Kenapa di Indonesia Tidak Bisa Terjadi Tornado? Ini Penjelasannya

Penting dipahami supaya tidak keliru

Dibandingkan negara di Amerika Serikat, kawasan di Asia Tenggara jarang diberitakan mengalami tornado. Di Indonesia, fenomena alam putaran angin tersebut disebut tidak pernah terjadi. Bahkan yang muncul di Rancaekek beberapa waktu lalu pun masih diperdebatkan, apakah tornado atau puting beliung ekstrem.

Kalau memang benar begitu, kenapa di Indonesia tidak bisa terjadi tornado? Jika yang terjadi di Bandung akhirnya benar-benar disebut tornado, mengapa bisa muncul padahal tidak seharusnya demikian? Ini penjelasan untuk menjawab semua rasa penasaranmu.

Penyebutan tornado dan angin puting beliung

Sebelumnya, kita perlu tahu dulu apa itu tornado. Dilansir National Weather Service, tornado adalah kolom udara yang berputar secara kencang. Fenomena ini terjadi dari badai petir hingga mencapai tanah.

Angin yang berputar ini memiliki kekuatan mencapai 250 mil/jam atau sekitar 400 km/jam. Tidak main-main, kekuatannya bisa membersihkan jalur selebar 1 mil atau 1,6 km dengan panjang 50 mil atau sekitar 80 km, melansir National Geographic.

FYI, di Indonesia sendiri istilah tornado tidak digunakan. Indonesia menyebut fenomena tersebut sebagai angin puting beliung sebagaimana poin yang tertuang dalam Peraturan BMKG Nomor 9 Tahun 2022 tentang Penyediaan dan Penyebarluasan Peringatan Dini Cuaca Ekstrem.

Adapun dalam Peraturan Kepala BMKG Nomor Kep 009 Tahun 2010 dijelaskan bahwa angin puting beliung adalah angin kencang yang berputar dan keluar dari awan kumolonimbus. Kecepatan angin tersebut lebih dari dari 34,8 knot atau 64,4 kilometer per jam dan terjadi dalam waktu singkat.

Baca Juga: Kenapa Badai Tidak Terjadi di Khatulistiwa? Ini Penjelasannya

Kenapa di Indonesia tidak bisa terjadi tornado?

Kenapa di Indonesia Tidak Bisa Terjadi Tornado? Ini Penjelasannyailustrasi fenomena tornado (commons.wikimedia.org/Stefan Klein)

Fenomena tornado yang fantastis 'langganan' muncul di berbagai negara bagian di Amerika Serikat. Texas bahkan memegang rekor tahunan dengan kejadian sebanyak 120 kali tornado dalam setahun. Sebaliknya, di Indonesia tidak pernah ada fenomena tornado yang dilaporkan oleh instansi berwenang.

Penggunaan sebutan mengenai pusaran angin yang dibahas sebelumnya bisa jadi salah satu alasan kenapa di Indonesia tidak bisa terjadi tornado. Ringkasnya, kita tidak menyebutkan pusaran angin tersebut sebagai tornado, melainkan angin puting beliung. 

Kendati demikian, sebetulnya angin puting beliung dan tornado ialah hal berbeda. Perbedaan angin puting beliung dan tornado paling kentara adalah dari ukuran kekuatannya. Pusaran angin tornado di Amerika Serikat terjadi dalam ukuran besar dibanding puting beliung yang melanda Indonesia. Lantas, kenapa ukuran puting beliung di Indonesia tidak sebesar tornado di Amerika Serikat?

Nah, hal ini ada kaitannya dengan letak Indonesia yang berada di bawah garis ekuator. Perlu diketahui, ada banyak faktor mengapa tornado bisa muncul di suatu wilayah dengan frekuensi lebih sering atau berukuran lebih besar. Salah satu faktornya adalah badai.

Badai yang melanda dapat memicu terbentuknya banyak tornado, melansir Global Precipitation Measurement NASA. Nah, dari seluruh negara di dunia, Amerika Serikat menduduki posisi pertama sebagai negara yang paling sering mengalami cuaca ekstrem dan badai. Hal ini selaras dengan posisi Amerika Serikat yang diapit oleh dua samudera, Teluk Meksiko, Pegunungan Rocky, hingga wilayah semenanjung. Letak tersebut lantas membuat benturan front badai dan arus jet berpadu, melansir PBS. 

Sementara itu, negara di kawasan ekuator terdampak efek Coriolis yang menghalau badai. Merujuk pada National Oceanic and Atmospheric Administration, efek Coriolis adalah pembelokan sirkulasi udara akibat dari rotasi bumi. Efek tersebut membuat udara belok ke kanan di belahan bumi utara dan ke kiri pada belahan bumi selatan sehingga menghasilkan jalur melengkung. 

Efek Coriolis ini terlalu lemah untuk membuat udara berputar yang memicu badai. Gary Barnes, seorang Profesor di Departemen Meteorologi Universitas Meteorologi Hawaii menyebutkan bahwa efek Coriolis menarik badai menjauh dari garis khatulistiwa. 

Jumlah puting beliung di Indonesia meningkat

Kenapa di Indonesia Tidak Bisa Terjadi Tornado? Ini Penjelasannyailustrasi tornado (pexels.com/Thilani Ratheep)

Peristiwa pusaran angin besar di Rancaekek, Bandung, Jawa Barat, yang terjadi Rabu (22/02/24) memiliki kecepatan 36,8 km/jam. Angka tersebut termasuk besar untuk sebutan angin puting beliung biasa sehingga ramai disebut sebagai tornado.

Terlepas dari kenapa di Indonesia tidak bisa terjadi tornado, sebenarnya fenomena pusaran angin menjadi salah satu bencana alam yang paling sering terjadi di negara kita, lho. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, terdapat 11.456 kejadian angin puting beliung di seluruh wilayah di Indonesia. 

FYI, angka tersebut berada di urutan kedua setelah banjir. BNPB juga menyebutkan bahwa  puting beliung di Indonesia meningkat 3,5 kali lipat dalam 10 tahun terakhir. 

Well, persoalan bencana alam ini bisa jadi berkaitan erat dengan perubahan iklim yang dialami dunia. Bumi yang kita tempati saat ini lebih hangat dan basah. Efek dari perubahan iklim tersebut berpotensi besar berdampak pada peristiwa cuaca ekstrem, termasuk tornado, melansir Education National Geographic.

Bagaimana, sudah mulai memahami alasan kenapa di Indonesia tidak bisa terjadi tornado? Hal ini bukan tidak mungkin, tetapi lebih karena memang penyebutannya berbeda dan kekuatannya pun tidak sama.

Baca Juga: 3 Tips Keselamatan Puting Beliung dari BMKG, Waspada Cuaca Ekstrem!

Topik:

  • Laili Zain Damaika
  • Lea Lyliana

Berita Terkini Lainnya