Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Chelsea kalah di tangan Arsenal. (twitter.com/Squawka)

Jakarta, IDN Times - Arsenal sukses menggilas Chelsea dengan skor 3-1, dalam lanjutan Premier League musim 2022/23, pada Rabu (3/5/2023) dini hari WIB. Tiga poin yang didapat di Emirates Stadium membuat The Gunners kembali ke puncak klasemen.

Gol kemenangan Arsenal dicetak Martin Odegaard (18', 31') dan Gabriel Jesus (34'). Sementara, Chelsea hanya mampu memperkecil kedudukan lewat gol Noni Madueke, menit 65.

Kemenangan Arsenal dalam derbi London ini menghasilkan sejumlah fakta unik. Melansir Opta dan situs resmi Premier League, berikut IDN Times sajikan buat kamu.

1. Tak terkalahkan dalam derbi London musim ini!

Selebrasi pemain Arsenal saat membobol gawang Wet Ham, Selasa (27/12/2022). (Twitter.com/Arsenal).

Hasil ini sekaligus membuat Arsenal tak terkalahkan dalam derbi London musim ini. Tim asuhan Mikel Arteta itu sukses memenangkan semua pertemuan atas Chelsea maupun Tottenham Hotspur.

Catatan ini merupakan yang pertama kali diukir Arsenal, sejak musim 2004/2005. The Gunners juga menjadi tim pertama, yang memenangkan 150 laga derbi London.

2. Gabriel Jesus bak jimat milik Arsenal

Gabriel Jesus (twitter.com/gabrieljesus9)

Gabriel Jesus seperti anugerah tersendiri bagi Arsenal. Setiap kali dia mencetak gol, tim yang dibesutnya tidak pernah kalah.

Jesus sejauh ini telah mencetak gol dalam 55 pertandingan di Premier League, yang berakhir 50 kemenangan dan lima imbang. Dia menjadi pemain terbanyak yang mencetak gol tanpa berujung kekalahan.

3. Lampard ukir rekor buruk

Manajer interim Chelsea, Frank Lampard. (chelseafc.com).

Sementara, kekalahan ini menambah derita bagi Frank Lampard usai ditunjuk sebagai manajer interim Chelsea. The Blues sudah keok dalam enam laga terakhirnya di bawah nahkoda sang legenda.

Lampard sempat kalah empat kali beruntun sebelum dipecat Everton. Hal ini membuat Lampard menjadi manajer pertama yang kalah 10 laga beruntun saat menukangi tim besar di Inggris, sejak Arthur Cox pada 1988 silam.

Editorial Team