Resiliensi Kappa Bikin Jersey Bola dengan Gaya Retro

Bertahan di tengah gempuran aliran modern minimalis

Di tengah gempuran aliran modern minimalis, ada satu jenama jersey sepak bola yang memilih mempertahankan sentuhan retro alias klasik dalam desain mereka. Kappa adalah jenama asal Italia yang dimaksud. Dengan logo Omini (siluet perempuan dan laki-laki yang saling duduk membelakangi) mereka yang jauh dari kata minimalis, Kappa sepertinya hendak mengutarakan pesan kalau menganut maksimalisme bukanlah sebuah dosa besar.

Justru itu yang membuat mereka mudah diidentifikasi karena terlihat mentereng dan berbeda dibanding jenama-jenama lain. Namun, mengapa mereka memilih untuk setia pada desain retro? Apa keuntungan dan kelemahan dari strategi pemasaran itu? Mari jadikan Kappa sebagai studi kasus menarik untuk bahas industri olahraga.

1. Kalah saing, Kappa sempat ditinggalkan tim-tim besar yang pernah jadi langganannya

Resiliensi Kappa Bikin Jersey Bola dengan Gaya Retrojersey Timnas Italia di Piala Dunia 2002 (fifa.com)

Kappa pernah jadi outfitters tim-tim besar Eropa pada 1970—2000-an. Beberapa tim langganan mereka, antara lain FC Barcelona, Juventus, AC Milan, dan SSC Napoli. Juventus merupakan mitra pertama dan terlama mereka, yakni sejak 1979 hingga kontrak berakhir pada 2000 dan digantikan Lotto, kemudian Nike dan Adidas. Timnas Italia juga pernah menggunakan jersey buatan Kappa pada Piala Dunia 2002.

Pada era 1990-an Kappa juga sempat bekerja sama dengan Timnas Jamaika dan Afrika Selatan. Namun, momen itu berakhir begitu saja pada awal 2000-an. Kappa mulai tersingkir oleh perusahaan rival seperti Nike, Adidas, dan Puma yang skala produksinya jauh lebih besar. Secara alamiah, logo ikonik Kappa pun tak lagi terlihat di panggung sepak bola internasional. Mereka seolah melipir, bahkan hampir tak terdeteksi lagi di peredaran. 

Baca Juga: 4 Jersey Timnas Sepak Bola yang Tuai Kontroversi pada 2024

2. Memilih bekerja sama dengan tim-tim nonelite

Resiliensi Kappa Bikin Jersey Bola dengan Gaya Retrojersey Venezia FC 2023/2024 (instagram.com/veneziafc)

Ketiadaan Kappa di liga dan turnamen elite bukan menandakan kebangkrutan. Dalam diam, jenama asal Italia itu memilih untuk bekerja sama dengan tim-tim yang relatif lebih kecil. Menariknya, mereka pun mempertahankan sentuhan retro dalam desain jersey mereka. Kappa tak ragu menyertakan corak dan detail ala maksimalis yang jadi ciri khas pakaian era 1980—1990-an. Sesuai dengan karakter tim kecil yang basis penggemarnya diwariskan secara turun temurun, desain klasik Kappa memperkuat kesan nostalgic yang seiring dengan tendensi tersebut.

Cek saja desain jersey mereka untuk SSC Bari yang pakai warna perak milenium ala akhir tahun 1990-an. Lihat juga beberapa desain jersey latihan dan tandang Real Valladolid, Fiorentina, Genoa, dan Brescia yang penuh corak. Desain retro mereka untuk CD Ibiza Islas Pitiusas bahkan tanpa ragu menyertakan motif bunga merah yang mencolok. Sementara, untuk Venezia FC, Kappa memperkenalkan kembali jersey berkerah dengan desain nautical dan stripes yang jadul. 

3. Menyasar sektor yang masih terabaikan, termasuk sepak bola perempuan

Resiliensi Kappa Bikin Jersey Bola dengan Gaya Retrojersey FC Abalos 2024 (instagram.com/kappa_sport)

Hal menarik lain dari Kappa adalah ia tidak pula berusaha bersaing dengan jenama-jenama baru seperti Joma dan Macron yang kini sukses melakukan ekspansi kerja sama global. Ketimbang melakukan ekspansi, Kappa secara strategis menyasar sektor yang masih sering terabaikan, yakni sepak bola perempuan. Beberapa tim sepak bola perempuan yang jadi mitra mereka antara lain Athens Kallithea FC dan FC Abalos di Yunani serta Western United FC asal Australia. Itu sesuai dengan filosofi kesetaraan gender yang mereka tuangkan lewat logo Omini.

Kappa juga piawai mencari celah dengan menyasar liga-liga nonelite, seperti Serie B (liga sepak bola kasta kedua Italia) dan National Premier League (liga kasta kedua Australia). Ada belasan tim dari liga itu yang seragamnya berhiaskan logo Omini. Saat melakukan ekspansi, Kappa tak segan bekerja sama dengan tim baru, seperti yang baru saja mereka lakukan dengan AS Stade Targa yang berbasis di New York, Amerika Serikat. Intinya mereka tak kehilangan akal untuk mempertahankan relevansi. Mulai setia pada signatur retro hingga menyisihkan ambisi untuk bersaing dengan jenama besar di berbagai turnamen dan liga elite. 

Kappa memang tak lagi jadi jenama prioritas tim-tim besar dunia, tetapi relevansi dan keunikan mereka tak hilang ditelan zaman. Itu bisa jadi salah satu model bisnis yang menarik buat dicontoh dan dipelajari.

Baca Juga: Cerita di Balik Pesona Jersey Persedikab Kediri yang Mendunia

Dwi Ayu Silawati Photo Verified Writer Dwi Ayu Silawati

Penulis, netizen, pembaca

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Gagah N. Putra

Berita Terkini Lainnya