Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Fakta Unik Genus Latimeria, Salah Satu Ikan Purba yang Masih Hidup!

Genus Latimeria (commons.wikimedia.org/MichalPL)

Mungkin kamu kerap mendengar nama coelacanth, yaitu "fosil hidup" yang masih berkeliaran di lautan. Nah, penyebutan coelacanth sendiri tidak merujuk ke satu spesies, sebaliknya nama tersebut disematkan ke beberapa spesies ikan yang berasal dari ordo Coelacanthiformes. Saat ini, hanya ada satu genus Coelacanthiformes yang tersisa, yaitu genus Latimeria.

Penyebaran genus ini terbilang sempit dan terisolasi di mana ia hanya menghuni perairan Afrika dan Sulawesi. Sebagai "fosil hidup" genus Latimeria juga punya banyak perbedaan dari ikan modern, entah dari ciri fisik, makanan, sampai kebiasaannya. Sayangnya, ikan ini kurang dikenal dan jarang dibahas oleh masyarakat secara luas. Nah, supaya kamu lebih mengenai genus Latimeria maka kita akan membahas beberapa fakta unik tentangnya!

1. Hanya menyisakan dua spesies yang hidup Afrika dan Indonesia

Genus Latimeria (commons.wikimedia.org/sybarite48)

Dilansir iNaturalist, genus Latimeria masuk dalam ordo Coelacanthiformes, oleh karena itu ikan ini kerap disebut sebagai coelacanth. Dahulu ada banyak spesies yang berasal dari ordo Coelacanthiformes, namun saat ini hanya terdapat dua Coelacanthiformes yang keduanya berasal dari genus Latimeria, yaitu Latimeria menadoensis dan Latimeria chalumnae. Keduanya hidup di wilayah yang berbeda di mana L. menadoensis hidup di perairan Sulawesi sementara L. chalumnae bisa ditemukan di laut Afrika.

Di siang hari, ikan ini lebih sering bersembunyi di goa bawah laut pada kedalaman 90 sampai 200 meter. Barulah saat malam menjelang ia akan naik ke perairan yang lebih dangkal hingga kedalaman 55 meter. Hal tersebut dilakukan karena ikan ini tidak mampu menahan sinar matahari. Kebiasaannya ini juga membuat genus Latimeria sulit dideteksi dan ditemui.

2. Merupakan hewan yang terancam punah

Genus Latimeria (commons.wikimedia.org/Cattafra)

Genus Latimeria merupakan satwa terancam punah dan sayangnya tak ada yang tahu mengenai jumlah populasi ikan ini di alam liar. Ia sangat jarang naik ke permukaan dan para ahli juga sulit menemukan ikan ini di habitatnya. Misalpun ada spesimen yang tertangkap biasanya ia tertangkap oleh nelayan dalam keadaan mati yang mana sangat disayangkan.

Lebih lanjut, L. menadoensis masuk ke kategori vulnerable atau rentan. Di sisi lain, L. chalumnae masuk ke kategori critically endangered atau sangat terancam, jelas IUCN Red List. Karena hal tersebut keduanya bisa punah dalam waktu dekat jika tidak dilakukan upaya konservasi yang serius. Di Indonesia ikan ini juga termasuk satwa dilindungi jadi kamu tak boleh sembarangan menangkap, memburu, mengganggu, memperdagangkan, atau membunuhnya.

3. Memiliki ciri primitif yang tidak ditemukan pada ikan lain

Genus Latimeria (commons.wikimedia.org/Todd Huffman)

Latimeria adalah ikan purba yang sudah hidup sejak zaman dulu, bahkan para ahli mengira kalau semua ordo Coelacanthiformes sudah punah sekitar 66 juta tahun yang lalu, jelas Britannica. Sebagai ikan purba, Laterima menunjukan beberapa ciri primitif yang tidak ditemukan pada ikan modern. Pertama, ia memiliki tulang besar, kuat, dan tebal layaknya hewan darat. Hal ini jauh berbeda dari kebanyakan ikan modern yang memiliki tulang tipis dan ramping atau biasa disebut ikan bertulang kipas.

Dibandingkan ikan modern, Latimeria memiliki sirip yang lebih banyak. Dalam hal ini, ia memiliki lebih dari lima sirip yang ada di atas dan bawah tubuh. Sirip-sirip tersebut juga menyerupai kaki karena memiliki tulang keras dan pangkal sirip yang panjang dan kuat. Tak cuma itu, Latimeria juga memiliki paru-paru di dalam tubuhnya, namun paru-paru tersebut sudah tidak berfungsi dan membuatnya jadi organ vertigial. Ukuran ikan ini juga besar dengan panjang maksimal 2 meter dan bobot sekitar 45 kilogram.

4. Merupakan hewan vivipar yang bereproduksi dengan cara melahirkan

Genus Latimeria (commons.wikimedia.org/Victor 'RDFR' Morozov)

Kebanyakan ikan bereproduksi dengan cara ovipar atau bertelur, namun hal tersebut tidak terjadi pada Latimeria. Daripada bertelur ikan ini justru bereproduksi dengan cara melahirkan atau vivipar, jelas National Geographic dan BBC News. Uniknya, anakan dari ikan ini disebut pup, mirip seperti penyebutan anakan anjing. Sekali bereproduksi Latimeria mampu melahirkan sekitar 5 sampai 25 anakan.

Anakannnya juga mandiri dan setelah lahir mereka langsung bisa hidup tanpa bantuan orang tuanya. Untuk mencapai kematangan seksual hewan ini butuh waktu yang lama, yaitu sekitar 20 tahun. Terakhir, ikan ini mampu hidup sangat lama, bahkan mencapai 100 tahun. Sayangnya hanya itu yang diketahui tentang reproduksi dan kehidupan Latimeria. Saat ini para ahli terus melakukan penelitian untuk menguak misteri mengenai ikan eksotis ini.

5. Memiliki metabolisme yang sangat lambat

Genus Latimeria (commons.wikimedia.org/Claudio Martino)

Artikel di jurnal BMC Biology menjelaskan bahwa Latimeria merupakan hewan dengan metabolisme paling lambat di dunia. Nah, dengan metabolisme yang lambat ikan ini mampu bertahan hidup dengan sangat lama, bahkan tanpa makanan sekalipun. Metabolisme yang lambat juga membuatnya bisa bertahan hidup di dasar laut yang dingin dan gelap. Saking lambatnya metabolisme ikan ini, para ahli mengganggap kalau Latimeria secara konstan berada pada keadaan di mana metabolismenya berada dalam keadaan hidrostatik yang seimbang.

Nyatanya tak semua hewan purba punah dan musnah dari muka bumi. Setelah diulik dan dicari ternyata masih ada beberapa hewan yang masih selamat seperti genus Latimeria. Uniknya ikan ini masih mempertahankan ciri-ciri primitif, seperti struktur tubuh yang tak biasa sampai bentuk tulang yang menyerupai mamalia. Sayangnya, ikan ini termasuk spesies terancam punah dan jarang diteliti. Karenanya, tak banyak yang diketahui mengenai ikan yang disebut fosil hidup ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ane Hukrisna
EditorAne Hukrisna
Follow Us