Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bagaimana Oliver Glasner Membawa Perubahan Besar bagi Crystal Palace?

potret Selhurst Park Stadium, markas Crystal Palace (commons.wikimedia.org)

Crystal Palace berhasil melangkah ke final Piala FA 2024/2025 setelah menundukkan Aston Villa dengan skor meyakinkan (3-0) pada Sabtu (26/4/2025) lalu. Tiga gol The Eagles tercipta melalui brace Ismaila Sarr pada menit ke-58 dan 90+4, sedangkan satu gol lainnya dicetak Eberechi Eze pada menit ke-58. Ini menjadi ketiga kalinya dalam sejarah klub mereka melangkah ke final Piala FA.

Kesuksesan tersebut tidak datang begitu saja, tetapi hasil dari kerja keras dan perubahan mendalam di bawah tangan dingin Oliver Glasner. Manajer asal Austria itu membawa filosofi baru, mengubah mentalitas pemain, serta memperkenalkan gaya bermain yang lebih intens dan terstruktur. Sejak ditangani Glasner, Palace menunjukkan perubahan signifikan, menjadi tim yang lebih percaya diri dan memiliki potensi ancaman bagi lawan.

1. Oliver Glasner menghadapi situasi sulit saat awal kariernya di Crystal Palace

Oliver Glasner tiba di Selhurst Park pada Februari 2024 ketika klub tengah terseok di papan bawah klasemen dan mengalami salah satu musim terburuk dalam sejarah English Premier League (EPL). Masa awal kepemimpinannya pada 2024/2025 pun diwarnai hasil negatif dengan hanya meraih 3 poin dari 8 pertandingan pertamanya. Situasi semakin sulit dengan kepergian dua pemain kunci seperti Michael Olise ke Bayern Munich dan Joachim Andersen ke Fulham.

Walau performa awal musim jauh dari harapan, Glasner tetap tenang dan tidak kehilangan kendali. Alih-alih menerapkan metode keras, ia lebih memilih pendekatan yang membangkitkan kepercayaan diri kepada para pemain. Dengan penuh empati, sang pelatih berusaha menjaga semangat tim di tengah situasi sulit.

Dukungan penuh dari manajemen klub, terutama Chairman Crystal Palace, Steve Parish, menjadi faktor penting dalam menjaga stabilitas ruang ganti. Ia mengaku tidak pernah meragukan kemampuan Glasner meskipun performa tim sempat anjlok. Keyakinan ini akhirnya terbayar ketika Palace mulai bangkit dan kini berpeluang meraih trofi besar pertama mereka.

2. Oliver Glasner mengadopsi filosofi Jerman dalam menghadapi tantangan di tim

Sejak hari pertama, Glasner membawa prinsip kerja yang kuat berbasis intensitas tinggi dan struktur taktis yang solid. Dilansir The Athletic, salah satu fokus utamanya yaitu meningkatkan volume sprint dan kecepatan lari para pemain. Terbukti, musim ini Crystal Palace mencatatkan peningkatan 10 persen dalam lari kecepatan tinggi dan 24 persen dalam jarak sprint dibandingkan musim lalu, menjadikan mereka peringkat keempat dan keenam terbaik di liga dalam kategori tersebut.

Pendekatan taktis Glasner berpusat pada filosofi Jerman, NIPSILD—Nicht In Problemen, Sondern In Loesungen Denken—yang berarti 'berpikir bukan dalam masalah, melainkan dalam solusi'. Ia menekankan pentingnya menemukan jalan keluar ketimbang meratapi kesalahan, baik di dalam maupun luar lapangan. Filosofi ini tercermin dalam bagaimana tim merespons kesulitan, termasuk saat menghadapi ketertinggalan di pertandingan besar.

Secara teknis, Glasner mengimplementasikan formasi 3-4-2-1 dengan gaya bermain direct, cepat, dan agresif. Kecepatan dalam transisi menjadi prioritas, dengan rata-rata durasi serangan yang menghasilkan gol hanya 7,3 detik dan 2,2 umpan, tercepat di Premier League musim ini. Di bawah arahannya, Palace bukan lagi tim yang bermain menunggu, melainkan berani menekan dan menyerang lawan dengan intensitas penuh.

3. Oliver Glasner sukses meningkatkan performa individu pemain

Perubahan terbesar di bawah Glasner terlihat dalam performa individu pemain yang meningkat drastis. Jean-Philippe Mateta menjadi contoh paling menonjol dengan torehan 27 gol di Premier League sejak Februari 2024, hanya kalah dari Alexander Isak, Erling Haaland, dan Mohamed Salah. Kini Mateta dan Eberechi Eze, yang sudah mengkreasikan enam assist untuknya, menjadi tulang punggung serangan Palace.

Sementara itu, Ismaila Sarr, yang awalnya didatangkan sebagai winger, justru menemukan performa terbaiknya sebagai gelandang serang atau No.10. Dari peran barunya tersebut, ia sukses mencetak sembilan gol sepanjang musim ini. Performa impresif itu menjadi bukti keberhasilan adaptasinya di bawah arahan Glasner.

Di lini tengah, Adam Wharton menunjukkan kelasnya sebagai holding midfielder andal meski sempat dibekap cedera. Wharton menjadi motor serangan sekaligus penjaga kestabilan, bahkan mencatat lima tekel sukses dalam semifinal Piala FA melawan Aston Villa, terbanyak di pertandingan itu. Semua perkembangan ini tidak terjadi secara kebetulan, tetapi hasil pendekatan Glasner yang sistematis dan penuh perhatian terhadap detail.

4. Oliver Glasner telah menyejajarkan namanya dengan para legenda Crystal Palace

Kemenangan meyakinkan atas Aston Villa mengantar Crystal Palace ke final Piala FA untuk ketiga kalinya dan membuka peluang meraih trofi besar pertama mereka. Bukan hanya hasil di lapangan yang berubah, melainkan juga budaya di dalam klub. Kepercayaan kolektif yang dibangun antara manajer dan pemain Palace membuat mereka mampu bersaing dengan siapa saja jika tampil maksimal.

Steve Parish memuji Glasner bukan hanya karena hasil, melainkan juga karena perubahan mentalitas yang dibawanya. "Dia membuat kami semua berpikir berbeda. Saya menyebutnya 'catur berintensitas tinggi'," ujar Parish seperti yang dikutip The Athletic. Tim kini bermain dengan kombinasi disiplin, kecepatan, dan keyakinan yang belum pernah terlihat sebelumnya di Selhurst Park.

Tak dapat dipungkiri jika keberhasilan Glasner telah menciptakan hubungan emosional yang kuat dengan suporter. Namun, ia enggan larut dalam sentimentalitas. Dirinya bahkan mengaku medali yang diraihnya kala menjuarai Liga Europa bersama Eintracht Frankfurt pada 2022 hanya disimpan begitu saja di laci.

Apabila Oliver Glasner sukses memenangkan trofi FA Cup pada 17 Mei 2025, namanya akan tercatat abadi dalam sejarah Crystal Palace. Ia akan disejajarkan dengan Steve Coppell, pelatih legendaris yang membawa The Eagles ke final Piala FA pada 1990. Pencapaian ini akan mengukuhkan posisi Glasner di antara para pelatih besar klub.

Oliver Glasner telah membuktikan, perubahan bukan hanya soal strategi di lapangan, melainkan juga tentang membangun kepercayaan, struktur, dan identitas baru bagi klub. Apapun hasil di final Piala FA 2024/2025 nanti, Crystal Palace telah melangkah ke level yang lebih tinggi berkat kepemimpinannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us