5 Fakta Oriental Small Clawed Otter, Hewan yang Setia pada Pasangan!

- Oriental small clawed otter adalah hewan semiakuatik yang hidup di Asia, terutama di wilayah selatan, timur, dan tenggara.
- Mereka hidup secara bersosialisasi dalam kelompok 12-20 ekor, memiliki cara berenang unik, serta setia kepada pasangan seumur hidup.
- Jumlah oriental small clawed otter liar semakin berkurang karena pengeringan lahan basah dan pemburuan manusia untuk bulunya.
Otter merupakan hewan semiakuatik yang dapat hidup di air dan darat. Mereka mempunyai beberapa spesies salah satunya oriental small clawed otter. Hewan ini dikenal akan sifatnya yang temperamen karena sering terlihat berkelahi di alam liar.
Fakta mengejutkan lainnya, keberadaan oriental small clawed otter saat ini berada di ambang kepunahan. Mampu bertahan hidup lama, inilah beberapa fakta menarik dari oriental small clawed otter dilansir dari laman Animalia dan Animaldiversity. Simak nih ulasannya!
1. Habitat asli oriental small clawed otter

Oriental small clawed otter merupakan hewan endemik asal benua Asia. Namun, populasi mereka hanya dapat ditemukan di wilayah Asia bagian selatan, timur, dan tenggara yang meliputi negara Bangladesh, India, China, Malaysia, Laos, dan lain-lain. Dilansir dari laman Animalia, spesies otter ini mendiami berbagai area lahan basah seperti sungai, danau, hingga sawah.
Namun, mamalia ini lebih suka tinggal di perairan yang mempunyai arus lambat serta ditumbuhi banyak tanaman air. Oriental small clawed otter termasuk hewan karnivora. Mereka bertahan hidup dengan memangsa ikan, kepiting, tikus, katak, dan masih banyak lagi.
2. Kebiasaan hidup di alam liar

Oriental small clawed otter termasuk hewan yang suka bersosialisasi. Mamalia ini hidup dengan membentuk kelompok yang jumlahnya berkisar antara 12 hingga 20 ekor. Mereka aktif beraktifitas mulai dari pagi hingga matahari terbenam seperti mencari makanan dan berkembang biak.
Oriental small clawed otter memiliki cara berenang yang unik yakni dengan menggerakan kaki belakang serta ekornya. Di habitat aslinya, oriental small clawed otter sering terlihat berkelahi. Ini lantaran hewan ini bersifat teritorial di mana mereka akan mempertahankan wilayah kekuasaannya dari otter lainnya.
3. Ciri khas fisik

Seekor oriental small clawed otter dewasa mempunyai panjang tubuh berkisar antara 40 hingga 65 sentimeter serta ekor 30 sentimeter. Sedangkan bobotnya bisa mencapai 5,4 kilogram. Dilansir dari laman Animaldiversity, tubuh mereka ditutupi oleh bulu berwarna abu-abu kecoklatan.
Oriental small clawed otter juga memiliki taring gigi serta cakar yang tajam. Ini sangat berguna bagi mereka untuk mengoyak daging mangsanya dengan mudah. Secara visual, sangat sulit untuk membedakan antara jantan dan betina.
4. Sistem reproduksi

Oriental small clawed otter dikenal akan sifatnya yang sangat setia kepada pasangannya. Mereka hanya bertahan dengan satu pasangan untuk seumur hidup. Spesies otter ini tidak memiliki musim kawin dan dapat berkembang biak sepanjang tahun.
Masa kehamilan betina berlangsung selama dua bulan. Dalam satu kali persalinan, oriental small clawed otter dapat melahirkan hingga 6 bayi. Baik jantan maupun betina sama-sama bertanggung jawab untuk membesarkan anak. Mereka akan menjadi dewasa setelah menginjak usia 6 bulan.
5. Populasi yang menurun drastis

Menurut data yang dikeluarkan oleh Badan Konservasi Alam Dunia (IUCN) menunjukan jumlah oriental small clawed otter yang tersisa di dalam liar berkisar kurang lebih 5.000 ekor. Kabar buruknya, jumlah tersebut dari tahun ke tahun semakin berkurang. Mereka telah dimasukan dalam daftar hewan dilindungi.
Ancaman terbesar yang dihadapi oriental small clawed otter adalah pengeringan lahan basah. Ini menyebabkan mereka kehilangan habitatnya. Di samping itu, hewan ini juga sering diburu manusia untuk diambil bulunya. Di alam liar, oriental small clawed otter mampu bertahan hidup hingga usia 16 tahun.
Meskipun memiliki sistem reproduksi yang tergolong cepat namun hal tersebut tidak bisa menyelamatkan oriental small clawed otter dari ancaman kepunahan. Semoga ada upaya penangkaran dilakukan agar populasinya kembali stabil.