4 Cara Lumba-lumba Menunjukkan Kasih Sayang pada Anaknya

Lumba-lumba dikenal sebagai mamalia laut yang cerdas dan sosial. Mereka hidup dalam kelompok dan memiliki ikatan yang kuat, terutama antara induk dan anaknya. Tapi, tahukah kamu kalau kasih sayang lumba-lumba terhadap anaknya nggak kalah mengharukan dibanding manusia? Mereka punya cara tersendiri untuk melindungi, mengasuh, dan mengajarkan anak-anaknya bertahan hidup di lautan.
Berbagai penelitian membuktikan bahwa induk lumba-lumba bukan hanya sekadar penjaga, tetapi juga mentor bagi anak-anaknya. Dari memanggil dengan suara khusus hingga mengajari cara berburu, kasih sayang mereka sangat nyata. Yuk, simak empat cara lumba-lumba menunjukkan kasih sayang pada anaknya!
1. Lumba-lumba memanggil anaknya dengan suara unik

Lumba-lumba memiliki cara unik untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya, salah satunya adalah menggunakan signature whistles—suara khas yang berfungsi seperti nama panggilan. Menurut Smithsonian Magazine, setiap lumba-lumba memiliki siulan unik yang membantunya tetap terhubung dengan kelompoknya. Ibu lumba-lumba akan sering mengulangi suara ini agar anaknya dapat mengenali dan mengingatnya.
Menariknya, menurut penelitian yang dipublikasikan oleh CBS News, induk lumba-lumba bahkan menggunakan baby talk saat berbicara dengan anaknya. Mereka mengeluarkan siulan dengan nada lebih tinggi dan rentang frekuensi yang lebih luas, mirip seperti manusia yang berbicara dengan suara lembut kepada bayi. Hal ini diduga membantu anak lumba-lumba belajar mengeluarkan suara mereka sendiri dan mempercepat proses komunikasi antara ibu dan anak.
Selain itu, lumba-lumba juga bisa meniru siulan satu sama lain, memungkinkan mereka untuk saling memanggil dengan lebih efektif. Selain suara, mereka juga menggunakan komunikasi nonverbal seperti gerakan tubuh, tepukan sirip, dan gelembung udara untuk menyampaikan emosi atau membangun ikatan sosial. Dengan kombinasi vokal dan isyarat tubuh ini, bayi lumba-lumba dapat belajar bagaimana berkomunikasi dengan dunia sekitarnya selama tiga hingga enam tahun pertama kehidupannya.
2. Induk lumba-lumba menjaga anaknya dengan formasi renang khusus

Sejak bayi lumba-lumba lahir, induknya menerapkan pola renang khusus untuk memastikan keselamatan dan perkembangan anaknya. Menurut penelitian yang dipublikasikan di National Center for Biotechnology Information (NCBI), induk dan anak lumba-lumba berenang dalam formasi berkelanjutan, terutama selama periode awal pasca-kelahiran. Mereka akan mengubah arah dan kecepatan berenang bersama, serta merespons perubahan perilaku hewan lain di sekitar mereka untuk menghindari bahaya.
Selain itu, bayi lumba-lumba tidak bisa berenang sendiri dengan efisien. Oleh karena itu, induknya selalu menjaga posisi agar anaknya bisa memanfaatkan slipstream—gelombang hidrodinamis yang terbentuk saat induk berenang. Menurut SeaWorld, teknik ini membantu bayi lumba-lumba menghemat energi dan tetap bergerak dengan mudah. Selama periode ini, induk lumba-lumba juga cenderung mengurangi waktu istirahat di permukaan air demi memastikan anaknya tetap aman dan belajar berenang dengan benar.
Peran induk tak berhenti di situ. Mereka juga aktif dalam proses menyusui dengan cara menyemprotkan susu langsung ke mulut anaknya. Berdasarkan laporan dari Dolphin Research Center, susu lumba-lumba mengandung lemak tinggi serta kolostrum yang berfungsi melindungi bayi dari infeksi di bulan-bulan awal kehidupannya. Dengan perhatian penuh ini, anak lumba-lumba memiliki peluang lebih besar untuk bertahan hidup dan berkembang di lautan yang penuh tantangan.
3. Induk lumba-lumba memberi makan anaknya dengan perhatian ekstra

Memberi makan bayi lumba-lumba bukan tugas yang mudah. Induk lumba-lumba harus memastikan anaknya mendapatkan nutrisi yang cukup sambil tetap menjaga energi untuk berburu dan bertahan hidup. Menurut laman SeaWorld, lumba-lumba betina menyusui anaknya dengan menyemprotkan susu langsung ke mulutnya. Susu ini sangat kaya lemak, membantu bayi tumbuh dengan cepat dan bertahan di lingkungan laut yang dinamis.
Kebutuhan energi induk lumba-lumba selama menyusui juga meningkat drastis. Berdasarkan penelitian dari National Center for Biotechnology Information (NCBI), lumba-lumba menyusui membutuhkan energi 1,5 hingga 3 kali lebih tinggi dibandingkan lumba-lumba dewasa lainnya. Mereka juga mengonsumsi lebih banyak makanan, sekitar 8% dari berat tubuhnya per hari, dibandingkan lumba-lumba biasa yang hanya makan sekitar 4–6%.
Seiring pertumbuhan, bayi lumba-lumba mulai mencoba makan ikan sekitar usia 3 hingga 4 bulan, setelah giginya mulai tumbuh. Mereka biasanya mulai mengonsumsi ikan saat mencapai panjang sekitar 130–150 cm. Selain itu, mereka juga sering berenang dalam posisi khusus yang disebut baby position, di mana mereka tetap berada di dekat induknya untuk menyusui dengan mudah dan memanfaatkan arus slipstream agar tidak cepat lelah.
Menariknya, induk lumba-lumba dengan bayi cenderung berburu di siang hari lebih sering dibanding lumba-lumba lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengganti waktu makan yang terbatas di malam hari, terutama karena mereka harus fokus menjaga anaknya. Kebiasaan ini cukup jarang ditemukan pada lumba-lumba dewasa yang tidak sedang menyusui.
4. Induk lumba-lumba mengajarkan anaknya bermain untuk bertahan hidup

Bermain bukan sekadar hiburan bagi bayi lumba-lumba—ini adalah bagian penting dari tumbuh kembang mereka. Menurut penelitian yang dipublikasikan di Phys.org, permainan sosial membantu anak lumba-lumba belajar memahami dinamika kelompok, membangun kerja sama, dan mengembangkan kreativitas dalam berinteraksi. Aktivitas ini juga membantu mereka mengenali posisi sosialnya dalam kawanan.
Lebih dari sekadar bersenang-senang, bermain juga melatih keterampilan bertahan hidup. Menurut jurnal Animal Behavior and Cognition, lumba-lumba muda yang sering bermain memiliki kemampuan pemecahan masalah yang lebih fleksibel dan adaptif saat menghadapi situasi baru. Mereka juga menggunakan permainan untuk melatih keterampilan motorik yang penting dalam berburu dan bertahan hidup di laut lepas.
Menariknya, permainan juga berperan dalam kesiapan reproduksi. Studi terbaru yang dikutip oleh ScienceDaily menemukan bahwa lumba-lumba jantan muda sering melakukan versi "latihan" dari perilaku kawin saat bermain. Jumlah waktu yang mereka habiskan dalam permainan ini ternyata berhubungan langsung dengan seberapa sukses mereka memiliki keturunan di masa depan.
Selain bermain dengan sesamanya, anak lumba-lumba juga suka bermain dengan objek. Menurut Animal Behavior and Cognition, mereka sering membawa rumput laut, alga, atau biji bakau di mulut mereka untuk eksplorasi. Seiring bertambahnya usia, pola permainan mereka juga berkembang—anak lumba-lumba yang awalnya hanya bermain dengan teman sebayanya akan mulai berinteraksi dengan individu yang lebih tua. Dengan cara ini, mereka belajar berbagai keterampilan sosial yang akan berguna saat mereka dewasa.
Cara lumba-lumba menunjukkan kasih sayang pada anaknya menjadi bukti bahwa bahasa cinta ibu begitu universal dan bisa ditemukan di mana saja, bahkan di dunia hewan. Dari memanggil dengan suara khusus hingga mengajarkan keterampilan bertahan hidup, lumba-lumba melakukan segalanya untuk memastikan anaknya tumbuh dengan baik. Jadi, kalau kamu melihat lumba-lumba di laut, ingatlah bahwa mereka bukan hanya hewan yang cerdas, tetapi juga penuh kasih sayang!