5 Fakta Menarik Deinocheirus, Dinosaurus Berbentuk Bebek Raksasa

Dunia dinosaurus sering menghadirkan berbagai kejutan melalui penemuan fosil yang unik. Salah satu penemuan paling menarik adalah Deinocheirus, dinosaurus yang hidup sekitar 70 juta tahun lalu di wilayah Mongolia. Nama Deinocheirus berasal dari bahasa Yunani yang berarti "tangan mengerikan". Julukan ini merujuk pada sepasang lengan raksasa yang menjadi ciri khasnya. Fosil pertama dinosaurus ini ditemukan pada 1965 di Gurun Gobi, Mongolia, namun hanya berupa sepasang lengan dan beberapa tulang lainnya.
Misteri penampilan lengkap Deinocheirus akhirnya terpecahkan setelah hampir 50 tahun. Para peneliti menemukan dua spesimen baru pada 2006 dan 2009. Namun, beberapa bagian fosilnya sempat dicuri dan dijual di pasar gelap sebelum akhirnya dikembalikan ke Mongolia pada 2014. Penemuan ini mengungkap sosok dinosaurus yang sangat unik. Akhirnya terungkap kalau dinosaurus ini memiliki berbagai fitur yang tidak biasa dalam satu tubuh. Berikut 5 fakta menarik dari Deinocheirus!
1. Memiliki lengan raksasa dan paruh mirip bebek

Deinocheirus merupakan dinosaurus dengan kombinasi fitur yang tidak lazim. Lengannya raksasanya mencapai panjang 2,4 meter, dilengkapi cakar tumpul sepanjang 20 sentimeter. Cakar ini berbeda dari dinosaurus karnivora lain yang umumnya runcing dan tajam. Struktur cakar tumpul ini menunjukkan bahwa lengan Deinocheirus tidak digunakan untuk berburu, melainkan mengumpulkan tumbuhan dan menangkap ikan.
Tengkoraknya berukuran besar, mencapai panjang 1 meter, dihiasi paruh lebar tanpa gigi mirip bebek. Paruh ini dilengkapi lidah berotot yang kuat, meski kekuatan gigitnya tergolong lemah. Lehernya membentuk kurva S yang lebih melengkung dibanding kerabat dekatnya, kelompok ornithomimosaur lain.
Dinosaurus ini memiliki tinggi 4,4 hingga 5,8 meter, menjulang melampaui T-Rex yang hidup di era yang sama. Panjang tubuhnya mencapai 12 meter dengan berat 6,5 hingga 7,3 ton. Ukuran ini menjadikannya ornithomimosaur terbesar yang pernah ditemukan. Ukurannya ini sangat kontras dengan kerabatnya yang kebanyakan berukuran lebih kecil dan lincah.
2. Memiliki punuk dan tulang berongga

Salah satu fitur mencolok lain dari Deinocheirus adalah punuk atau layar di punggungnya. Struktur ini terbentuk dari tulang belakang yang tinggi, mirip dengan dinosaurus Spinosaurus. Para peneliti menduga punuk ini berperan dalam pengaturan suhu tubuh atau penyimpanan lemak sebagai cadangan energi saat musim kering.
Meski bertubuh besar, Deinocheirus memiliki sistem tulang berongga yang membuatnya lebih ringan. Rusuk-rusuknya yang tinggi dan lurus menghasilkan bentuk tubuh yang ramping. Adaptasi ini kemungkinan membuat Deinocheirus bergerak lebih efisien meski bertubuh raksasa.
Melansir AZ Animals, bukti fosil menunjukkan adanya pygostyle di bagian ekor, struktur yang biasanya mendukung keberadaan kipas bulu-bulu. Peneliti juga menemukan indikasi bahwa tubuh Deinocheirus tertutup bulu tebal. Bulu ini diduga untuk membantu mengatur suhu tubuh Deinocheirus di lingkungan Mongolia yang mengalami perubahan suhu ekstrem.
3. Suka memakan ikan dan tumbuhan air

Deinocheirus merupakan dinosaurus omnivora yang memakan tumbuhan air dan ikan. Para peneliti menemukan bukti konkret pola makan ini dari sisa-sisa tulang belakang dan sisik ikan dalam fosil perutnya. Paruh lebarnya sangat efektif menyaring makanan dari air, mirip cara makan bebek masa kini.
Sistem pencernaan Deinocheirus menunjukkan adaptasi khusus. Peneliti menemukan sekitar 1.400 gastroliths atau batu pencerna dalam perut fosilnya. Batu-batu ini berukuran 8 hingga 87 milimeter dan berfungsi untuk menggiling makanan karena Deinocheirus tidak memiliki gigi. Lidah berototnya berguna untuk mendorong makanan ke bagian belakang mulut, kemudian batu-batu ini membantu proses pencernaan.
Pola makan Deinocheirus sangat dipengaruhi musim. Melansir Prehistoric Wildlife, dinosaurus ini aktif mencari makan di perairan dangkal saat musim hujan. Lengan panjangnya sangat membantu mengumpulkan tumbuhan air dan menangkap ikan dari dasar sungai. Makanan yang terkumpul akan diubah menjadi cadangan energi dalam tubuhnya sebagai persiapan menghadapi musim kering.
4. Hidup di wilayah Gurun Gobi sekitar 70 juta tahun lalu

Deinocheirus hidup di wilayah Mongolia sekitar 70 juta tahun lalu, tepatnya di Formasi Nemegt yang kini menjadi bagian Gurun Gobi. Berbeda dengan Gurun Gobi yang kering saat ini, lingkungan tempat Deinocheirus hidup dipenuhi sungai dangkal, rawa-rawa, dan dataran berlumpur. Kawasan ini juga sering mengalami banjir saat musim hujan tiba.
Kawasan ini mengalami pergantian musim ekstrem antara periode basah dan kering. Formasi Nemegt menunjukkan bukti aliran sungai besar, dataran pasang surut, dan hutan yang menandakan lingkungan kaya nutrisi. Kondisi ini mendukung keberadaan berbagai dinosaurus besar, termasuk Deinocheirus.
Deinocheirus berbagi habitat dengan beragam dinosaurus lain. Therizinosaurus dan beberapa spesies titanosaur hidup di kawasan yang sama. Kehadiran predator besar seperti Tarbosaurus menciptakan dinamika rantai makanan yang kompleks di ekosistem purba ini.
5. Ukuran otaknya relatif kecil

Meski berukuran besar, Deinocheirus tetap menghadapi ancaman predator, terutama Tarbosaurus. Bukti konkret interaksi ini terlihat dari bekas gigitan Tarbosaurus yang ditemukan pada tulang perut (gastralia) fosil Deinocheirus. Namun, belum bisa dipastikan apakah bekas gigitan ini hasil perburuan aktif atau perilaku mengais bangkai.
Tinggi tubuh Deinocheirus memberikan keuntungan menghadapi predator. Tarbosaurus dewasa hanya mampu menggigit setinggi perut atau paha Deinocheirus. Posisi ini menempatkan sang predator dalam jangkauan serangan lengan panjang Deinocheirus yang bisa digunakan sebagai senjata pertahanan.
Tingkat kecerdasan Deinocheirus tergolong rendah. Otak kecilnya menunjukkan kemampuan terbatas dalam koordinasi dan keseimbangan. Namun, kombinasi ukuran tubuh besar dan lengan panjang memberikan perlindungan efektif dari sebagian besar predator. Hal ini memungkinkan Deinocheirus bertahan hingga kepunahan massal dinosaurus.