Wah, 5 Kebiasaan di Media Sosial Ini Tanda Kamu Sedang Stres

Dikutip dari Live Science, di zaman yang sudah maju ini, media sosial berkembang sangat pesat dan hal itu membantu kita untuk berkomunikasi dengan keluarga maupun teman-teman.

Namun ada kalanya ketika sedang stres atau depresi kita secara sadar maupun tidak sadar, kita akan lebih sering men-scroll media sosial untuk melihat feed Facebook ataupun Instagram kita. Hal itu dilakukan hanya untuk membandingkan atau merasakan saudara ataupun teman kita mempunyai hidup yang lebih baik dari pada kita.

Dalam survei pada penelitian tersebut skor tertinggi adalah tentang kecanduan terhadap media sosial seperti ketika mereka ingin mengurangi penggunaan media sosial namun tidak berhasil. Ada juga seperti mereka menggunakan media sosial secara berlebihan hingga memberikan efek negatif dalam pekerjaan maupun pelajaran.

Misalnya ada seorang teman men-tag atau me-mention kita di Instagram tentang meme yang menurut mereka lucu atau menarik. Tapi sebenarnya kita tidak tertarik dengan itu. Kita langsung mengatakan bahwa kita tidak suka, walaupun sebenarnya kita juga punya pilihan untuk diam atau membiarkannya saja.

Temuan bahwa orang depresi cenderung tidak memposting foto diri mereka dengan orang lain mungkin terkait dengan kecenderungan orang dengan depresi untuk mengisolasi diri. Demikian kata penulis pertama studi oleh Anthony Robinson, seorang mahasiswa psikologi di Texas State University.

Dalam studi ini juga mengatakan bahwa orang yang memiliki lebih dari 300 follower di Twitter memiliki tingkat kemungkinan depresi yang lebih kecil. Namun terkait hal itu, belum ada keterangan lebih lanjut dari penelitian tersebut.

Namun, penting untuk dicatat bahwa studi baru ini hanya menemukan hubungan antara kebiasaan media sosial dan depresi ini; itu tidak menentukan apakah perilaku ini berkontribusi terhadap depresi, atau apakah orang yang sudah memiliki depresi lebih mungkin untuk terlibat dalam perilaku ini.

Tetapi para peneliti berharap temuan ini dapat meningkatkan kesadaran tentang jenis perilaku media sosial yang terkait dengan depresi. "Sehingga orang-orang melihat keluar untuk perilaku ini," kata Robinson.

Sebagai tambahan bahwa penelitian ini belum dipublikasikan dalam jurnal peer-review.