Bologna FC, Kejutan yang Tak Diduga-duga di Serie A 2023/2024

Sebagai penghuni tetap papan tengah, kehadiran Bologna di peringkat empat klasemen sementara Serie A 2023/2024 jelas tak diduga-duga. Siapa sangka skuad Thiago Motta itu bisa lampaui ekspekstasi semua orang. Bologna bak Atalanta pada 2017 yang merangsek ke papan atas setelah bertahun-tahun lamanya jadi anak bawang di Serie A.
Datang menggantikan Sinisa Mihajlovic yang dipecat karena performa buruk tim pada September 2022, Thiago Motta memperkenalkan inovasi taktik yang terbukti berdampak. Apa taktik yang dipakai Motta untuk Bologna FC pada 2023/2024 ini? Mari bedah bersama!
1. Bertumpu pada kepemilikan bola dan akurasi operan

Sejak Thiago Motta datang, Bologna jadi tim yang lebih kreatif dan rajin menguasai bola. Tren ini mereka pertahankan pada 2023/2024 yang juga dibuktikan lewat statistik ball possession mereka yang sering di atas lawan. Merujuk data Opta Analyst, Bologna adalah tim kedua dengan sentuhan bola terbanyak di Serie A musim ini, hanya kalah dari SSC Napoli. Mereka pula yang menduduki posisi teratas ketiga di sektor akurasi operan.
Ada beberapa pemain kunci untuk taktik penguasaan bola. Mereka adalah bek tengah Riccardo Calafiori yang lihai berduel, Jhon Lucumi, Joshua Zirkzee, dan Lewis Ferguson yang piawai mencari celah untuk memberikan operan ke rekan-rekannya di final third. Rangkaian itu bak disempurnakan oleh ketajaman Riccardo Orsolini yang saat ini berstatus top skor untuk timnya dan masuk 20 besar dengan kemampuan carrying terbaik Serie A 2023/2024.
2. Bukan tim yang tajam di depan

Menariknya, Bologna sebenarnya bukan tim yang kuat secara akurasi serangan. Meski sedang bertengger di peringkat 4 klasemen sementara Serie A 2023/2024, Bologna tidak masuk dalam tim dengan expected goals (xG) nonpenalti tertinggi berdasar amatan Opta. Namun, akurasi tembakan mereka cukup baik, yakni 50,3 persen yang berarti terbaik kedua di Serie A, hanya kalah dari AC Milan (52,3 persen).
Namun, fakta tersebut mereka imbangi dengan dinamisnya pola serangan mereka saat menekan lawan. Total Football Analysis membuat beberapa rangkuman pola serangan Bologna. Mereka menemukan betapa beragamnya model dan arah operan mereka saat sedang melakukan build-up. Hal ini membuat pergerakan Bologna sulit tertebak sehingga otomatis merepotkan pemain bertahan lawan. Cara ini juga menjelaskan kecenderungan mereka menang dengan skor tipis. Meski tak produktif cetak gol, Bologna tetap bisa mencuri poin dan berdampak pada posisi mereka di klasemen.
3. Didukung pertahanan yang solid

Sektor lain yang mengalami peningkatan performa di Bologna musim ini adalah pertahanan. Pada 2022/2023, saat kehilangan bola, Bologna akan melakukan high pressing (melakukan tekanan di area lawan ketimbang membiarkan lawan masuk ke area bertahan kita sendiri) dengan tujuan merebut bola di final third (mereka sendiri) atau memaksa pemain-pemain lawan melepaskan operan panjang. Taktik yang dikenal dengan istilah field tilt itu sering dipakai tim-tim kuat, tetapi cukup berisiko.
Dalam kasus Bologna musim lalu, pemain sering melakukan eksekusi yang tak sempurna sehingga justru membuka celah bagi lawan untuk melakukan penetrasi. Thiago Motta memperbaiki kendala tersebut musim ini. Hal itu terbukti dari passes per defensive action (PPDA) lawan mereka cukup rendah, yakni hanya sebesar 11,6 (terendah ketiga setelah Fiorentina dan Napoli) dan jumlah gol kemasukan mereka yang hanya 25 per minggu ke-31. Mereka pula tim Serie A musim ini yang melakukan tackle terbanyak, menandakan solidnya tembok pertahanan mereka.
Sesuai dengan karakternya yang eksperimental dan usianya yang relatif muda, Thiago Motta melakukan berbagai gebrakan progresif dan penuh risiko di Bologna. Namun, dengan pemain-pemain yang tepat, cukup sedikit pihak yang menduga jika hasilnya bisa sehebat ini.