Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Luton Town Terdegradasi dari Championship 2024/2025, Mampukah Bangkit?

potret Luton Town saat berlaga di Premier League 2023/2024 (commons.wikimedia.org)
Intinya sih...
  • Luton Town terdegradasi dari Premier League dan Divisi Championship dalam 2 musim berturut-turut setelah kekalahan dramatis dari West Bromwich Albion.
  • Perjalanan Luton Town dari promosi ke Premier League dengan anggaran rendah hingga degradasi karena keterbatasan finansial dan kualitas skuad.
  • Manajer muda, kedalaman skuad yang lemah, tekanan mental, dan sejarah klub yang pernah bangkit menjadi faktor kunci dalam nasib Luton Town di Liga Inggris.

Sudah jatuh tertimpa tangga, itulah yang dialami Luton Town. Setelah terdegradasi dari English Premier League (EPL) pada 2023/2024, klub berjuluk The Hatters ini kembali terdegradasi dari Divisi Championship 2024/2025 setelah kalah dari West Bromwich Albion dengan skor 3-5 pada Sabtu (3/5/2025). Kekalahan tersebut memastikan mereka turun ke League One dan menjadi klub Inggris keempat yang mengalami dua kali degradasi beruntun.

Musim yang dimulai dengan harapan untuk bangkit ternyata berakhir dengan pil pahit yang harus ditelan Luton Town. Kekalahan dramatis di The Hawthorns Stadium pada pekan terakhir musim menjadi pukulan telak bagi tim dan para pendukungnya. Kini, klub yang sempat mengejutkan banyak pihak dengan promosi ke Premier League, harus kembali ke titik rendah dalam perjalanan mereka di sepak bola Inggris.

1. Optimisme Luton Town kembali ke Premier League sirna setelah hasil buruk di Championship

Perjalanan Luton Town menuju Premier League pada musim 2023/2024 menjadi cerita yang menginspirasi banyak penggemar sepak bola. Keberhasilan mereka menjuarai babak play-off Championship 2022/2023 mencatatkan sejarah karena mereka menjadi salah satu klub dengan anggaran terendah yang meraih promosi. Dilansir The Athletic, nilai total skuad The Hatters saat itu hanya 11,9 juta pound sterling atau sekitar Rp260 miliar. Keberhasilan itu dirayakan luas karena menandai kebangkitan luar biasa sebuah klub yang lebih dari 1 dekade sebelumnya bermain di kasta nonliga.

Namun, perjalanan Luton Town di Premier League tidak berjalan mulus. Keterbatasan finansial dan kualitas skuad membuat mereka kesulitan bersaing dengan tim-tim papan atas. Hasilnya, Luton hanya bertahan 1 musim di Premier League sebelum akhirnya finis di posisi terbawah klasemen dan kembali ke Championship. Degradasi ini meskipun menyakitkan, masih dianggap sebagai kesempatan untuk membangun skuad yang lebih layak.

Sayangnya, musim 2024/2025 di Championship tidak berjalan sesuai rencana. Meskipun sempat meraih tiga kemenangan beruntun pada akhir musim, kekalahan 3-5 dari West Bromwich Albion pada pekan terakhir memastikan nasib buruk Luton. Sementara pesaing mereka, Hull City, berhasil menahan imbang Portsmouth 1-1, Luton gagal mempertahankan peluang bertahan di Championship. Mereka finis di zona degradasi dan akan mengawali musim 2025/2026 di League One, kasta ketiga liga Inggris.

2. Pergantian manajer dan runtuhnya mental pemain jadi faktor turunnya performa Luton Town

Salah satu titik kritis dalam perjalanan Luton usai degradasi dari Premier League yaitu penunjukan Matt Bloomfield sebagai manajer. Bloomfield yang masih muda dan relatif minim pengalaman di level atas, mengambil alih tim dengan semangat membangun, tetapi menghadapi tantangan besar dalam menjaga konsistensi performa. Meskipun sempat membawa tim meraih tiga kemenangan beruntun menjelang akhir musim, ia gagal menjaga kestabilan performa yang diperlukan untuk bertahan di Championship.

Masalah utama lainnya adalah lemahnya kedalaman skuad. Setelah terdegradasi dari Premier League, Luton tak mampu mempertahankan beberapa pemain kunci yang menjadi tulang punggung tim. Dampak finansial dari degradasi membuat klub sulit bersaing dalam bursa transfer dan memperkuat tim dengan kualitas yang cukup untuk bertahan di divisi kedua. Kelemahan dalam komposisi tim membuat mereka rapuh, terutama ketika menghadapi tekanan pada akhir musim.

Secara psikologis, tim juga menderita karena tekanan mental yang terus membayangi. Degradasi dari Premier League menimbulkan beban emosional dan rasa kecewa yang belum tuntas. Terlebih lagi, hasil-hasil buruk di Championship semakin meruntuhkan semangat dan kepercayaan diri para pemain. Momentum negatif yang tercipta sejak awal musim menjadi sulit dibendung, walaupun pada beberapa laga terakhir mereka mampu menunjukkan peningkatan performa.

3. Luton Town jadi klub Inggris keempat yang dua kali terdegradasi berturut-turut

Luton Town kini masuk dalam daftar keempat klub-klub yang mengalami dua kali degradasi beruntun setelah satu musim di Premier League. Swindon Town menjadi yang pertama mengalami nasib serupa pada 1993–1996. Wolverhampton Wanderers menyusul pada 2013, tetapi berhasil bangkit cepat dan kembali ke papan atas. Di sisi lain, Sunderland menjadi contoh nyata dari klub yang tenggelam lebih lama dengan menghabiskan 4 musim di League One sebelum akhirnya promosi kembali.

Pertanyaannya, akankah Luton mengikuti jejak Wolves yang mampu membalikkan keadaan, atau justru seperti Sunderland yang harus membangun ulang dari bawah dalam jangka waktu panjang? Dalam wawancaranya kepada BBC usai kekalahan dari West Brom, manajer Matt Bloomfield secara terbuka meminta maaf kepada para pendukung atas hasil yang menyakitkan ini. Ia menyatakan komitmennya untuk terus bekerja keras demi membangun kembali tim yang kompetitif.

Namun, tantangan yang dihadapi Luton di League One tidak akan mudah. Klub harus menghadapi kondisi finansial yang semakin ketat, mengelola ulang struktur gaji, serta merekrut pemain dengan bijak. Tim ini harus bersaing dengan klub-klub lain yang juga memiliki ambisi besar untuk promosi. Strategi rekrutmen yang cerdas dan pembangunan mental tim akan menjadi faktor kunci apakah mereka bisa bangkit atau tidak. Sejarah membuktikan meskipun sulit, bangkit dari dua kali degradasi bukanlah hal mustahil.

Kisah naik turun Luton Town yang drastis, dari promosi hingga degradasi dalam 2 musim, perlu menjadi bahan evaluasi serius. Dari sejarah perjuangan yang dimiliki, harapan untuk masa depan tetap ada. Namun, kebangkitan mereka sangat bergantung kepada kemampuan belajar dari kegagalan dan mengubahnya menjadi kekuatan baru.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us