Ronnie Peterson, Jawara F1 Swedia yang Tewas pada GP Italia 1978

Meninggal karena emboli lemak

Formula 1 1978 merupakan musim yang spektakuler bagi Lotus. Tim ini sukses menyelesaikan musim di posisi terdepan dengan raihan total 86 poin yang diukir pada 16 pekan balap sepanjang musim. Tim berbendera Inggris ini sukses mengalahkan tim fenomenal, Ferrari, dengan jarak 28 poin saat itu.

Sayangnya, terlepas dari prestasi cemerlang tersebut, Lotus harus kehilangan salah satu talenta terbaiknya ketika musim masih berjalan. Namanya adalah Ronnie Peterson, pembalap kebanggaan Swedia. Ia meninggal dunia karena terlibat kecelakaan di gelaran Grand Prix (GP) Italia. Padahal, Lotus baru saja pulang dari gelaran GP Belanda dengan performa yang meyakinkan. Mereka berhasil menyelesaikan balapan di posisi 1 dan 2.

1. Terlibat dalam kecelakaan massal

Ronnie Peterson, Jawara F1 Swedia yang Tewas pada GP Italia 1978Bangkai mobil Peterson yang dipotret setelah terlibat kecelakaan pada GP Italia 1978. (commons.wikimedia.org/GarethBThomas2000)

GP Italia 1978 digelar di Sirkuit Monza yang memiliki panjang 5,8 kilometer. Mengutip ATLAS F1, pada sesi kualifikasi, Ronnie Peterson mencetak posisi kelima di balik kemudi Lotus 78. Sementara, rekan satu timnya, Mario Andretti, mencetak posisi terdepan dengan mengemudikan Lotus 79 yang lebih anyar. Merekaakan bersaing untuk meraih sembilan poin yang adalah jumlah poin maksimal yang bisa didapat.

Memasuki sesi balapan, 24 mobil berbaris untuk beradu kecepatan satu sama lain. Bendera kemudian dikibarkan, padahal beberapa mobil belum berada di posisi start yang sempurna. Menjelang tikungan Variante Goodyear yang berlokasi tidak jauh dari titik start balapan, kecelakaan fatal terjadi.

Mobil Riccardo Patrese yang berseragam Arrows bersenggolan dengan mobil James Hunt yang berseragam McLaren. Secara berurutan, keduanya memulai balapan dari posisi 10 dan 12. Insiden ini menyulut insiden-insiden lainnya yang berakhir dengan kecelakaan besar.

Mobil Hunt kemudian menyenggol mobil Peterson yang mengalami masalah injeksi bahan bakar, sebagaimana diberitakan Motorsport Memorial. Mobil Peterson pun menabrak pagar pembatas yang ada di sisi kanan lintasan. Akibatnya, bagian depan mobil tersebut hancur tak bersisa.

Belum berhenti sampai di situ. Mobil Vittorio Brambilla dari Surtees menabrak mobil Peterson. Dengan demikian, mobil Lotus 78 yang dikemudikan Peterson terbakar hebat. Dilaporkan, ada sepuluh mobil yang terlibat kecelakaan ini.

Hebatnya, Hunt melompat keluar dari mobilnya dan bergegas menyelamatkan Peterson yang untungnya masih sadarkan diri. Kobaran api lantas dipadamkan petugas lintasan dan Peterson diboyong ke pusat medis Sirkuit Monza antara 11--18 menit setelah kecelakaan. Seusai kondisinya stabil dengan luka bakar yang dipastikan tak kronis, dirinya dibawa dengan diangkut helikopter ke Rumah Sakit Niguarda yang berjarak sekitar 10 menit, sebagaimana diberitakan RTR Sports.

Kepolisian Italia dengan sigap membentuk penjagaan untuk mencegah siapa pun memasuki lokasi kecelakaan. Tampaknya, hanya orang-orang sangat penting yang diizinkan berada di lokasi itu. Bahkan, Penasihat Bedah F1, yakni Profesor Sid Watkins, dilarang masuk.

Sejumlah pembalap yang tercatat di daftar sepuluh mobil yang terlibat dalam kecelakaan massal F1 GP Italia 1978 adalah Brett Lunger, Hans Stuck, dan Didier Pironi. Stuck dikabarkan mengalami gegar otak, sedangkan Brambilla mengalami cedera parah di kepala. Peterson sendiri mengalami cedera yang tidak kalah parah di bagian kaki.

Baca Juga: Nico Huelkenberg Tak Menyesal Memperkuat Haas di Formula 1 2023

2. Menghembuskan nafas terakhirnya pada 11 September 1978

Ronnie Peterson, Jawara F1 Swedia yang Tewas pada GP Italia 1978Foto buram yang memperlihatkan bangkai mobil Peterson dikerubungi banyak orang. (commons.wikimedia.org/GarethBThomas2000)

Di Rumah Sakit Niguarda, Peterson diperiksa lebih lanjut dengan bantuan sinar x. Hasil pemeriksaan menunjukkan, pembalap Swedia ini mengalami kira-kira 27 patah tulang di tungkai dan kakinya. Dia dikirim ke unit perawatan intensif untuk operasi pemasangan pen di tulang-tulang yang patah. Para ahli bedah bekerja hingga hampir tengah malam untuk menyelesaikan operasi yang khusyuk ini.

Pada pagi hari, 11 September 1978, Peterson dinyatakan meninggal dunia. Kematiannya disebabkan komplikasi karena emboli lemak. Peterson meninggal dunia pada usia 34 tahun dan dimakamkan di Pemakaman Almby yang berada di tanah kelahirannya, Örebro.

Emboli adalah kondisi di mana pembuluh darah tersumbat zat asing, dalam kasus Peterson ialah lemak. Patah tulang yang parah berpotensi membuat lemak di sumsum tulang menjadi terlepas dan masuk ke dalam pembuluh darah. Penyumbatan ini dapat terjadi di pembuluh darah mana pun dan bersifat berbahaya bagi pengidapnya.

3. Kematiannya memberikan dampak bagi kejuaraan

Ronnie Peterson, Jawara F1 Swedia yang Tewas pada GP Italia 1978kondisi seusai kecelakaan GP Italia 1978 (commons.wikimedia.org/GarethBThomas2000)

Profesor Watkins bersama Ketua Asosiasi Konstruktor F1 (FOCA), Bernie Ecclestone, menyimpulkan, sebuah mobil medis harus mengikuti mobil-mobil balap F1 pada putaran pertama sesi balapan. Prosedur ini dilaksanakan agar pertolongan medis bisa disegerakan semisalnya terjadi kecelakaan. Pernyataan ini didukung dua pembalap legendaris F1, Niki Lauda dan Jackie Stewart.

Selain itu, petugas pemadam kebakaran juga harus bereaksi cepat dalam memadamkan nyala api. Tindakan penyelamatan ini dianggap lebih baik daripada usaha pembalap dalam menyelamatkan sesama pembalap dari mobil yang terbakar. Prosedur ini terbukti ampuh dalam proses penyelamatan Gerhard Berger saat mengalami kecelakaan pada 1989.

Lebih lanjut, FOCA memberikan tekanan kepada pihak pengelola Sirkuit Monza untuk mengubah struktur sirkuit menjadi lebih aman. Alasannya, terbukti ada masalah khusus di Sirkuit Monza yang menyebabkan kecelakaan Ronnie Peterson dapat terjadi. Pihak pengelola sirkuit menerima permintaan itu, sehingga Sirkuit Monza bersilir-silir berevolusi menjadi sirkuit yang tidak begitu berbahaya.

Sebagai penutup, Ronnie Peterson ialah pembalap Swedia kelahiran Örebro pada 14 Februari 1944. Pembalap setinggi 1,78 meter ini telah melanglang buana di kejuaraan F1 selama 9 musim, terhitung sejak gelaran GP Monako 1970. Tercatat, dirinya sudah melaju sebanyak 5.725 putaran yang menelurkan 10 kemenangan dan 26 podium.

Baca Juga: Flow-vis Paint pada Mobil Formula 1, Apa Itu?

Written by IRIZU Photo Verified Writer Written by IRIZU

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya