12 Eks Pemain Manchester United yang Gagal sebagai Pelatih

Setelah pensiun sebagai pemain sepak bola, Paul Ince beralih profesi menjadi pelatih sepak bola. Ia mengawali kariernya bersama Macclesfield Town dan MK Dons. Pada musim panas 2008, Ince dipercaya menjadi pelatih Blackburn Rovers menggantikan eks Manchester United lainnya, Mark Hughes, yang pindah ke Manchester City.

Meski begitu, kiprahnya bersama Blackburn tak berjalan mulus. Ince hanya memimpin dalam 17 pertandingan English Premier League (EPL) pada 2008/2009 dengan raihan 5 poin, sehingga Blackburn terdampar ke dasar klasemen. Ia pun dipecat pada Desember 2008. Setelah itu, Ince hanya melatih klub-klub medioker Inggris, seperti Notts County, Blackpool, dan Reading.

Ole Gunnar Solksjaer sudah diragukan saat ditunjuk menggantikan Jose Mourinho yang dipecat pada Desember 2019. Ia tidak punya rekam jejak yang cukup mentereng dalam karier kepelatihannya. Sebelum menangani Manchester United, Solksjaer hanya sempat melatih klub-klub medioker, seperti Molde dan Cardiff City. Bahkan, bersama Cardiff, ia terdegradasi dari Premier League pada 2013/2014.

Bersama Setan Merah, sebenarnya performanya tidak terlalu buruk. Saat masih berstatus karteker, Solskjaer berhasil menorehkan 14  kemenangan dengan hanya 3 kekalahan dalam 19 laga. Maka dari itu, manajemen memberikan kontrak sebagai manajer utama pada Maret 2019.

Sayangnya, ia gagal memberikan gelar bergengsi selama 4,5 musim menangani Manchester United. Secara permainan, pelatih asal Norwegia itu kerap dikritik karena kurang inovatif. Ia cenderung mengandalkan serangan balik. Solksjaer akhirnya dipecat pada November 2021 usai mengalami banyak hasil buruk.

Bryan Robson adalah mantan kapten Manchester United pada periode awal kepelatihan Sir Alex Ferguson. Setelah pensiun, Robson memulai karier kepelatihannya di Middlesbrough. Ia berhasil membawa mereka naik kasta dari Championship ke Premier League pada 1995. Itulah satu-satunya prestasi yang dapat dibanggakan Robson.

Setelah dari Middlesbrough, ia melatih Bradford City, tetapi terdegradasi pada akhir musim 2003/2004. Pada musim selanjutnya, Robson berhasil membawa West Bromwich Albion naik ke EPL. Akan tetapi, ia kembali terdegradasi pada akhir musim 2005/2006.

Karier Robson tidak juga membaik bersama Sheffield United dan Timnas Thailand. Ia gagal mempersembahkan prestasi mentereng untuk kedua timnya itu. Robson kini kembali ke Manchester United sebagai penasihat klub.

Scholes merupakan salah satu gelandang terbaik yang pernah dimiliki Manchester United dan Timnas Inggris. Kecerdasannya dalam mengatur permainan mampu membawa Setan Merah kepada masa kejayaan mereka pada 1992—2012. Setelah pensiun, Scholes sempat menjadi komentator sepak bola sebelum melatih klub divisi empat Inggris, Oldham Athletic.

Perjalanannya bersama Oldham sangat singkat. Scholes hanya menangani Oldham dalam 31 hari dengan memimpin 7 pertandingan dengan rekor sekali menang. Ia mengaku menyesali dirinya tak bisa memberikan yang terbaik bagi klub. Setelah itu, tak ada lagi klub yang Scholes tangani.

Selama berkarier bersama Manchester United, Ryan Giggs dikenal sebagai pemain sayap yang berlari kencang dengan umpan akurat. Ia juga memiliki insting gol yang tajam. Giggs mengoleksi rekor penampilan terbanyak untuk Manchester United dengan 963 penampilan. Sebelum pensiun, ia sendiri sempat memainkan peran pemain/pelatih karena David Moyes dipecat pada 2013.

Setelah pensiun sebagai pesepak bola, Giggs bekerja di bawah Louis van Gaal sebagai asisten pelatih hingga 2016. Dengan modal pengalaman itu, ia mengambil kesempatan melatih Timnas Wales menggantikan Chris Coleman. Sayangnya, karier kepelatihannya hanya bertahan sampai November 2020.

Giggs terlibat kasus kekerasan kepada mantan kekasihnya, Kate Greville. Reputasinya pun ternodai. Ia belum melatih klub mana pun hingga kini.

Steve Bruce dahulunya salah satu palang pintu andalan Manchester United. Ia tangguh pada awal era Sir Alex Ferguson. Setelah pensiun sebagai pemain, Bruce melanjutkan kariernya sebagai pelatih. Namun, tidak ada prestasi mentereng yang ia torehkan bersama klub-klub yang pernah ditangani.

Kebanyakan klub yang pernah Bruce tangani adalah klub-klub medioker, seperti Birmingham City, Sheffield United, Wigan Athletic, Hull City, Sunderland, dan West Bromwich Albion. Prestasi tertingginya sebagai pelatih sekadar membawa Hull City ke final Piala FA 2013/2014. Selebihnya, ia lebih sering bersaing di papan bawah Premier League dan terdegradasi.

Setelah menangani 11 klub selama 25 tahun kariernya sebagai pelatih, Steve Bruce memutuskan pensiun. Dilansir Daily Mail, ia mengatakan pekerjaan terakhirnya di West Brom tidak berjalan dengan baik, sehingga memutuskan untuk pensiun. Namun, Bruce mengakui dirinya menikmati kariernya sebagai pelatih.

Phil Neville tidak memiliki rekor baik selama menjadi pelatih. Setelah menjadi asisten manajer Valencia bersama Gary Neville, ia ditunjuk sebagai pelatih Timnas Inggris Putri pada 2018. Akan tetapi, Phil gagal memberikan prestasi sehingga dipecat pada Januari 2021.

Setelah itu, Phil bergabung dengan klub David Beckham, Inter Miami. Sayangnya, ia gagal membawa klubnya lolos ke babak playoff. Mereka hanya menempati posisi empat terbawah di klasemen Wilayah Timur Major League Soccer (MLS). Akhirnya, Phil dipecat dan kini menjadi asisten pelatih Timnas Kanada.

Roy Keane dikenal sebagai gelandang tangguh dan kapten yang tegas. Namun, ia tidak terlalu berhasil sebagai pelatih. Prestasi terbaiknya hanya membawa Sunderland promosi ke Premier League pada 2007/2008. Meski mampu bertahan di EPL pada musim pertamanya, performa buruk pada paruh pertama membuatnya dipecat pada Desember 2008.

Keane melanjutkan karier kepelatihannya bersama Ipswich Town. Namun, performa klub tidak lebih baik sehingga kembali dipecat pada Januari 2011. Setelah itu, ia menjadi asisten pelatih Timnas Irlandia, Aston Villa, dan Nottingham Forest. Saat ini, Keane mantap menjadi komentator sepak bola di Sky Sports.

Gary Neville secara mengejutkan ditunjuk sebagai pelatih Valencia pada 2015/2016. Hal tersebut menjadi pertanyaan publik. Sebab, ia tidak memiliki pengalaman mumpuni dalam menangani klub sebagai pelatih. Pengalaman kepelatihannya pun sekadar menjadi asisten Timnas Inggris di bawah Roy Hodgson.

Keraguan tersebut terbukti dengan rentetan hasil buruk Valencia selama ditangani Gary. Ia hanya memainkan 28 pertandingan dan memenangi 10 di antaranya. Tak sampai paruh musim 2015/2016, Neville dipecat Valencia. Ia kini fokus menjadi komentator sepak bola.

Sama seperti rekan-rekannya di Manchester United, Jaap Stam tidak terlalu sukses ketika beralih menjadi pelatih. Melatih Reading, ia gagal membawa klub tersebut promosi ke Premier League. Catatannya tidak terlalu bagus. Ia hanya menang 41 kali dan kalah 36 kali dari 98 pertandingan. Akibatnya, Stam dipecat dari posisinya pada Maret 2018.

Ini terjadi lagi saat menangani PEC Zwolle. Rekor kemenangan dan kekalahannya sama, yaitu 7 kali dari 17 pertandingan. Saat menangani bahkan Feyenoord lebih parah lagi. Ia hanya melatih selama 119 hari dengan catatan 18 penampilan yang berbuah 7 kemenangan dan 5 kekalahan. Klub terakhir yang Stam tangani adalah Cincinnati. Rekornya lebih buruk dari Feyenoord, yakni 8 kemenangan dan 27 kekalahan dari 47 pertandingan.

Setelah pensiun sebagai pemain sepak bola pada 2008, Teddy Sheringham kembali ke klub lamanya, West Ham United, sebagai pelatih striker selama setahun. Pada Mei 2015, Sheringham dipercaya menjadi pelatih klub divisi ketiga Inggris, Stevenage. Tak sampai setahun, ia dipecat akibat hasil buruk dengan 7 kemenangan dan 16 kekalahan dari 33 pertandingan.

Gagal di negeri sendiri, Sheringham merantau sampai ke India untuk menangani ATK pada Juli 2017. Akan tetapi, ia hanya bertahan selama 6 bulan setelah melalui 10 pertandingan dengan catatan 3 kemenangan dan 4 kekalahan. Sheringham kini kerap tampil di televisi sebagai komentator sepak bola.

Diego Forlan adalah salah satu striker terbaik Uruguay. Namun, catatannya sebagai pelatih jauh dari kata sukses. Ia bahkan tidak pernah melatih sampai 20 pertandingan.

Dilansir Transfermarkt, Forlan memulai karier kepelatihannya bersama klub masa kecilnya, Penarol. Akan tetapi, ia hanya memainkan sebelas pertandingan. Rekor kemenangan dan kekalahannya sama, yaitu empat kali.

Klub keduanya, CA Atenas, juga tidak membuat reputasinya baik. Ia hanya meraih 4 kemenangan dan 3 kekalahan dari 12 pertandingan. Setelah meninggalkan CA Atenas pada September 2021, Forlan belum dipercaya menangani klub mana pun.

Sebagian besar eks pemain Manchester United yang gagal sebagai pelatih adalah pemain-pemain andalan pada masa kepelatihan Sir Alex Ferguson. Namun, tidak satu pun dari mereka yang mampu memberikan prestasi kepada klub yang dilatihnya. Ini membuktikan kesuksesan sebagai pemain tidak menentukan karier mereka sebagai pelatih.