Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Xavier Marcos, Race Engineer Charles Leclerc yang Dibenci Tifosi

Xavier Marcos Padros (kiri) berbicara kepada Charles Leclerc. (twitter.com/ScuderiaFerrari)

Scuderia Ferrari tak henti-hentinya mengejutkan tifosi. Sebelumnya, mereka resmi mendatangkan pembalap Mercedes, Lewis Hamilton, untuk membalap pada 2025 mendatang. Kabar mengejutkan lainnya kemudian datang dari salah satu pembalapnya, Charles Leclerc. Pembalap berusia 26 tahun itu mengonfirmasi akan mempertahankan race engineer-nya, Xavier Marcos Padros, pada 2024 ini.

Rupanya, ketetapan Leclerc menunjuk pria yang kerap disapa Xavi di tim strategis Ferrari menuai polemik di kalangan penggemar balap jet darat. Alih-alih jadi kawan yang memandu pembalapnya meraih kemenangan, kemampuan Xavi di balik layar malah dipertanyakan karena kerap menghasilkan keputusan inkonsisten. Strategi Xavi selama balapan beberapa kali berbuah malapetaka sehingga memupuskan harapan pembalap kebangsaan Monako itu meraih podium dan poin krusial.

Lantas, seperti apa sosok Xavier Marcos Padros ini? Simak ulasan di bawah ini, ya!

1. Awali karier insinyur di Formula 3000 sebelum merangkak ke Formula 1

mobil Hispana Racing Team pada 2010 (commons.wikimedia.org/Cord Rodefeld)

Xavier Marcos Padros merupakan insyinyur kelahiran Spanyol. Dikutip dari Auto Bild, kehidupannya sebagai teknisi mobil balap dimulai sejak usia muda ketika bergabung di Formula 3000 sebagai race engineer pada 2004. Setahun kemudian, dia direkrut BNC Racing Team dan bertahan hingga 2008.

Empat tahun menimba ilmu di kasta kedua sudah cukup membuat bakat Xavi dilirik tim Formula 1. Dia lalu diboyong tim serba-Spanyol, Hispana Racing Team, pada 2010. Dia menjabat sebagai performance engineer di sana selama 2 tahun.

2. Mulai dikenal sebagai performance engineer Felipe Massa

Felipe Massa (formula1.com)

Ketika HRT dinyatakan gulung tikar pada akhir musim 2012 dan tidak dapat membalap untuk musim depan, Xavier Marcos Padros mencoba mencari peruntungan di tim lain. Dia hijrah ke Williams Racing sebagai performance engineer untuk Felipe Massa. Selama 3 tahun di sana, Xavi sukses membantu pembalap berkebangsaan Brasil itu meraih 6 podium dan 1 pole position.

Pada 2015, Xavi membuat keputusan mengejutkan. Dia hengkang dari dari dunia F1. Insinyur asal Spanyol itu memilih ajang balap NASCAR sebagai destinasi barunya bersama Richard Childress Racing. Dia menghabiskan hampir 3 tahun lamanya di sana sebagai chief race engineer.

3. Bergabung dengan Ferrari hingga jadi race engineer Charles Leclerc

Xavier Marcos Pablos (kiri) bersama Charles Leclerc (kanan) pada 2019. (twitter.com/Charles_Leclerc)

Xavier Marcos Padros akhirnya kembali ke Formula 1 pada 2018 setelah diboyong Ferrari sebagai race engineer yang berbasis di pabrik. Oleh karena performanya yang kian apik, dia dipindahkan ke bagian sidetrack setahun setelahnya. Barulah saat itu dia bekerja sama dengan Charles Leclerc. Kebetulan pembalap kebangsaan Monako itu dipromosikan dari Alfa Romeo ke Ferrari pada 2019.

Debut Xavi dan Leclerc sebagai pembalap/race engineer terbukti jitu dengan raihan 2 kemenangan dan 10 podium. Leclerc juga sukses finis di urutan empat klasemen pembalap. Mereka bahkan digadang-gadang akan jadi duet hebat yang mengantarkan Ferrari ke tangga juara.

Sayangnya, kisah manis Xavi dan Leclerc tidak terulang pada 3 musim berikutnya. Kesalahan strategi dan miskomunikasi mereka makin memburuk pada tiap musimnya. Biarpun tampil apik pada paruh musim pertama 2022, blunder yang mereka buat sendiri memaksa Leclerc harus puas finis urutan dua dalam perebutan gelar juara dunia.

Permasalahan strategi itu terulang pada 2023. Sifat Leclerc yang terlalu penurut ditambah Xavi yang tidak inisiatif membuat tifosi ketar-ketir saat mendengar tim radio pada tiap balapannya. Keduanya juga sempat beberapa kali terlibat adu argumen dan bikin Leclerc frustrasi.

Puncaknya, pada GP Monako 2023 lalu, sikap Xavi yang terlalu pasif dan tidak memberi instruksi yang jelas pada sesi kualifikasi berbuah bencana bagi Leclerc. Pembalap Ferrari itu diganjar penalti tiga grid untuk balapan hari Minggu karena menghalangi flying lap milik Lando Norris di terowongan. Apabila penalti itu tidak diberikan, mungkin Leclerc bisa memperoleh podium, bahkan kemenangan saat balapan.

Sepak terjang Xavier Marcos Padros sebagai race engineer Formula 1 sebenarnya tidak bisa dipandang sebelah mata. Meski mengawali karier di tim semenjana, dia berhasil menunjukkan kemampuannya sebagai insinyur berpengalaman di Ferrari. Musim 2024 akan jadi pembuktian Xavi. Apakah dia masih layak menjadi insinyur Charles Leclerc atau tidak?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us