4 Perbedaan Scabies dan Jamur pada Kucing, Jangan Keliru!

Sering dikira sama, padahal berbeda

Di balik bulu-bulu kucing yang menggemaskan, ada kondisi kesehatan seperti jamur dan scabies, yang kerap dikeluhan para cat lovers. Keduanya merupakan penyakit kulit yang sering menyerang anak bulu ini. Meski sama-sama menyerang kulit, jamur dan scabies gak sama, lho. 

Mengingat keduanya berbeda, maka memerlukan penanganan dan perawatan pun gak sama. Nah, kamu perlu tahu dulu, perbedaan scabies dan jamur pada kucing. Dengan begitu, kamu bisa menerapkan langkah tepat guna pengobatan dan pencegahannya.  

Perbedaan scabies dan jamur pada kucing

Meski sama-sama menyebabkan gatal pada kucingscabies dan jamur memiliki gejala yang berbeda. Sering kali owner mengidentifikasi scabies sebagai jamur. Padahal, penyebab gatal pada kucing bukan cuma itu, lho.

Lantas, apa saja perbedaan scabies dan jamur pada kucing? Berikut ulasan lengkapnya yang perlu kamu tahu.

1. Penyebab scabies dan jamur pada kucing

4 Perbedaan Scabies dan Jamur pada Kucing, Jangan Keliru!ilustrasi kucing menggaruk (Pexels.com/fox)

Perbedaan paling mendasar dari kedua penyakit kulit kucing ini adalah penyebabnya. Scabies disebabkan oleh infeksi Sarcoptes scabei dan Notoedres cati. Keduanya merupakan parasit yang disebut sebagai tungau. Parasit ini menggigit dan menimbulkan rasa gatal pada kucing. 

Adapun jamur kucing pun lebih sering disebut sebagai ringworm atau dermatophytosis. Sesuai namanya, kondisi kulit ini disebabkan oleh jamur kelompok dermatophytes, seperti Microsporum canis atau Trchophyton mentagrophytes. Spora jamur dermatophytosis sangat kuat hidup di suatu lingkungan, bahkan bisa bertahan hingga bertahun-tahun. 

2. Penularan scabies dan jamur pada kucing

4 Perbedaan Scabies dan Jamur pada Kucing, Jangan Keliru!ilustrasi cara membuat kucing dan anjing akur (unsplash.com/krista mangulsone)

Baik scabies maupun jamur pada kucing dapat menular dengan sangat cepat. Namun, media penularannya beragam. Penularan scabies umumnya terjadi karena perpindahan tungau. Maka dari itu, scabies dapat terjadi ketika kucing berinteraksi jarak dekat dengan hewan lain yang terinfeksi, termasuk anjing

Di sisi lain, jamur menular melalui kontak fisik yang menyebabkan perpindahan spora jamur. Hal ini bisa terjadi pada sesama hewan maupun saat kucing bersentuhan dengan spora yang di lingkungan sekitar. Namun, jamur lebih sulit menginfeksi kulit utuh yang sehat, melansir Vetenary Partner. Sebaliknya, kulit yang baru dicukur, tergores, atau tergores sangat rentan menjadi media penularan. 

Selain itu, baik scabies maupun jamur pun dapat menular ke manusia. Gejalanya pun serupa, pada scabies akan muncul gatal, kemerahan, dan bengkak. Dilansir Pets by Web MD, tungau lebih sulit berkembang biak pada kulit manusia sehingga mudah diobati.

Adapun jamur kucing menyebabkan lesi bulat kemerahan dengan tepi kasar pada kulit manusia. Masalah kulit ini sangat mungkin menular ke manusia, terlebih yang memiliki daya tahan tubuh lemah.  

Baca Juga: 5 Cara Membuat Kucing dan Anjing Akur di Rumah, Lakukan Bertahap

3. Gejala scabies dan jamur pada kucing

4 Perbedaan Scabies dan Jamur pada Kucing, Jangan Keliru!ilustrasi kucing menggaruk (pexels.com/cats coming)

Gejala awal scabies sering kali gak dikenali, bahkan pemilik keliru mengidentifikasinya sebagai jamur. Sebab, scabies umumnya ditandai dengan kucing yang menggaruk atau menjilat berlebihan layaknya penyakit kulit lain.

Namun, ketika gak diobati, infeksi tungau ini dapat menyebabkan kulit iritasi, kemerahan, hingga akhirnya berkerak dan koreng. Gejala ini muncul paling parah di sekitar daun telinga dan menyebar ke seluruh tubuh anabul.

Berbeda dengan scabies, jamur dapat menyerang di seluruh kulit hingga cakar kucing. Ketika kucing terinfeksi jamur dermatophytosis, akan timbul lesi berbentuk lingkaran dengan tepi yang sedikit kasar. Semakin kucing menggaruk, makin besar kemungkinan jamur menyebar ke seluruh tubuh. 

Selain mengganggu kenyamanan kucing, lesi akibat jamur ini juga menyebabkan alopesia atau kerontokan bulu. Hasilnya, kucing mengalami pitak di beberapa bagian tubuh, sedangkan jamur pada cakar membuatnya menjadi kasar, berlubang, bersisik, hingga mengubah bentuk.

4. Cara mengatasi scabies dan jamur pada kucing

4 Perbedaan Scabies dan Jamur pada Kucing, Jangan Keliru!ilustrasi pengobatan kucing (freepik.com/tonodiaz)

Ketika kucing teridentifikasi jamur atau scabies, alternatif terbaik adalah segera membawanya untuk mendapat pengobatan dari dokter hewan. Serangkaian pemeriksaan perlu dilakukan sebelum mendiagnosis dan memberikan obat-obatan. 

Untuk kasus scabies, dokter akan mempertimbangkan memberikan antiparasit dalam bentuk injeksi, diminum, maupun dioles. Dosisnya pun disesuaikan dengan luas area infeksi dan kondisi kucing. Rekomendasi sampo antiparasit pun mungkin diberikan. Selain itu, dokter bisa memberikan obat pereda gatal dan antibiotik jika scabies telah menimbulkan infeksi bakteri lain.

Gak berbeda jauh, pengobatan jamur juga dilakukan baik secara oral maupun topikal. Dokter akan memberikan salep, sampo, atau krim antijamur sebagai langkah pengobatan. Penggunaan obat-obatan tersebut mungkin dibarengi dengan antijamur oral yang diberikan selama enam minggu. Jika jamur telah menyebar ke seluruh tubuh, dokter mungkin menyarankan mencukur bulu untuk memudahkan proses pemberian obat oles. 

Hindari membiarkan kucing berinteraksi dengan kucing atau hewan berbulu lain selama pengobatan. Sebisa mungkin pisahkan peliharaan agar mengurangi risiko penyebaran tungau maupun spora jamur, ya. 

Cara mencegah jamur dan scabies pada kucing

4 Perbedaan Scabies dan Jamur pada Kucing, Jangan Keliru!ilustrasi perawatan kucing (pexels.com/cottonbro)

Meski terdapat perbedaan scabies dan jamur pada kucing, langkah pencegahannya cenderung serupa. Kamu perlu menjaga kebersihan kucing dan memastikan lingkungan sekitar bebas tungau maupun spora jamur yang menular. Termasuk rutin memandikan kucing, menghindarkan anabul berinteraksi dengan kucing lain yang terinfeksi, dan lain sebagainya. 

Jangan lupa untuk membersihkan kandang kucing guna menghilangkan kemungkinan tungau atau spora jamur yang tertinggal. Pertimbangkan pula menyemprotkan disinfektan guna memastikan kebersihan tempat tinggal kucing. Campuran larutan pemutih dan air  1:10 bisa kamu gunakan sebagai alternatif. 

Bulu-bulu rontok dan menyatu dengan debu dapat menyebabkan infeksi ulang. Maka dari itu, sedot debu sekitar rumah setidaknya selama 10 menit dan pastikan membuang kotoran di lingkungan yang jauh dari kucing.

Selain itu, penuhi asupan nutrisi kucing agar anabul memiliki daya tahan tubuh kuat dan terhindar dari penyakit. Termasuk rutin memberikan obat cacing dan obat kutu yang sekaligus berfungsi sebagai antitungau. 

Melihat perbedaan scabies dan jamur pada kucing yang cukup tipis, gak heran jika pemilik kerap kesulitan membedakannya. Nah, kalau kamu mendapati kucing menggaruk dan tampak gak nyaman, bahkan menimbulkan luka, segera dapatkan pertolongan dokter hewan untuk pengobatan terbaik, ya.

Baca Juga: 7 Cara Mengobati Kucing Flu agar Cepat Sembuh, Lakukan Segera!

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya