Jalan Terjal Mikel Arteta untuk Akhiri Puasa Gelar Arsenal di EPL

Pencapaian Arsenal di English Premier League (EPL) mengalami progres positif sejak Mikel Arteta ditunjuk sebagai juru taktik pada pertengahan musim 2018/2019. Meski sempat finis di posisi kedelapan pada 2 musim pertama, The Gunners berhasil menembus lima besar pada 2021/2022. The Gunners bahkan finis sebagai runner-up selama 2 musim beruntun pada 2022/2023 dan 2023/2024.
Setelah capaian apik tersebut, menjuarai EPL 2024/2025 tentu menjadi target yang logis bagi klub asal London Tersebut. Apalagi, mereka telah puasa gelar selama 2 dekade. Terakhir kali The Gunners memenangi titel tersebut ialah pada 2003/2004 saat mereka tak mengalami 1 kekalahan pun dari total 38 laga.
Namun, kenyataan tampaknya tak sesuai dengan harapan. Hingga pekan kesepuluh EPL 2024/2025, The Gunners terjebak di posisi kelima dengan torehan 18 poin. Pasukan Arteta tampak kesulitan bersaing di papan atas karena mengalami beberapa kendala.
1. Kartu merah menjadi momok bagi pasukan Arteta

Kartu merah benar-benar menjadi momok Arsenal pada awal EPL 2024/2025. Hingga pekan kesepuluh, telah ada tiga pemain mereka yang diusir dari lapangan karena menerima kartu merah. Tiga anak asuh Arteta yang telah menerima hukuman kartu merah ialah Declan Rice, William Saliba, dan Leandro Trossard.
The Gunners tak pernah meraih kemenangan setiap kali ada salah satu pemainnya yang harus meninggalkan lapangan akibat kartu merah. Mereka ditahan imbang oleh Brighton & Hove Albion pada pekan ketiga setelah Rice diganjar kartu merah pada menit 49. Kemudian, pada pekan kelima, The Gunners yang bermain dengan sepuluh pemain setelah Trossard diusir dari lapangan sejak akhir babak pertama harus berbagi angka dengan Manchester City meski sempat unggul hingga penghujung laga.
Hasil paling mengecewakan yang didapat anak asuh Arteta sejauh ini terjadi pada pekan kedelapan. Mereka gagal mencuri poin di kandang Bournemouth karena kalah dengan skor 0-2. Dalam laga tersebut, Arsenal bermain dengan sepuluh pemain sejak menit 30 karena Saliba dihukum kartu merah.
2. Kehilangan beberapa pemain penting karena cedera

Penampilan kurang maksimal Arsenal pada awal EPL 2024/2025 tak hanya karena absennya beberapa pemain yang dihukum kartu merah. Beberapa pemain yang menepi karena cedera juga menjadi penyebabnya. Arteta beberapa kali harus memutar otak karena kehilangan sejumlah pemain kuncinya yang menjalani pemulihan cedera.
Kapten utama sekaligus pilar penting di lini tengah, Martin Ødegaard, telah absen sejak pekan keempat kala Arsenal bertemu Tottenham Hotspur. Ia menderita cedera ketika membela negaranya, Norwegia, Senin (9/9/2024). Padahal, pemain berusia 25 tahun tersebut menjadi salah satu pemain yang paling diandalkan oleh Arteta pada musim sebelumnya.
Selain Odegaard, beberapa pemain lain yang sempat menderita cedera ialah Riccardo Calafiori, Bukayo Saka, Ben White, Jurrien Timber, dan Takehiro Tomiyasu. Saka hanya menjadi penonton saat rekan-rekannya kalah dari Bournemouth. Cedera tersebut ia dapat saat bermain untuk Inggris pada Kamis (10/10/2024).
3. Tim nonunggulan tampil mengejutkan

Persaingan di papan atas yang semakin ketat menjadi tantangan tersendiri untuk Arteta demi mampu mengakhiri puasa gelar The Gunners. Tak hanya tim besar, ada juga tim non-Big Six yang tampil mengejutkan dan bertengger di papan atas. Salah satu yang paling menyita perhatian ialah Nottingham Forest.
Hingga pekan kesepuluh, klub berjuluk The Tricky Trees tersebut bertengger di posisi ketiga. Dengan 5 kemenangan, 4 keimbangan, dan 1 kekalahan, mereka telah meraih 19 poin. Anak asuh Nuno Espírito Santo berjarak 1 poin dengan Arsenal dan 6 poin dengan Liverpool di puncak klasemen.
Selain Nottingham Forest, ada juga Aston Villa yang menempel ketat pasukan Arteta. Mereka bertengger di posisi keenam dan memiliki poin yang sama dengan Arsenal. Anak asuh Unai Emery hanya kalah dari segi produktifitas gol.
Mikel Arteta harus segera mampu membawa anak asuhnya bangkit. Apalagi, mereka tak meraih 1 kemenangan pun dari pekan ke-8 hingga pekan ke-11. Pelatih berusia 42 tahun tersebut dituntut untuk mengangkat mental Bukayo saka dan kolega demi mampu menjaga asa untuk mengakhiri puasa gelar.