Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Stres Modern Bikin Tubuh Selalu Siaga, Ini Kata Antropolog

ilustrasi stres di tempat kerja (freepik.com/freepik)
ilustrasi stres di tempat kerja (freepik.com/freepik)
Intinya sih...
  • Penyebab stres di dunia modern tidak berhentiTubuh manusia dirancang untuk stres singkat, bukan tekanan tanpa henti. Stres modern dapat menurunkan fungsi kognitif, gangguan autoimun, dan turunnya angka kesuburan.
  • Sistem stresmu terus aktif tanpa jedaCahaya buatan, paparan mikroplastik, dan gaya hidup semakin sedentari merusak kesehatan. Tubuh manusia tidak bisa membedakan ancaman fisik dan sosial sehingga respons stres tetap aktif tanpa fase pemulihan.
  • Alam masih menjadi ruang pemulihan tubuh manusiaMenghabiskan waktu di alam atau melihat foto pemandangan alami bisa memperbaiki kese
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Tubuhmu merespons stres seolah kamu terus berada dalam situasi bahaya. Penelitian baru menunjukkan penyebabnya bukan karena kamu lemah, tetapi karena hidup modern "tidak sejalan" dengan biologi manusia.

Dua antropolog evolusioner, Colin Shaw dari University of Zurich dan Daniel Longman dari Loughborough University, menelaah berbagai bukti lintas disiplin. Mereka menyimpulkan bahwa tubuh manusia berevolusi untuk hidup di alam, bukan di kota yang padat dan bising.

Namun faktanya, keseharianmu kini dipenuhi pemicu stres ringan tapi terus-menerus, mulai dari email yang menumpuk, suara konstruksi, hingga tenggat kerja. Pemicu ini membuat tubuhmu tetap siaga sepanjang hari. Kondisi seperti ini jarang terjadi sepanjang sejarah manusia.

1. Penyebab stres di dunia modern tidak berhenti

Secara sederhana, tubuh manusia dirancang untuk stres singkat, bukan tekanan tanpa henti. Pada zaman leluhur kita, manusia menghadapi stres akut untuk bertahan dari predator. Mereka memiliki reaksi yang jelas, yaitu melawan ancaman atau lari.

"Dalam keadaan leluhur, kita sangat mampu mengatasi stres akut untuk menghindari atau menghadapi predator," ungkap Colin Shaw, yang terlibat dalam penelitian tersebut.
"Kuncinya adalah singa itu pergi. Upaya yang dilakukan menjamin kelangsungan hidup, tetapi sangat sulit dan membutuhkan pemulihan yang lama."

Masalahnya, pola ini berubah di lingkungan modern. Stres kini tidak pernah benar-benar berhenti. Para peneliti mengaitkan kondisi ini dengan penurunan fungsi kognitif, gangguan autoimun, dan turunnya angka kesuburan. Tinjauan studi mereka juga menunjukkan kebugaran fisik yang lebih buruk di wilayah urban, hubungan polusi udara dengan kerusakan otak, serta sistem imun yang lebih lemah di lingkungan terindustrialisasi.

2. Sistem stresmu terus aktif tanpa jeda

ilustrasi stres (pexels.com/cottonbro studio)
ilustrasi stres (pexels.com/cottonbro studio)

Berbagai pemicu stres modern menumpuk dan memperberat dampaknya pada tubuh. Peneliti menjelaskan bahwa cahaya buatan, paparan mikroplastik, dan gaya hidup yang semakin sedentari bekerja bersamaan merusak kesehatan. Menurut Colin Shaw, tubuh manusia tidak bisa membedakan ancaman fisik dan sosial.

Percakapan sulit dengan pasangan atau atasan, tekanan kerja, dan kebisingan lalu lintas memicu respons stres yang sama kuatnya. Sistem saraf tetap bereaksi seolah menghadapi ancaman berulang. Akibatnya, respons yang sangat kuat terus aktif tanpa fase pemulihan.

Tubuh tidak mendapatkan waktu untuk menurunkan ketegangan, sehingga stres menjadi kronis dan dampaknya menumpuk dari hari ke hari.

3. Alam masih menjadi ruang pemulihan tubuh manusia

Tinjauan ini merangkum temuan tentang sisi gelap kehidupan abad ke-21. Kemajuan di bidang kesehatan dan teknologi memang besar, tetapi tingkat kecemasan dan depresi kini lebih tinggi dibanding leluhur manusia. Berbagai studi menunjukkan bahwa menghabiskan waktu di alam, atau sekadar melihat foto pemandangan alami, bisa memperbaiki kesehatan fisik dan mental.

Dari sudut pandang evolusi, tubuhmu masih paling cocok berada di lingkungan alami. Temuan ini memberi arah solusi yang jelas. Shaw dan Longman mendorong pelestarian ruang hijau di kota, perlindungan lanskap alam yang tersisa, dan penyediaan ruang publik yang memungkinkan kamu benar-benar berhenti sejenak dari tekanan harian.

Secara biologis, tubuh manusia tidak dirancang untuk hidup dalam kondisi siaga terus-menerus. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa stres modern berasal dari lingkungan yang tidak selaras dengan biologi manusia. Mengembalikan ruang hijau dan waktu untuk benar-benar berhenti menjadi langkah penting untuk melindungi kesehatanmu.

Referensi

Longman, Daniel P., and Colin N. Shaw. “H  Omo Sapiens , Industrialisation and the Environmental Mismatch Hypothesis.” Biological Reviews/Biological Reviews of the Cambridge Philosophical Society, November 7, 2025.

"Into the Woods". Diakses pada Desember 2025. University of Zurich.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Achmad Fatkhur Rozi
EditorAchmad Fatkhur Rozi
Follow Us

Latest in Science

See More

5 Fakta Pari Gergaji Lancip, Populasi Mereka Kian Terancam di Alam

27 Des 2025, 19:04 WIBScience