7 Fakta Old Bagan Myanmar, Memiliki 13.000 Kuil pada Masa Kejayaannya

- Old Bagan adalah pusat Kerajaan Pagan yang didirikan pada abad ke-9 dan mencapai puncak kejayaannya antara abad ke-11 hingga ke-13.
- Pada masa kejayaannya, Old Bagan diperkirakan memiliki lebih dari 13.000 kuil, stupa, dan biara yang menghiasi kawasan ini.
- Bagan memainkan peran besar dalam penyebaran ajaran Buddhisme Theravāda di kawasan Asia Tenggara dan memiliki kuil dengan karakteristik yang unik.
Old Bagan di Myanmar adalah situs bersejarah yang berhasil memikat banyak orang di seluruh dunia lewat keindahan arsitekturnya yang berpadu dengan begitu harmonis. Di tempat ini, pengaruh lokal khas Myanmar berpadu dengan gaya India, khususnya dari era Gupta dan Pala, sehingga melahirkan bentuk kuil yang unik dan berbeda dibandingkan kompleks serupa di Asia Tenggara. Lokasinya berada di wilayah Mandalay Region, tepat di tepi timur Sungai Ayeyarwady, menjadikannya strategis baik secara ekonomi maupun religius di masa lalu.
Kombinasi arsitektur tersebut terlihat jelas dalam bentuk stupa, pagoda, hingga kuil batu bata merah yang megah. Tidak heran bila banyak ahli sejarah menyebut Bagan sebagai bukti konkret bagaimana pertukaran budaya membentuk identitas peradaban. Fenomena inilah yang kemudian menarik perhatian arkeolog, wisatawan, dan UNESCO untuk menaruh perhatian besar pada kawasan ini. Ingin mengetahui fakta dan sejarah menarik lainnya terkait Old Bagan Myanmar? Yuk, simak informasi berikut!
1. Pusat Kerajaan Pagan yang didirikan pada abad ke-9

Old Bagan dahulu merupakan pusat dari Kerajaan Pagan yang berdiri pada abad ke-9 dan mencapai puncak kejayaan antara abad ke-11 hingga ke-13. Kerajaan ini dikenal sebagai kekuatan besar pertama yang berhasil menyatukan wilayah Myanmar modern. Dilansir laman NASA Earth Observatory, letaknya yang berada di tepi Sungai Ayeyarwady menjadikan Pagan kaya akan jalur perdagangan dan pertanian, sehingga memungkinkan kerajaan berkembang pesat.
Sejarah menunjukkan bahwa di masa Raja Anawrahta, Buddhisme Theravāda mulai diperkenalkan dan sejak saat itu menjadi dasar spiritual masyarakat Myanmar hingga kini. Bagan bukan hanya menjadi pusat politik, tetapi juga pusat budaya dan agama yang melahirkan ribuan monumen suci.
2. Diperkirakan memiliki lebih dari 13.000 kuil pada masa kejayaannya

Keistimewaan Old Bagan terletak pada ribuan peninggalan arsitekturnya yang menakjubkan. Dilansir laman WorldAtlas, pada masa kejayaannya, diperkirakan terdapat lebih dari 13.000 kuil, stupa, dan biara yang menghiasi kawasan ini. Kini, sekitar 2.200 hingga 2.500 bangunan masih berdiri meskipun sebagian besar telah mengalami kerusakan akibat waktu dan bencana alam.
Bangunan-bangunan ini sebagian besar terbuat dari batu bata merah dengan konstruksi yang kuat dan detail arsitektur yang rumit. Setiap kuil memiliki bentuk unik, dari yang kecil sederhana hingga yang besar dan megah seperti benteng.
3. Sebagai pusat studi dan praktik agama Buddha

Old Bagan memainkan peran besar dalam penyebaran ajaran Buddhisme Theravāda di kawasan Asia Tenggara. Dilansir laman Nation Thailand, pada masa Raja Anawrahta, kuil-kuil megah dibangun sebagai tempat ibadah sekaligus simbol dedikasi spiritual kerajaan. Ajaran Buddha yang masuk dari India dan Sri Lanka kemudian berkembang pesat di tanah Myanmar, menciptakan identitas baru bagi masyarakat Pagan.
Bagan pun menjadi pusat studi dan praktik agama, di mana para biksu dan cendekiawan menyalin manuskrip serta mengajarkan filsafat Buddha. Hampir semua bangunan di Bagan didedikasikan untuk keperluan keagamaan, baik sebagai tempat meditasi maupun untuk menyimpan relik suci.
4. Memiliki kuil dengan karakteristik yang unik

Beberapa kuil di Bagan memiliki ciri khas yang membuatnya terkenal hingga mancanegara. Dilansir laman NASA Earth Observatory, Ananda Temple, misalnya, dibangun pada tahun 1105 M dan dijuluki sebagai “Westminster Abbey of Burma” karena keindahannya yang luar biasa. Kuil ini memiliki arsitektur simetris yang megah serta patung Buddha besar di dalamnya.
Lalu ada Dhammayangyi Temple, yang dikenal sebagai kuil terbesar di Bagan dan dibangun dengan bata merah presisi tinggi tanpa celah mortar, mirip dengan keajaiban konstruksi Machu Picchu. Selain itu, Shwezigon Pagoda menjadi salah satu pagoda paling penting karena dipercaya menyimpan relik gigi Buddha. Menarik sekali, ya!
5. Menyimpan kekayaan seni mural dan manuskrip

Selain bangunan fisik, Bagan juga menyimpan kekayaan seni mural dan manuskrip kuno yang bernilai tinggi. Banyak kuil di kawasan ini dihiasi dengan lukisan dinding yang menggambarkan kisah Jataka, yaitu cerita kehidupan terdahulu Sang Buddha.
Mural-mural ini memberikan gambaran visual mengenai keyakinan dan praktik religius masyarakat Pagan pada abad ke-11 hingga ke-13. Warna dan detailnya menunjukkan keterampilan tinggi para seniman masa itu meskipun sebagian telah memudar akibat usia.
Selain mural, Dilansir laman Original Buddhas, Bagan juga terkenal dengan manuskrip daun lontar yang berisi ajaran Buddhisme dan catatan sejarah. Koleksi ini menjadi sumber penting bagi penelitian tentang agama, bahasa, dan kebudayaan Myanmar kuno.
6. Terdapat peninggalan sistem irigasi kuno

Keberhasilan Bagan sebagai kerajaan besar tidak hanya bergantung pada aspek religius, tetapi juga pada kemampuan mereka dalam mengelola sumber daya alam. Dilansir laman Asian Historical Architecture, di wilayah yang cenderung kering, masyarakat Pagan mengembangkan sistem irigasi yang canggih untuk mendukung pertanian.
Mereka membangun reservoir, kanal, dan bendungan guna memastikan distribusi air yang merata ke ladang-ladang. Teknologi ini memungkinkan Bagan menjadi pusat agraris yang mampu memberi makan penduduknya dan mendukung pembangunan ribuan kuil.
Sistem irigasi kuno ini juga menunjukkan pengetahuan teknik sipil yang maju untuk zamannya. Bukti keberadaan infrastruktur air tersebut masih bisa ditemukan hingga kini dalam bentuk sisa kanal dan waduk kuno.
7. Beberapa kali Terjadi Gempa

Salah satu tantangan terbesar dalam menjaga Old Bagan adalah kerentanannya terhadap gempa bumi. Kawasan ini berada di wilayah rawan gempa sehingga beberapa kali mengalami kerusakan parah.
Gempa besar tahun 1975, misalnya, menghancurkan lebih dari 600 kuil dan pagoda. Dilansir laman BBC, pada tahun 2016, gempa berkekuatan 6,8 kembali mengguncang Bagan dan merusak ratusan bangunan bersejarah.
Peristiwa ini menimbulkan perdebatan global mengenai cara terbaik melakukan restorasi apakah dengan teknologi modern atau mempertahankan metode tradisional. Meski demikian, upaya konservasi terus dilakukan agar situs ini tidak kehilangan keaslian dan nilai sejarahnya.
Old Bagan akhirnya diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 2019, setelah sebelumnya tertunda akibat kritik terhadap metode restorasi yang dilakukan pemerintah Myanmar. Pengakuan ini menegaskan nilai universal Bagan, baik dari segi sejarah, arsitektur, maupun spiritualitasnya. Saat ini, Bagan menjadi salah satu destinasi wisata utama Myanmar yang menarik ribuan turis internasional setiap tahunnya.