Kala Suara Badminton Lovers Indonesia Disalurkan PBSI ke BWF

- Fadil Imran menyampaikan aspirasi Badminton Lovers Indonesia di Annual General Meeting BWF 2025.
- PBSI mengkritik tayangan turnamen berbayar dan menyoroti padatnya jadwal turnamen BWF yang berdampak pada kesehatan atlet.
- PBSI juga menawarkan kerja sama antar negara untuk memajukan bulu tangkis dunia dan membuatnya relevan bagi generasi muda.
Jakarta, IDN Times - Ketua Umum PP PBSI, Fadil Imran, menghadiri Annual General Meeting BWF 2025. Pertemuan ini berlangsung pada Sabtu (26/4/2025) di Tefang Portman Seven Stars Bay Hotel & Resorts Xiamen China.
Di hadapan perwakilan federasi badminton dari 172 negara, Fadil menyampaikan aspirasi dari Badminton Lovers Indonesia. Termasuk, soal jadwal turnamen yang terlalu padat.
1. Suarakan keluhan badminton lovers soal tayangan berbayar

Fadil menyalurkan aspirasi penggemar bulu tangkis yang kesulitan untuk dapat menyaksikan pertandingan bulu tangkis internasional secara gratis. Ini lantaran semua tayangan turnamen utama hanya tersedia di platform berbayar.
"Padahal, di Indonesia kami telah berkomitmen agar seluruh turnamen resmi termasuk Indonesia Open Super 1000 dan Indonesia Masters Super 500 tetap tayang di televisi nasional secara free to air. Namun, ketika masyarakat ingin menonton pertandingan dari negara lain mereka menghadapi keterbatasan akses," kata Fadil mengutip keterangan tertulis.
PBSI menyambut baik upaya BWF dalam meningkatkan hadiah dan profesionalisme turnamen. Namun, PBSI merasa peningkatan hadiah tidak boleh berjalan sendiri tanpa memerhatikan pertumbuhan dan keterlibatan para penggemar sebagai penonton.
"Tanpa penggemar yang terhubung, bulu tangkis berisiko kehilangan fondasinya dan dalam jangka panjang hal ini bisa mengancam posisi di platform multi event seperti Olimpiade," kata Fadil.
2. Jadwal kompetisi juga disorot

Fadil juga menyuarakan soal padatnya jadwal turnamen yang digelar BWF sepanjang tahun. Dalam dua tahun terakhir, sederet pemain top dunia tumbang karena mengalami cedera serius.
Padatnya kalender BWF setiap tahunnya, dianggap PBSI, menjadi penyebab utama dan bisa menurunkan daya tarik karena intensitas kompetisi yang tak konsisten
"Kami mendukung sepenuhnya profesionalisme dan pertumbuhan bulu tangkis dunia. Namun, kesehatan dan keberlanjutan karier atlet juga harus menjadi perhatian bersama. Untuk itu desain kalender kompetisi secara kolektif perlu ditinjau kembali," kata Fadil.
3. Kerja sama antar negara harus dibangun

Hal lain yang disuarakan PBSI adalah kerja sama antar negara. Menurut Fadil, Indonesia selalu membuka diri untuk bekerja sama lebih luas dalam memajukan bulu tangkis dunia.
"Kami menawarkan latihan bersama antar negara, pertukaran pelatih, dan sport scientist, serta kolaborasi antar klub dari negara-negara sahabat," ujar Fadil.
Fadil yakin langkah ini bisa membuat bulu tangkis terus relevan untuk generasi muda.
"Kami percaya, bulu tangkis bukan milik satu negara, tetapi dunia. Hanya dengan semangat kolaboratif kita bisa memperluas daya jangkau, memperkuat ekosistem, dan memastikan bulu tangkis tetap relevan bagi generasi muda," kata Fadil.