Cairnya Es di Antartika Berpotensi Bangunkan Gunung Berapi

- Bahaya tersembunyi: celah vulkanik aktif di bawah lempengan es Antartika barat bisa mengakibatkan siklus vulkanisme yang mempercepat pencairan es.
- Keretakan vulkanik jarang diperhitungkan: analisis menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik saat lapisan es hilang, memicu letusan gunung berapi subglasial.
- Meningkatnya letusan: tekanan magma meningkat ketika es mencair, mempercepat waktu terjadinya letusan dan efek hilangnya es selama ratusan hingga ribuan tahun.
Jauh di bawah gurun beku di Antartika bagian barat, ada bahaya tersembunyi yang mengintai. Di bawah lempengan air beku setebal 1-2 kilometer yang masif, terdapat celah vulkanik aktif yang mendidih.
Saat lapisan es mencair, perubahanan suhu dan tekanan pada kerak bumi dan ruang magma di dalamnya dapat menghasilkan siklus vulkanisme yang dapat mempercepat pencairan es, mengutip situs Science Alert.
Bisa menjadi masalah
Perkiraan ini tergantung pada prediksi stabilitas lapisan es Antartika barat. Wilayah yang lebih kecil di benua Antartika ini memiliki lapisan es yang sangat rentan terhadap keruntuhan—namun keretakan vulkanik jarang diperhitungkan ketika membuat model masa depan.
Keretakan bisa menjadi masalah yang signifikan. Analisis terhadap deglasi di masa lalu—hilangnya lapisan es dan gletser—menunjukkan adanya peningkatan aktivitas vulkanik. Hal ini dapat dikaitkan langsung dengan hilangnya es.
Tim peneliti melakukan ribuan simulasi efek mencairnya es pada lapisan di bawahnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketika es mencair, tekanan pada kerak bumi berkurang, sehingga memungkinkan magma yang terperangkap di dalam ruang-ruang di dalamnya mengembang, memberikan lebih banyak tekanan pada dinding batuan di sekitarnya.
Berpotensi picu lebih banyak letusan

Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan letusan. Selain itu, ketika magma mendingin, berkurangnya berat dari es yang mencair memungkinkan air dan karbon dioksida yang terlarut di dalam magma membentuk gelembung gas—tekanan tambahan di dalam ruang terbatas, yang dapat meningkatkan kemungkinan letusan.
Proses ini tidak hanya mempercepat waktu terjadinya letusan, yang seharusnya membutuhkan waktu lebih lama jika es tidak mencair. Panas yang dilepaskan akibat aktivitas gunung berapi dapat mempercepat pencairan es yang pada akhirnya memicu lebih banyak letusan.
Letusan gunung berapi subglasial tidak akan memiliki efek yang sama seperti letusan di permukaan karena mereka terperangkap di bawah es.
Namun, letusan tersebut dapat mengikis dan menurunkan es dari bawah secara diam-diam, mempercepat efek hilangnya es selama ratusan hingga ribuan tahun.
Perlu lebih banyak penelitian
Sayangnya jika itu sudah terjadi, tidak ada yang bisa kita lakukan karena sudah di luar kendali manusia. Artinya, perlu lebih banyak penelitian untuk memahami bagaimana mekanisme ini bekerja dan bagaimana memasukkan model tersebut ke masa depan Bumi.
Bahkan, setelah berhenti mencair, kompresibilitas magma tetap meningkat secara permanen karena pengurangan tekanan litostatik, yang mengakibatkan letusan bertambah besar dalam lintasan ruang magma.
Dalam rangka mengetahui bahayanya, diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah letusan gunung berapi akan menghilangkan lapisan es di sekitar wilayah tersebut.