Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Benarkah Gurita Memakan Dirinya Sendiri saat Stres?

gurita
ilustrasi gurita (pexels.com/Ann Antonova)
Intinya sih...
  • Perilaku autophagy pada gurita muncul dalam situasi tertentu
  • Sistem saraf gurita bereaksi berbeda di lingkungan buatan
  • Istilah stress pada gurita berkaitan dengan respons fisiologis
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak yang penasaran tentang perilaku gurita sempat memicu kebingungan karena menggambarkan tindakan yang terlihat merugikan diri mereka sendiri. Di satu sisi, gurita dikenal sebagai hewan cerdas dengan kontrol tubuh yang kompleks. Di sisi lain, muncul klaim bahwa mereka bisa melukai bahkan memakan bagian tubuhnya sendiri.

Pernyataan ini biasanya merujuk pada perilaku tertentu yang diamati dalam kondisi khusus, bukan pada kebiasaan alami gurita di habitatnya. Tanpa penjelasan konteks, perilaku tersebut terlihat ekstrem dan menyesatkan. Padahal, ada penjelasan yang jauh lebih masuk akal di balik tindakan gurita memakan dirinya sendiri. Simak di bawah ini untuk penjelasan singkatnya!

1. Perilaku autophagy pada gurita muncul dalam situasi tertentu

gurita
ilustrasi gurita (pexels.com/Ashley Christiano)

Ada berita di internet tentang gurita yang menggigit atau merusak lengannya sendiri. Perilaku ini tidak muncul pada semua gurita dan tidak terjadi secara acak. Kasus seperti ini lebih sering terlihat pada gurita yang hidup di ruang terbatas dengan kondisi yang jauh dari habitat aslinya. Banyak orang mungkin mengira tindakan tersebut dilakukan secara sadar, padahal tubuh gurita bekerja melalui sistem saraf yang sangat kompleks.

Pada beberapa kejadian, bagian lengan yang digigit tidak selalu dimakan hingga habis. Gurita terlihat terus mengulangi gerakan yang sama, seolah tidak menerima umpan balik dari tubuhnya sendiri. Situasi ini menunjukkan adanya gangguan pada mekanisme kontrol gerak. Artinya, tindakan tersebut tidak bisa disamakan dengan perilaku makan normal.

2. Sistem saraf gurita bereaksi berbeda di lingkungan buatan

gurita
ilustrasi gurita (pexels.com/Pia B)

Sebagian besar sel saraf gurita berada di lengannya, bukan hanya di kepala. Setiap lengan bisa merespons rangsangan tanpa selalu menunggu perintah dari otak pusat. Ketika gurita hidup di lingkungan yang minim variasi, sistem ini bisa bekerja secara tidak sinkron. Banyak orang mungkin tidak menyadari bahwa kecerdasan tinggi juga membuat respons tubuh menjadi lebih kompleks.

Di habitatnya, gurita terus bergerak, berburu, dan beradaptasi dengan perubahan sekitar. Ketika aktivitas itu hilang, koordinasi antarbagian tubuh bisa terganggu. Respons menggigit lengan sendiri muncul sebagai reaksi yang tidak terarah. Kondisi ini jarang, tetapi cukup konsisten pada lingkungan yang sama.

3. Istilah stress pada gurita berkaitan dengan respons fisiologis

gurita
ilustrasi gurita (unsplash.com/Diane Picchiottino)

Stress pada gurita tidak merujuk pada kondisi emosional seperti pada manusia. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan reaksi tubuh terhadap perubahan lingkungan yang mendadak. Faktor seperti kualitas air, cahaya buatan, dan gangguan terus-menerus bisa memicu reaksi tersebut. Tubuh gurita merespons secara biologis, bukan secara psikologis.

Dalam kondisi ini, gerakan tubuh bisa menjadi berulang dan tidak terkendali. Tidak ada indikasi bahwa gurita membuat pilihan sadar untuk melukai diri. Gerakan tersebut lebih mendekati refleks yang keliru arah. Karena itu, menyebutnya sebagai tindakan memakan diri sendiri karena stress tanpa konteks bisa menyesatkan.

4. Gurita tidak memiliki alasan untuk merusak tubuhnya

gurita
ilustrasi gurita (unsplash.com/Danielle-Claude Bélanger)

Gurita mengandalkan lengannya untuk berburu, melindungi diri, dan bergerak. Setiap lengan memiliki fungsi penting dalam bertahan hidup. Merusak bagian tubuh sendiri justru akan menurunkan peluang hidupnya. Fakta ini menunjukkan bahwa perilaku tersebut tidak sejalan dengan kebutuhan biologisnya.

Ketika perilaku seperti ini muncul, penyebabnya lebih dekat pada gangguan fungsi tubuh akibat kondisi lingkungan. Bukan sifat alami, bukan kebiasaan, dan bukan strategi bertahan hidup. Dengan memahami hal ini, pembaca bisa melihat bahwa gurita bukan hewan “aneh”, melainkan makhluk dengan sistem tubuh yang sangat sensitif.

Isu tentang gurita memakan dirinya sendiri sering terdengar lebih dramatis daripada kenyataannya. Fenomena ini hanya muncul dalam kondisi tertentu dan tidak mencerminkan perilaku alami gurita di alam. Jadi, setelah tahu penjelasan lengkapnya, masih relevankah menyebut gurita sebagai hewan yang sengaja menyakiti dirinya sendiri?

Referensi:

"Octopuses torture and eat themselves after mating. Science finally knows why." Live Science. Diakses pada Desember 2025

"Why Do Octopuses Eat Their Own Arms?" Science ABC. Diakses pada Desember 2025

"Do Octopuses Commit Suicide?" TONMO. Diakses pada Desember 2025

"Self-Cannibalism: Do Octopuses Eat Themselves?" Marine Patch. Diakses pada Desember 2025

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Debby Utomo
EditorDebby Utomo
Follow Us

Latest in Science

See More

Benarkah Gurita Memakan Dirinya Sendiri saat Stres?

17 Des 2025, 21:18 WIBScience