Jamie Vardy, Manifestasi Sempurna Tua-tua Keladi

Tuan-tua keladi, sebuah frasa yang dipakai untuk menggambarkan seseorang yang mengalami peningkatan ketika umur yang justru makin uzur. Di English Premier League (EPL), julukan tersebut sangat layak disematkan kepada Jamie Vardy. Penyerang asli Inggris ini memang mampu meraih berbagai prestasi dan memecahkan sederet rekor dalam kondisi yang tidak lagi muda.
Teranyar, pria yang kini membela Leicester City tersebut resmi masuk daftar sepuluh besar pencetak gol tertua di EPL. Vardy membobol gawang Southampton pada Sabtu (3/5/2025) yang membantu The Foxes menang dengan skor 2-0. Dalam laga ini, ia berusia 38 tahun 112 hari. Itu menjadi bukti kecil dari persistensinya untuk terus berkiprah di kompetisi teratas alih-alih menjalani penghujung karier dengan bersantai.
1. Rasio gol Premier League Jamie Vardy setelah berusia 30 tahun merupakan yang tertinggi
Torehan yang dibuat Jamie Vardy ke gawang Southampton membuatnya kini sudah mengoleksi 144 gol di Premier League. Penyerang setinggi 1,79 meter ini menyamai pencapaian milik mantan bomber asal Belanda, Robin van Persie. Di atas Vardy dan van Persie, hanya ada 13 pemain yang membobol gawang tim lawan lebih sering dibanding mereka.
Per 5 Mei 2025, Vardy memang hanya berada di urutan kesepuluh dalam daftar pencetak gol tertua di EPL. Namun, ia melejit ke peringkat pertama jika menghitung koleksi gol seluruh pemain dalam sejarah EPL saat sudah berusia 30 tahun. Dari 144 gol yang sudah dicetak, 100 di antaranya diciptakan Vardy ketika memasuki periode ini.
Di dunia sepak bola, 30 tahun memang kerap dianggap sebagai awal dari penurunan performa seorang pemain. Namun, Vardy membuktikan diri sebagai anomali lewat sejumlah rekor di atas. Sebagai tambahan, ia juga masih tercatat sebagai pemain tertua yang mampu memenangkan sepatu emas EPL. Vardy menjadi top skor dengan 23 gol saat berusia 33 tahun pada 2019/2020.
2. Karier awal Jamie Vardy di dunia sepak bola begitu terjal
Kehebatan Jamie Vardy saat berusia tua tidak terlepas karena dirinya sebagai late bloomer. Pemain yang lahir di Sheffield pada 11 Januari 1987 ini memang melewati perjalanan yang sangat berliku pada awal kariernya sehingga terlambat mekar. Saat berusia 16 tahun pada 2003, Vardy dilepas Sheffield Wednesday dari akademi mereka.
Ia lantas direkrut Stocksbridge Park Steels, klub yang yang saat itu bermain di Northern Premier League, kompetisi kasta kedelapan di Inggris. Vardy membela mereka sampai 2010 sebelum dibeli Halifax Town dengan harga sekitar 15 ribu poundsterling (Rp327 juta). Jumlah tersebut terbilang mahal mengingat Halifax Town juga berkompetisi di ajang yang sama.
Pada akhir 2010/2011, Vardy membantu Halifax Town menjadi juara. Ia menyumbang 25 gol dan terpilih sebagai pemain terbaik versi rekan-rekan seprofesi. Kehebatan Vardy tersebut mencuri perhatian Fleetwood Town yang bermain di National League, kompetisi kasta kelima. Ia pun diboyong pada awal 2011/2012 dan kembali menunjukkan ketajaman dengan mencetak 31 gol.
Vardy lantas memulai kisah cintanya bersama Leicester City pada 2012. Ia digaet dengan harga sekitar 1 juta poundsterling (Rp24 miliar). Saat itu, nilai tersebut menjadikannya sebagai pemain non-league termahal. Vardy lantas membawa The Foxes promosi ke Premier League pada 2014/2015. Dengan begitu, ia pun baru mencatatkan debut di kompetisi teratas Inggris ini saat berusia 27 tahun.
Semusim berselang, Vardy dan Leicester City berhasil menciptakan keajaiban. Dilatih Claudio Ranieri, mereka mampu keluar sebagai juara EPL. Vardy mencetak 24 gol sepanjang musim. Ia menorehkan 13 di antaranya dalam 11 pertandingan beruntun, sebuah rekor yang masih bertahan hingga 2024/2025 ini.
3. Jamie Vardy berpisah dengan Leicester City setelah Premier League 2024/2025 selesai
Sayangnya, kebersamaan Jamie Vardy dengan Leicester City dipastikan selesai setelah Premier League 2024/2025 usai. Pada 24 April 2025, pemain bernomor punggung sembilan itu mengumumkan akan meninggalkan klub yang sudah dibelanya selama 13 musim ini. Keputusan tersebut diambil bersamaan dengan kontraknya yang memang habis.
Selain gelar juara Premier League 2015/2016, Vardy juga membantu Leicester City meraih trofi Piala FA pada 2020/2021. Per 5 Mei 2025, ia sudah bermain 486 kali dan hanya kalah dari Graham Cross (600 penampilan) dan Adam Black (557 penampilan). Untuk urusan gol, Vardy pun menempati posisi ketiga dalam daftar top skor sepanjang masa Leicester City. Ia berada di bawah Arthur Chandler (273 gol) dan Arthur Rowley (265 gol).
Kini, masa depan Jamie Vardy menjadi teka-teki. Menurut laporan Metro, ia sudah menolak tawaran dari Wrexham AFC yang pada 2025/2026 akan bermain di Championship Inggris. Sky Sports mengabarkan, Vardy meyakini dirinya masih bisa memberikan kontribusi untuk tim yang bermain di Premier League. Akankah Vardy melanjutkan kiprahnya di kompetisi ini pada musim depan?