Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pembalap MotoGP Bisa Bertahan 9 Menit Tanpa Berkedip, Luar Biasa!

Cal Crutchlow (motorradonline.de)

Pembalap MotoGP berkedip lebih sedikit dibandingkan pembalap Moto2 atau Moto3. Semua pembalap Grand Prix berkedip lebih sedikit dibandingkan kebanyakan orang.

Begitulah hasil riset yang didapatkan SIFI setelah bekerja sama dengan tim LCR Honda. Kemampuan mata pembalap MotoGP rupanya berbeda dengan manusia normal.

1. Pembalap MotoGP memiliki kemampuan di atas manusia normal

potret Cal Crutchlow (motogp.com)

Semua yang berlaga di kelas MotoGP memang bukan pembalap sembarangan. Mereka bisa berkendara dengan kecepatan 350 km/jam. Memang jarang yang bertanya, apakah mereka berkedip saat memacu motor sekencang itu dengan melewati puluhan putaran di lintasan balap.

Satu kedipan mata hanya berdurasi 0,15 detik. Namun, dengan kecepatan tinggi seperti di atas, satu kedipan mata berarti kehilangan jarak pandang sekitar 15 meter.

Dalam konteks MotoGP, beberapa hal memang berlangsung di atas normal. Misalnya, motor yang sangat kencang serta beban berat yang harus ditanggung tubuh. Selain itu, selalu ada situasi bahaya yang bisa muncul dalam waktu sepersekian detik.

Beruntungnya, menurut hasil penelitian, pembalap MotoGP berkedip lebih sedikit dibandingkan manusia kebanyakan. Mereka bisa menahan jarak antarkedipan selama 9 menit atau 540 detik. Itulah interval waktu terlama yang diukur antara dua kedipan mata dari seorang pembalap MotoGP. Bandingkan dengan mata normal yang berkedip setiap 4—6 detik.

2. SIFI bekerja sama dengan tim LCR Honda sejak 2015

Takaaki Nakagami (motogp.com)

Hasil penelitian ini didapatkan dari kerja sama antara SIFI dan tim LCR Honda. SIFI adalah perusahaan asal Italia yang didedikasikan untuk penelitian, farmasi, dan teknologi medis terkait oftalmologi.

Dilansir Motorrad Online, penelitian ini dilakukan pada 2015—2020. Awalnya dilakukan tes pada Cal Crutchlow, kemudian dilakukan pula pada pembalap LCR yang lain, seperti Takaaki Nakagami.

Proyek ini dimulai ketika SIFI mencari cara untuk menggabungkan proyek riset ophthalmic dengan aktivitas olahraga ekstrem. Sejak awal, kerja sama antara SIFI dan tim LCR bukan hubungan sponsor biasa, melainkan sebagai rekan proyek.

Tim LCR Honda pun tak keberatan dengan proyek penelitian. Bos LCR, Lucio Cecchinello, berpikiran terbuka dan mendukung hasil riset yang bisa memberikan nilai tambah pada kesehatan dan keselamatan pembalap.

3. Proyek penelitian yang menganalisis mata para pembalap

Takaaki Nakagami (motorradonline.de)

Tak hanya Cecchinello, para pembalapnya pun antusias mengikuti riset ini, terutama Cal Crutchlow. Ia penasaran dan ingin mengerti bagaimana matanya bereaksi di bawah tekanan dan saat digunakan bekerja sepenuh tenaga.

Cal Crutchlow adalah pembalap MotoGP yang pertama dites. Pembalap Inggris ini mulai melakukan serangkaian tes sejak GP Valencia 2015. Ia disusul Nakagami yang bergabung dengan penelitian sejak 2018. Tahun berikutnya, pada 2019, semua pembalap Moto3, Moto2, dan MotoGP bahkan ikut diuji.

Salah satu hasil paling menarik, yaitu rata-rata pembalap MotoGP lebih jarang berkedip daripada pembalap di kelas Moto2 dan Moto3. Ini tak hanya terjadi selama balapan, tetapi juga saat di luar lintasan. Selain itu, mereka semua berkedip lebih sedikit daripada kebanyakan orang.

4. Tes mata dilakukan sebelum dan setelah balapan

Cal Crutchlow (motorradonline.de)

Ada serangkaian prosedur yang diikuti para pembalap. Pengujian hanya dilakukan pada waktu tertentu, yaitu sebelum balapan dan 30 menit setelah balapan selesai.

Salah satu cara yang paling sederhana adalah menguji reaksi mata pada tablet. Hasil yang didapat, reaksi setelah balapan jauh lebih cepat dibandingkan sebelum balapan. Ini akibat tubuh para pembalap masih dalam mode balapan.

Pembalap pun mengikuti tes untuk mengecek respon pupil mata yang menunjukkan bahwa membalap membuat mata menjadi sangat tegang dan melelahkan. Menariknya, tidak ada pembalap yang menderita mata kering, merah, radang, ataupun iritasi.

Padahal mata mereka terpapar angin dan konstan melihat ke atas. Menurut Profesor Stefano Barabino, juru bicara proyek tersebut, ada beberapa kemungkinan kenapa hal itu bisa terjadi.

“Cairan mata mereka sangat kaya dengan lipid (pelindung lapisan air mata), sehingga lapisan air mata pada mata tidak pecah, dan mereka tidak perlu berkedip. Hipotesis lain adalah bahwa mereka memiliki refleks berkedip di otak untuk bertahan hidup,” ungkapnya seperti dikutip Motorrad Online.

5. Riset bertujuan untuk mengetahui perbedaan mata pembalap dan mata manusia normal

Cal Crutchlow (motogp.com)

Proyek riset ini dikabarkan masih berlanjut untuk menguji mata pada orang biasa. Carmelo Chines, salah satu pemilik SIFI, mengungkapkan bahwa tujuan penelitian ini untuk memahami kemampuan mata dan cara bagaimana mengatasi masalah pada mata.

“Pada dasarnya, kami ingin terus meneliti apa perbedaan antara mata normal dan mata pembalap MotoGP. Kami juga ingin menyelidiki hubungan antara konsentrasi dan kecepatan berkedip. Dari hasil ini kami berharap dapat memahami apakah seseorang dapat bekerja dengan sedikit trik, latihan, atau obat tetes mata untuk mengatasi kelelahan, mata kering, atau meradang, dan penurunan penglihatan,” jelas Chines seperti dilansir Motorrad Online.

Tak salah memang jika kelas MotoGP disebut kelasnya para raja. Bukan karena kemampuan balapnya yang luar biasa, tetapi juga kemampuan fisik para pembalap yang memang di atas rata-rata. Makin respek dengan para pembalap di kejuaraan Grand Prix ini.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us