantan dan betina saling bahu-membahu dalam membesarkan anak-anaknya, mulai dari membangun sarang, mengerami telur, memberi makan, hingga melindungi dari predator. Umurnya cukup panjang, yakni 30 tahun di alam liar dan 60 tahun di penangkaran.
5. Grus virgo

Mari kita tutup daftar ini dengan grus virgo, yang juga dikenal sebagai demoiselle crane. Sebagai spesies bangau terkecil, panjangnya hanya 85—100 sentimeter dengan rentang sayap 155—180 sentimeter dan bobot 2—3 kilogram.
Kamu bisa menemukan grus virgo di Tiongkok, Jepang, Mongolia, Taiwan, Korea Utara, Korea Selatan, Kazakhstan, dan Rusia. Namun, saat musim dingin mereka akan bermigrasi ke India dan Afrika sub-Sahara (semua negara yang terletak di selatan Gurun Sahara).
Burung yang dapat hidup hingga 25—65 tahun ini cara tidurnya unik, yaitu berdiri dengan satu kaki sembari menyelipkan kepalanya di bawah sayapnya. Karena masih ada 230.000—261.000 ekor di alam liar, membuatnya digolongkan sebagai spesies yang paling tidak mengkhawatirkan. Akan tetapi, mereka kerap ditembak atau diracuni karena dianggap sebagai hama tanaman.
Ternyata, burung-burung di atas status konservasinya berbeda-beda. Ada yang aman, ada pula yang terancam punah. Semoga ada upaya serius untuk melindungi mereka, ya!