8 Suku Tradisional yang Masih Ada Hingga saat Ini, Ada Apa Saja?

Meskipun dunia terus berkembang pesat, tapi masih terdapat banyak suku tradisional yang mempertahankan cara hidup, adat istiadat, dan budaya mereka. Suku-suku ini terus mempertahankan tradisi yang telah diwariskan turun-temurun dan seringkali hidup di daerah-daerah terpencil.
Suku tradisional ini masih menjalani kehidupan yang sangat sederhana, tapi kaya akan budaya dan tradisi. Beberapa di antaranya tinggal di wilayah yang terisolasi, sementara yang lainnya harus berjuang melawan modernisasi yang terus mengancam keberadaan mereka. Walau begitu, suku-suku ini masih tetap berusaha menjaga adat istiadat mereka dari generasi ke generasi. Ingin mengetahui suku tradisional apa saja yang masih bertahan hingga saat ini? Yuk, simak artikel berikut!
1.Aborigin

Dilansir laman Britannica, aborigin adalah suku asli Australia yang telah ada sejak lebih dari 50 ribu tahun yang lalu. Mereka dikenal dengan kehidupan berburu dan meramu serta keahliannya dalam memanfaatkan alam sekitar seperti menggunakan api untuk berburu. Selain itu, mereka juga terkenal akan budayanya yang kaya salah satunya seni rock art yang menggambarkan cerita nenek moyang mereka.
Walaupun suku ini telah menghadapi tekanan besar dari kolonialisasi dan pengaruh budaya barat, banyak komunitas Aborigin yang masih berusaha mempertahankan lebih dari 200 bahasa berbeda dan tradisi mereka. Salah satunya seperti pendidikan tradisional yang mengajarkan mereka tentang hubungan dengan alam serta sistem sosial yang kuat dalam suku Aborigin. Tidak hanya itu, suku ini juga mendapatkan perhatian dari pemerintah Australia untuk melindungi hak-hak mereka dan memperkenalkan budaya mereka kepada dunia luar.
2.Maasai

Dilansir laman Work the World, suku Maasai adalah salah satu suku terkenal di Afrika Timur, terutama di Kenya dan Tanzania. Sebagian besar suku Maasai masih tinggal di desa-desa tradisional, mengenakan pakaian khas berwarna merah cerah, dan hidup dalam tenda-tenda sederhana yang disebut enkang. Di desa-desa tradisional tersebut, mereka seringkali melakukan kegiatan seperti menggembala sapi maupun menjaga tradisi yang telah berlangsung turun-temurun.
Walaupun terancam oleh modernisasi, suku Maasai masih dapat bertahan hingga saat ini berkat kemauan mereka untuk menjaga budaya dan bahasa mereka atau yang dikenal dengan sebutan “Maa”. Banyak orang Maasai bahkan mulai menggabungkan kehidupan tradisional dengan pekerjaan modern, seperti pariwisata dan perdagangan. Selain itu, adanya pendidikan serta kebijakan pemerintah yang memberikan hak-hak atas tanah dan akses kesehatan, juga turut membantu suku ini untuk tetap berkembang.
3.Yanomami

Suku Yanomami merupakan suku yang menempati hutan hujan tropis Amazon di Brazil dan Venezuela dengan lebih dari 35 ribu orang yang hidup dalam kelompok-kelompok kecil. Yanomami menjadi salah satu suku tradisional yang paling terisolasi di dunia sehingga mereka hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak sama sekali pengaruh dari dunia luar.
Dilansir laman Survival International, suku Yanomami tinggal di rumah-rumah komunal besar berbentuk lingkaran yang disebut yanos atau shabonos. Beberapa rumah dapat menampung hingga 400 orang. Area tengah digunakan untuk berbagai kegiatan seperti ritual, pesta, dan permainan.
Hingga saat ini, suku Yanomami masih bertahan berkat pengetahuan yang dimiliki mereka tentang ekosistem hutan Amazon dan cara mengelola sumber daya alamnya. Suku Yanomami juga berusaha keras untuk mempertahankan wilayah teritorial mereka dengan bantuan organisasi internasional. Organisasi internasional mendukung hak-hak mereka untuk tetap tinggal di Hutan Amazon di tengah pembalakan liar dan eksploitasi lahan.
4.San

Dilansir laman Our Ancestories, suku San atau yang juga dikenal sebagai Bushmen adalah salah satu suku asli tertua dari wilayah Afrika Selatan terutama di Botswana, Namibia, dan Angola. Suku ini dikenal dengan memiliki gaya hidup pemburu-pengumpul, bahasa, dan pengetahuan mendalam tentang alam sekitar mereka. Walaupun mengalami tekanan besar dari perambahan wilayah dan kolonialisasi, suku San berhasil mempertahankan keberadaannya hingga saat ini.
Keahlian mereka dalam berburu dengan alat tradisional dan memiliki cara hidup yang harmonis dengan alam menjadi penyebab utama atas keberadaan mereka hingga saat ini. Selain itu, mereka juga memiliki kemampuan beradaptasi dengan perubahan dan modernisasi yang baik tanpa melupakan adat istiadat mereka. Salah satunya yaitu banyak dari mereka yang saat ini mengembangkan kerajinan tangan seperti perhiasan, pakaian, dan beberapa barang dekoratif lainnya, serta berpartisipasi dalam industri pariwisata untuk mendapatkan penghidupan.
5.Inuit

Dilansir laman Britannica, suku Inuit merupakan suku yang tinggal di wilayah Arktik seperti Kanada, Alaska, dan Greenland. Sekiranya terdapat lebih dari 180 ribu masyarakat yang menjadi populasi suku Inuit.
Suku ini terkenal dengan kemampuannya dalam bertahan hidup di kondisi ekstrem yang membeku. Berburu ikan, mamalia laut, serta membuat alat dari tulang dan batu menjadi kegiatan sehari-hari mereka. Masyarakat juga seringkali mengenal mereka dengan rumah-rumah esnya atau yang disebut dengan igloo dan peralatan berburunya yang canggih dari bahan alami.
Di masa lalu, Inuit sempat menghadapi ancaman serius dari perubahan iklim yang memengaruhi perburuan mereka. Hanya saja, adanya perubahan iklim juga membuat mereka mencari cara baru untuk tetap bertahan dengan mengembangkan teknologi baru. Saat ini, banyak dari suku Inuti bahkan juga berpartisipasi dalam ekonomi modern melalui sektor pariwisata dan kerajinan tangan, seperti pembuatan patung dari batu tulis.
6.Tibet

Dilansir laman Britannica, suku Tibet berasal dari wilayah Tibet di Asia Tengah, yang kini sebagian besar berada di bawah kekuasaan Cina. Suku Tibet memiliki budaya yang sangat kaya khususnya dalam hal spiritual yang berhubungan dengan ajaran Buddha Tibet.
Mereka juga ahli dalam bertani dan memelihara ternak di dataran tinggi. Salah satu fakta menarik dari suku Tibet adalah mereka dapat bertahan hidup di ketinggian lebih dari 4.000 meter di atas permukaan laut berkat adaptasi tubuh yang memungkinkan mereka untuk mengolah oksigen yang lebih efisien.
Meski mengalami penindasan politik dan ancaman dari pemerintahan Cina, suku Tibet terus berjuang untuk mempertahankan budaya mereka melalui pelestarian bahasa dan agama, serta memanfaatkan pariwisata sebagai salah satu cara untuk bertahan hidup secara ekonomi. Salah satunya seperti tradisi panjang dalam pembuatan tekstil dan kerajinan tangan.
7.Himba

Suku Himba adalah kelompok etnis yang tinggal di Namibia, Afrika bagian Selatan. Mereka dikenal sebagai pengembala ternak seperti sapi, kambing, dan domba di padang rumput kering. Dilansir laman Atlas of Humanity, suku ini juga terkenal dalam penggunaan campuran lemak dari mentega dan pigmen oker merah atau yang biasa disebut dengan pasta otjize untuk melapisi tubuh mereka, yang bukan hanya untuk perlindungan kulit dari sinar matahari, tetapi juga sebagai simbol kecantikan dan status sosial.
Di tengah pesatnya modernisasi, bukannya meninggalkan kebudayaan tradisionalnya, suku Himba justru memanfaatkannya dengan bekerja di sektor pariwisata dan menjual kerajinan tangan untuk mendapatkan penghidupan tambahan. Mereka juga tetap mempertahankan tradisi dengan mengenakan pakaian tradisional dan menjalani kehidupan yang masih sangat terhubung dengan alam.
8.Ainu

Dilansir laman Britannica, suku Ainu adalah kelompok etnis asli Jepang yang tinggal di Hokkaido serta beberapa bagian di Rusia. Mereka memiliki bahasa dan budaya yang sangat berbeda dari mayoritas penduduk Jepang dan memiliki kepercayaan animisme yang sangat kuat, dimana mereka meyakini bahwa semua benda di alam memiliki roh.
Suku Ainu telah mengalami banyak tekanan, terutama dari dominasi budaya Jepang. Hanya saja, mereka ingin berjuang untuk tetap mempertahankan identitas asli mereka. Mereka tetap mempertahankan kegiatan pemburuan, memancing, dan bercocok tanam, serta teknik kerajinan tangan yang khas seperti pakaian dari kulit pohon. Usaha mereka akhirnya membuahkan hasil dimana pemerintah Jepang akhirnya mengakui hak-hak budaya Ainu dan memberikan dukungan untuk melestarikan bahasa dan tradisi mereka.
Meski dunia terus berubah, masih ada sekelompok orang atau suku yang terus berusaha untuk melestarikan budaya mereka. Suku-suku ini berhasil mempertahankan tradisi yang tak ternilai melalui adaptasi dan cara kreatif mengikuti perubahan zaman, tapi dengan tetap mempertahankan aspek tradisionalnya. Banyaknya suku-suku asli yang masih bertahan hingga saat ini membuat ketenangan tersendiri. Dimana hal itu menunjukkan bahwa masih terdapat sekelompok orang yang tidak hanya berkomitmen untuk menjaga kehidupan berkelanjutan tetapi juga menjaga hubungan baiknya dengan alam.