5 Hukuman Mati Paling Mengerikan di Mesir Kuno, Sadis!

Apa yang kamu pikirkan jika mendengar Mesir Kuno? Yap, tentu saja Piramida Giza, firaun dengan kekuasaannya yang absolut, hieroglif misterius yang tertulis di dinding makam, dan lain sebagainya. Namun, yang jarang dibahas adalah kehidupan sehari-hari masyarakat Mesir Kuno dan cara mereka meninggal.
Rupanya, ada cara kematian paling menyakitkan di Mesir Kuno. Hal ini tidak terjadi karena sebab alamiah, kekerasan, atau kecelakaan, melainkan karena hukuman atas kejahatan yang dilakukan seseorang. Mesir Kuno sangat serius dengan hukumnya, mengingat tatanan dewa yang mereka sembah, yakni Ma'at. Di samping itu, firaun adalah perwujudan Ma'at di Bumi, yang menjembatani dewa dengan manusia dan manusia dengan sesamanya.
Berdasarkan hukum firaun, perempuan yang berzina akan dipotong hidungnya, sedangkan laki-laki akan dicambuk 1.000 kali. Kejahatan seperti pemerkosaan akan di hukum mati. Bahkan pencurian pun dapat berujung pada hukuman mematikan. Lalu, apa saja lima hukuman mati paling mengerikan di Mesir Kuno?
1. Dilemparkan ke buaya

Aligator adalah hewan yang lebih cepat, tapi kurang agresif. Sementara itu, buaya lebih lambat, tapi sangat agresif. Nah, kamu tahu tidak di mana terdapat banyak buaya? Yap, Sungai Nil. Saat ini, buaya bergerombol di selatan Sungai Nil. Di samping itu, buaya Sungai Nil merupakan spesies buaya terbesar kedua di dunia, dan buaya Sungai Nil sangat ditakuti selama zaman firaun Mesir Kuno.
Dikutip Egypt Tours, seorang pencuri bisa di hukum mati dengan dilemparkan ke Sungai Nil yang dipenuhi buaya, khususnya bagi pencuri yang sering keluar masuk penjara. Masyarakat Mesir Kuno sendiri memuja buaya dan rumahnya, Sungai Nil, mengingat Sobek adalah dewa berkepala buaya yang ganas. Diketahui, Sobek adalah dewa kesuburan dan memimpin tanah orang mati. Jadi, hukuman pencuri yang dilemparkan ke Sungai Nil yang dipenuhi buaya dimaksudkan untuk memberi makan masyarakat (mengembalikan hasil curian tersebut).
Peneliti Jackson Njau menjelaskan kepada Universitas California, Berkeley bahwa buaya adalah predator yang memangsa korbannya dengan berantakan. Buaya akan membanting mangsanya di batu untuk menghancurkan tulang, mencabik-cabik mangsanya, berguling-guling di air, dan banyak lagi. Jadi, kematian seperti ini sangat mengerikan.
2. Hukuman mati dengan cara ditusuk

Kamu pernah mendengar Vlad the Impaler? Yap, ia dinamai seperti itu karena ia suka menusuk daging musuhnya. Vlad the Impaler tinggal di Transilvania abad ke-15. Itu sebabnya, kisahnya menjadi inspirasi bagi karakter Drakula.
Nah, untuk lebih jelasnya lagi, Vlad the Impaler menusuk musuh-musuhnya di tiang pancang lewat anus atau vagina. Tiang pancang yang tajam itu dipalu ke anus atau vagina. Kemudian saat tiang pancang itu didirikan, korban akan tertusuk hingga atas, seperti mulut atau kepala korban.
Namun, tahukah kamu? Orang Mesir Kuno sudah menerapkan praktik hukuman mati ini lebih dulu. Hukuman mati dengan menusuk seseorang adalah salah satu bentuk eksekusi yang paling terkenal di Mesir Kuno, lho. Metode penusukan ini sama seperti yang dilakukan Vlad the Impaler.
Nah, lalu apa, sih, kejahatan yang bisa mendapatkan hukuman sadis seperti ini di Mesir Kuno? Yap, pencuri kelas kakap. Namun, bukan pencuri pisang, tapi lebih seperti pelaku penjarahan makam kerajaan. Penggambaran eksekusi semacam ini ditemukan dalam satu teks hieroglif menggunakan istilah "memberi pada kayu" untuk merujuk pada penusukan. Seperti eksekusi lainnya, eksekusi ini dilakukan di depan umum.
3. Hukuman mati dengan cara ditenggelamkan

Hukuman mati dengan menenggelamkan seseorang merupakan eksekusi di Mesir Kuno. Seseorang yang dianggap melanggar aturan di Mesir Kuno akan dimasukkan ke dalam keranjang tertutup untuk ditenggelamkan. Cara mematikan seperti ini bisa dibilang sangat menyakitkan.
Saat seseorang tidak dapat bernapas, karbon dioksida akan menumpuk di paru-paru. Kemudian hipoksia terjadi, korban akan kekurangan oksigen ke otak dan tubuh. Itu berarti, napas korban akan tersengal-sengal dan paru-paru yang kemasukan air akan terasa seperti terbakar.
4. Hukuman mati dengan dibakar hidup-hidup

Kamu pasti tahu, kan, betapa sakitnya ketika jari tidak sengaja menyentuh panci panas atau apa pun itu yang berhubungan dengan panas? Coba kamu bayangkan bagaimana jika manusia terbakar hidup-hidup. Tentu saja rasa sakit ini sangatlah mengerikan.
Seperti yang dijelaskan oleh sebuah studi dari Journal of the Economic and Social History of the Orient, para peneliti menyebutkan sebuah teks dari Mesir Kuno yang menjelaskan tentang pemberontak dari Thebes dan banyak orang dibakar karena kejahatannya. Benar, pemberontakan terhadap firaun akan dianggap sebagai tindakan yang fatal, karena firaun diyakini sebagai dewa di Bumi.
Pembakaran pun menjadi bentuk eksekusi paling ekstrem di Mesir Kuno. Pasalnya, masyarakat Mesir Kuno percaya kalau orang yang meninggal karena terbakar tidak dapat berjalan menuju akhirat. Inilah sebabnya mengapa orang Mesir Kuno mengawetkan mayat mereka.
Bagi masyarakat Mesir Kuno, pembakaran bisa menghancurkan tubuh dan jiwanya sehingga tidak bisa mencapai akhirat. Nah, penelitian yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa metode eksekusi dengan cara dibakar memang berada di luar batas hukum Mesir dan bukan bagian dari hukuman yang ditentukan. Namun, firaun atau pembuat undang-undang bisa saja menjatuhkan hukuman tersebut jika mereka mau.
5. Hukuman mati dengan cara dikubur hidup-hidup

Hukuman mati paling mengerikan berikutnya adalah dikubur hidup-hidup, atau dikurung, menurut nama resminya. Sama seperti tenggelam, penyebab kematian di sini adalah kekurangan oksigen. Jadi, seseorang mungkin bisa hidup selama berjam-jam setelah dikubur hidup-hidup, tetapi perlahan-lahan kehabisan oksigen dan akhirnya tidak bisa bernapas.
Selama prosesnya, kepanikan dan hiperventilasi akan terjadi, yang juga mempercepat kematian. Namun, sebelum hal itu terjadi, korban akan mengalami serangan jantung terlebih dahulu. Jadi, kematian ini bisa dibilang sangat menyakitkan.
Namun, hukuman mati seperti ini tidak hanya dialami oleh penjahat. Ketika seorang firaun meninggal, para pelayan, istri, atau selir akan dikuburkan bersama mereka, karena diyakini bahwa firaun membutuhkan mereka semua di akhirat. Para pelayan sendiri kemungkinan akan diracuni terlebih dulu, dicekik, digorok lehernya, atau dikurung dalam sebuah makam.
Namun, sebagian besar peneliti percaya bahwa praktik tersebut mereda setelah dinasti pertama (2900 SM—2730 SM). Meskipun ada bukti yang menunjukkan bahwa hal itu berlanjut lewat Kerajaan Pertengahan (2030 SM—1650 SM) dan seterusnya. Sangat di luar akal sehat, ya!
Hukuman mati di Mesir Kuno sangat terkenal pada masanya lantaran cara-caranya yang tidak manusiawi, kejam, dan menyakitkan. Nah, hal ini dilakukan untuk memberikan pelajaran bagi masyarakat Mesir Kuno agar mengedepankan ketertiban, keadilan, dan hukum. Hukuman mati ini seperti dilempar ke buaya, dikubur hidup-hidup, ditenggelamkan, dibakar, dan ditusuk di tiang pancang.