Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Alexandre Pato, Eks Wonderkid Brasil yang Kariernya Merosot Tajam

Alexandre Pato (instagram.com/pato)

Alexandre Pato pernah menjadi fenomena saat dirinya membela AC Milan pada periode 2007--2013. Ia disebut-sebut bakal menjadi The Next Kaka. Beberapa media bahkan menyebut sang pemain The Next Ronaldo. Hal tersebut tidak lepas dari bakatnya dalam mengolah bola, kecepatan, dan insting mencetak gol.

Namun, kesuksesan dalam karier Pato tidak bertahan lama. Cedera, kesalahan pola pikir, serta isu kesehatan mental menjadi faktor yang menghancurkan kariernya. Namanya pun telah dilupakan dari dunia sepak bola.

Bagaimana kisah karier Alexandre Pato yang merosot tajam?

1. Namanya mulai dikenal setelah menjuarai Piala Dunia Antarklub 2006

Alexandre Pato (legaseriea.it)

Bakat Alexandre Pato mulai masuk radar klub-klub Eropa ketika masih membela Internacional pada 2006/2007. Ia tampil dalam 19 pertandingan dan mencetak 11 gol. Pato yang kala itu masih berusia 17 tahun telah menampilkan ketajaman, skill dribel, dan naluri mencetak gol.

Kontribusinya berperan besar bagi prestasi Internacional pada 2006. Mereka berhasil menjuarai Recopa Sudamericana 2006/2007 dam Piala Dunia Antarklub 2006. Pato bahkan mencetak satu gol kala Internacional mengalahkan El Ahly Kairo dengan skor 1-2 pada semifinal.

2. Disebut-sebut sebagai wonderkid selama membela AC Milan

Pato memutuskan pindah dari Internacional ke AC Milan pada musim panas 2007. Dilansir The Players Tribune, Pato mengatakan dirinya sangat mengagumi AC Milan sebagai klub bersejarah. Selain itu, I Rossoneri kala itu dihuni legenda Brasil macam Ronaldo, Kaka, dan Ronaldinho.

Pato sukses menampilkan aksi-aksi terbaiknya di lapangan sebagai pemuda berusia 19 tahun. Ia menorehkan 9 gol dari 18 laga Serie A Italia pada 2007/2008. Catatannya meningkat kala menorehkan 15 gol dan 6 assist dalam 36 laga di Serie A Italia pada 2008/2009. Puncaknya, Pato turut mempersembahkan gelar juara Serie A Italia pada 2010/2011. Ia sukses menciptakan 14 gol dan 4 assist dari 25 laga di Serie A.

Salah satu gol bersejarah yang pernah Pato torehkan ketika membobol gawang Barcelona pada fase grup Liga Champions Eropa 2011/2012. Ia melakukan solo run dari tengah setelah kick off dan merobek gawang Victor Valdes dalam 24 detik. Namun, setelah aksinya itu, Pato mulai mengalami penurunan karier.

3. Cedera dan kesalahan pola pikir menghancurkan kariernya

Alexandre Pato (instagram.com/pato)

Pato menceritakan bagaimana dirinya mengalami masa-masa sulit ketika menderita rentetan cedera sejak 2010/2011. Dilansir The Players Tribune, ia mengungkapkan media dan fans menyebut dirinya pemain terbaik di dunia dan bakal memenangkan Ballon d'Or. Pato menikmati berada dalam sorotan, tetapi dirinya bermimpi terlalu jauh sehingga kehilangan fokus. Ia mengalami cedera tendon achilles dan harus beristirahat selama 53 hari. Pato mulai kehilangan kepercayaan diri.

Ia tetap memaksakan berlatih meski cederanya belum pulih karena takut dipandang buruk oleh media dan fans. Pato kemudian cedera lagi, kali ini engkelnya terkilir sampai bengkak. Ia merasa frustrasi karena ingin menyenangkan semua orang dengan memenuhi ekspektasi, seperti mencetak 30 gol tiap musim. Beberapa orang di sekitarnya mulai meragukan kapasitasnya dan meninggalkannya. Pato tidak bisa menghadapi banyaknya tekanan selama mengalami cedera.

Pato mengatakan dirinya merasa kesepian dan tidak tahu harus berbuat apa ketika kesulitan di AC Milan. Ia tidak paham tentang pentingnya melakukan diet agar terhindar dari cedera. Pato hanya mengerti tentang bermain sepak bola dan mencetak gol. Alhasil, ia mengalami rentetan cedera yang berhubungan dengan otot betis dan paha. Pato seringkali absen dan tidak bisa mengembalikan performanya. Akibatnya, karier sang pemain merosot tajam.

4. Pato kini menjadi pengangguran setelah Sao Paolo melepasnya pada Januari 2024

Alexandre Pato (instagram.com/pato)

Pato secara jujur mengungkapkan dirinya tidak pernah mengerti pentingnya berkomunikasi dan membangun suatu hubungan baik. Selama ini, ia hanya tahu tentang bermain bagus di atas lapangan. Alhasil, Pato tidak pandai menghadapi tekanan dari media serta kesulitan ketika bernegosiasi mengenai kontrak.

Ia seringkali berpindah-pindah klub setelah meninggalkan AC Milan pada Januari 2013. Pato sempat membela Corinthians, Sao Paolo, Chelsea, Villarreal, Tianjin Tianhai, dan Orlando City. Ketajamannya sudah hilang dan namanya telah dilupakan publik sepak bola. Pato bahkan tengah menganggur usai dilepas Sao Paolo pada Januari 2024.

Itulah kisah karier Alexandre Pato yang merosot tajam akibat cedera dan kesalahan pola pikir. Padahal, cederanya bisa saja pulih dengan baik jika sang pemain tidak ngotot untuk kembali berlatih demi memenuhi ekspektasi. Pato juga tidak menguasai soft skill, seperti komunikasi, negosiasi, dan menjaga diet agar tidak cedera lagi. Penurunan karier Pato sungguh disayangkan. Pasalnya, ia bisa saja menjadi pemain terbaik di dunia jika memahami pentingnya menguasai soft skill dan menjaga diet agar tidak cedera lagi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Audi Rahmantio
EditorAudi Rahmantio
Follow Us