Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Slap Fighting, Ketika Tampar-tamparan Menjadi Sebuah Olahraga

ilustrasi pertarungan slap fighting (instagram.com/_slapfight_)
ilustrasi pertarungan slap fighting (instagram.com/_slapfight_)

Selama beberapa dekade, tinju mendominasi dunia olahraga pertarungan yang dikomersilkan dan menjadi sangat populer di seluruh dunia. Setelah tinju, kemudian ada MMA (Mixed Martial Arts) atau tarung bebas yang diinisiasi oleh UFC dan juga menjadi fenomena.

Sekarang kita mungkin akan menjadi saksi lahirnya era baru sebuah olahraga pertarungan yang menjadi sensasi viral di Internet beberapa tahun ke belakang. Olahraga tersebut adalah slap fighting, yang menampilkan dua orang saling tampar-tamparan.

1. Sejarah awalnya

Tidak ada sumber yang bisa menjelaskan siapa atau dimana olahraga ini mulai populer. Dilansir mmasucka.com, turnamen slap fighting konon dipopulerkan oleh orang-orang Rusia yang kemudian videonya banyak diunggah ke Youtube. Kepopulerannya mulai meningkat ketika pandemi.

Tapi jika dirunut ke belakang, Thappad Kabaddi mungkin bisa dibilang menjadi cikal bakal slap fighting. Ini adalah olahraga yang populer di kawasan Asia Selatan (India dan Pakistan). Di olahraga ini, dua orang pria akan bertarung di tengah lapangan, tapi hanya boleh melakukan tamparan, bukan tinju.

2. Aturan main

ilustrasi wasit dalam pertandingan (pexels.com/pixabay)
ilustrasi wasit dalam pertandingan (pexels.com/pixabay)

Setiap penyelenggara turnamen memiliki aturannya sendiri-sendiri. Contohnya, setiap kontestan diberi lima kali kesempatan untuk menampar lawannya secara bergantian. Jika tidak ada yang KO maka akan dianggap seri. Ada juga aturan yang tidak membatasi jumlah tamparan, menunggu sampai ada yang menyerah.

Namun ada tiga aturan yang sifatnya universal dalam tiap turnamen. Pertama, orang yang akan ditampar tidak boleh menggerakkan kepala atau badannya saat ditampar. Harus benar-benar dalam posisi diam.

Kedua, tamparan hanya boleh diarahkan ke sisi wajah, tidak boleh ke depan atau belakang kepala. Ketiga, saat menampar telapak tangan harus dalam keadaan terbuka dengan jari-jari lurus dan pergelangan tangan tidak boleh dibengkokkan.

3. Kompetisi

Petarung kompetisi slap fighting (instagram.com/_slapfight_)
Petarung kompetisi slap fighting (instagram.com/_slapfight_)

Saat ini diketahui ada dua penyelenggara terbesar turnamen slap fighting, yakni SlapFight di Amerika dan Punchdown di Polandia. Pada April 2021, keduanya di-merger menjadi World Slap Fighting Alliance.

Sementara atlet slap fighting yang cukup punya nama di olahraga ini antara lain Vasiliy Khamotisky, Wolverine, Darius, Frank The Tank, Da Crazy Hawaiian, David Zales, dan lain-lain.

4. Dilirik UFC

poster turnamen slap fighting (youtube.com/SlapFightingChampionship)
poster turnamen slap fighting (youtube.com/SlapFightingChampionship)

Semenjak kepopulerannya yang terus menanjak, slap fighting sudah mulai dilirik oleh beberapa selebriti seperti Arnold Schwarzenegger dan Logan Paul. Mereka terlibat bukan sebagai atlet, tapi sebagai bagian dari penyelenggara.

Bahkan baru-baru ini Nevada Athletic Commission (NAC) yang meregulasi semua olahraga pertarungan di negara bagian Nevada AS, mulai menerima proposal yang diajukan oleh pihak UFC.

Kabarnya, Dana White sebagai Presiden UFC beserta mitra-mitranya akan membuat sebuah kompetisi slap fighting bernama Power Slap League di akhir 2022.

Lewat persetujuan NAC, mereka ingin agar olahraga ini diregulasi lebih ketat lagi agar lebih aman bagi petarungnya. Misalnya ada kategori kelas, tes kesehatan sebelum dan usai pertandingan, serta adanya tim medis saat kompetisi berlangsung.\

5. Olahraga keras dan penuh bahaya

ilustrasi cidera (pexels.com/cottonbro)
ilustrasi cidera (pexels.com/cottonbro)

Mungkin kamu berpikir, kalau hanya ditampar paling hanya terasa pedas di pipi. Sepertinya jauh lebih menyakitkan jika ditinju atau dihantam dengan lutut atau siku seperti di ajang MMA.

Jangan salah loh. Dalam tinju atau MMA, ketika ingin dipukul, si atlet boleh melakukan gerakan defensif seperti menaruh tangan di depan mukanya atau melakukan gerakan menghindari pukulan.

Dalam slap fighting, tidak ada yang namanya gerakan defensif. Di tangan orang yang kuat dan memiliki teknik yang benar, sebuah tamparan bisa sama ampuhnya seperti tinju. Akibatnya pun bisa fatal seperti dalam tinju dan MMA, yaitu berupa gegar otak, rahang bergeser, hingga jari patah.

Ya, olahraga ini cukup aneh dan brutal. Oleh karena itu harus ada pihak yang membuat regulasinya agar lebih aman dan tidak sekadar tabok-tabokan saja.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Rully Novrianto
EditorRully Novrianto
Follow Us