Jangan Sampai Keliru, Ini 5 Kesalahpahaman Umum Tentang Penyakit Jiwa

Beberapa dekade terakhir, jumlah orang yang didiagnosa dengan gangguan jiwa meningkat pesat. Gangguan jiwa tersebut bervariasi mulai dari depresi, gangguan kecemasan, skizofrenia dan masih banyak lainnya. Organisasi kesehatan dunia (WHO) bahkan melaporkan bahwa 1 dari 4 orang dapat mengidap penyakit jiwa.
Tingginya angka kejadian penyakit jiwa ini bisa jadi berkaitan dengan semakin tingginya tekanan dalam dunia pendidikan, pekerjaan, maupun dalam keluarga. Stigma masyarakat yang buruk tentang penyakit jiwa juga tidak membantu. Yuk, bedakan fakta-fakta dari mitos, yang dilansir dari berbagai sumber terpercaya berikut, agar kita tidak keliru dalam menghadapi penderita penyakit jiwa.
1. Gangguan jiwa bukan disebabkan karena kepribadian yang lemah

Banyak orang menganggap bahwa penderita gangguan jiwa adalah orang dengan kepribadian lemah yang tidak mampu menghadapi masalah. Kenyataannya, gangguan jiwa bukan disebabkan karena alasan itu melainkan karena faktor biologis seperti aktivitas bahan kimia alami dalam otak, faktor genetik, dan trauma dalam hidup. Orang dengan gangguan jiwa tidak selalu lemah secara mental, sama seperti orang dengan penyakit fisik semacam diabetes contohnya, yang tidak selalu lemah secara fisik.
2. Gangguan jiwa tidak hanya terjadi pada orang dewasa

Salah satu kesalahpahaman umum adalah bahwa anak-anak dan remaja tidak dapat mengalami gangguan jiwa karena mereka belum memiliki beban. Nyatanya, 1 dari 10 anak dan remaja dapat mengalami penyakit jiwa.
Selain karena faktor biologis, faktor sosial seperti terkena kekerasan atau bullying juga sering menjadi penyebab. Pastikan anak-anak dan remaja mendapatkan pertolongan yang tepat sejak dini agar kondisi tidak memburuk di kemudian hari.
3. Kesedihan tidak selalu sama dengan depresi

Semua orang bisa merasa sedih ketika mengalami kegagalan atau kehilangan dalam hidup. Namun kesedihan tidak selalu sama dengan depresi. Depresi adalah kondisi suasana hati atau mood yang terus menerus buruk dalam jangka panjang.
Penderita depresi sulit merasa bahagia atau bersemangat terhadap apa pun meskipun mereka ingin. Jadi, jangan berkata seperti, "Jangan depresi terus dong, keluar aja senang-senang," kepada mereka, ya. Depresi bukan pilihan mereka dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan keluar bersenang-senang.
4. Orang dengan penyakit jiwa tidak selalu berbahaya atau berperilaku kasar

Banyak kesalahpahaman bahwa penderita gangguan jiwa, terutama skizofrenia, berbahaya karena dapat melukai orang lain. Nyatanya, penderita gangguan jiwa lebih cenderung melukai dirinya sendiri daripada orang lain.
American Psychological Association melaporkan bahwa hanya 7.5 persen angka kriminalitas dapat dikaitkan dengan gangguan jiwa. Yang berarti bahwa tindakan kejahatan selebihnya dilakukan oleh orang yang sehat secara mental.
5. Penyakit jiwa bisa membaik dengan terapi yang tepat

Ada anggapan bahwa seseorang dengan penyakit jiwa akan mengalaminya seumur hidup dan oleh karena itu, sia-sia jika ditolong. Beberapa penyakit jiwa memang sulit untuk disembuhkan secara total.
Namun, bukankah begitu juga halnya dengan penyakit fisik? Bukankah orang dengan tekanan darah tinggi misalnya, tetap mengkonsumsi obat rutin dan menjaga pola makan sehat agar tekanan darahnya tidak memburuk? Hal yang sama juga berlaku untuk penyakit jiwa.
Dengan terapi yang tepat, baik berupa obat-obatan maupun psikoterapi bersama tenaga ahli, penderita gangguan jiwa juga dapat meningkatkan kualitas hidupnya dan menekan gejala penyakitnya hingga sangat minimal. Keluarga dan teman dekat juga sangat berperan dalam memberikan dukungan dan kekuatan selama masa penyembuhan ini. Yuk, mulai sekarang kita kurangi stigma-stigma yang buruk tentang penderita gangguan jiwa dan ubah perilaku kita agar menjadi lebih positif dan suportif.