Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Madura United Tolak Liga 1 Lanjut Pakai Sistem Bubble

Direktur PBMB, Zia Ulhaq Abdurrahim. (IDN Times/Tino).
Direktur PBMB, Zia Ulhaq Abdurrahim. (IDN Times/Tino).

Jakarta, IDN Times - Manajemen Madura United tak setuju jika Liga 1 musim 2022/23 berlanjut dengan sistem bubble. Sistem itu dinilai memberikan dampak negatif kepada seluruh klub.

Hal itu disampaikan Direktur PT Polana Bola Madura Bersatu (PBMB), Zia Ulhaq Abdurrahim. Menurutnya, kelanjutan Liga 1 harus tetap memakai format kandang dan tandang.

"(Kami) sudah pasti mau home dan away. Tidak boleh lagi ada sentralisasi kompetisi. Sentralisasi kompetisi akan melahirkan dampak yang luar biasa," kata Zia Ulhaq di sela-sela Owner Meeting Liga 1, di Jakarta, Jumat (4/11/2022).

1. Roda ekonomi tidak berputar

ilustrasi transaksi. (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi transaksi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Zia Ulhaq berujar, pendapatan akan menurun drastis jika Liga 1 menerapkan sistem bubble. Bukan hanya itu, roda ekonomi di sekitar stadion juga tidak akan bergerak.

"Bisnis di putaran kompetisi ini terdapat industri UMKM, pekerja sektor, semuanya bergerak. Kalau bubble lagi, tidak ada yang seperti itu lagi. Jadi, in-depth impact itu penting," ujar Zia Ulhaq.

2. Harus tetap ada suporter

ilustrasi pembatasan suporter sepak bola (IDN Times/Tata Firza)
ilustrasi pembatasan suporter sepak bola (IDN Times/Tata Firza)

Madura United juga menuntut kelanjutan Liga 1 tetap bisa dihadiri suporter. Menurutnya, suporter menjadi pendapatan utama dari tim.

"Harus dong (suporter). Jadi kalau hari ini penonton tidak ada, dapat duit dari mana? Sepak bola itu sumber pendapatan utamanya kan ya penonton, meski ada sponsor, subsidi dari operator dan lainnya," kata Zia Ulhaq.

3. Tragedi Kanjuruhan harus menjadi titik kebangkitan

Suasana doa bersama untuk korban tragedi kerusuhan Stadion Kanjuruhan bersama pemain dan warga pada Senin (3/10/2022). (IDN Times/Gilang Pandutanaya)
Suasana doa bersama untuk korban tragedi kerusuhan Stadion Kanjuruhan bersama pemain dan warga pada Senin (3/10/2022). (IDN Times/Gilang Pandutanaya)

Menurut dia, tragedi Kanjuruhan juga harus menjadi titik kebangkitan sepak bola nasional. Sebab, Indonesia sudah mendapat pelajaran berharga usai berhasil menggelar kompetisi di tengah pandemik COVID-19 musim lalu.

"Kejadian ini menjadi titik awal bangkitnya sepak bola nasional. Kita sempat berhenti saat covid. Kita sudah kenal banyak perubahan-perubahan aturan sepak bola itu sendiri," ujar dia.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Tino Satrio
EditorTino Satrio
Follow Us