3 Manajer yang Kalahkan Pep Guardiola dalam Persaingan Juara Liga

Pep Guardiola adalah salah satu manajer terbaik di dunia saat ini. Pria asal Spanyol itu begitu akrab dengan gelar juara bersama tim yang ia asuh. Bermula dari musim pertamanya sebagai manajer pada musim kompetisi 2008/2009, Pep Guardiola langsung membawa Barcelona meraih tiga gelar sekaligus.
Sejak itu, Guardiola hampir selalu memenangi gelar juara tiap musimnya. Ia khususnya amat digdaya di kancah liga domestik. Dalam 14 musim yang telah ia jalani sebagai manajer, 11 musim di antaranya sukses ia akhiri dengan torehan trofi juara liga.
Artinya, sejauh ini Pep Guardiola baru tiga kali gagal membawa timnya berjaya di liga domestik. Pada tiga kesempatan itu, ia kalah bersaing dengan manajer lain yang tentu juga punya kualitas luar biasa. Inilah ketiga manajer tersebut.
1. Jose Mourinho bawa Real Madrid hentikan dominasi Barcelona

Manajer pertama yang sukses kalahkan Pep Guardiola dalam persaingan di liga domestik adalah Jose Mourinho. Kedua manajer memang sempat terlibat rivalitas saat melatih di Spanyol. Khususnya karena mereka menangani klub yang merupakan rival abadi, yaitu Barcelona dan Real Madrid.
Mourinho mulai membesut Real Madrid pada 2010. Saat itu, Pep sudah mengoleksi delapan trofi bersama Barcelona. Usaha Mourinho untuk menjegal dominasi Barca pada musim pertamanya pun gagal. Real Madrid memenangi Copa del Rey 2010/2011, tetapi Barca berjaya di LaLiga dan Liga Champions.
Pada musim berikutnya, barulah Mourinho sukses mengalahkan Guardiola. Ia mengantarkan Real Madrid juara LaLiga Spanyol. Bahkan, Los Blancos tak sekadar dibawa meraih trofi. Mereka juga memecahkan rekor poin dan gol terbanyak dalam semusim LaLiga.
Musim 2011/2012 sendiri menjadi musim terakhir Pep Guardiola di Barcelona. Sementara, Mourinho terus membesut Real Madrid hingga 2013. Secara total, Mourinho meraih tiga trofi bersama Los Blancos. Rinciannya adalah trofi LaLiga Spanyol, Copa del Rey, dan Piala Super Spanyol.
2. Antonio Conte kalahkan Guardiola pada musim debut di EPL

Setelah meninggalkan Barcelona, Guardiola hijrah ke Jerman dan membesut Bayern Munich. Hasilnya, ia sukses meneruskan dominasi Bayern di Bundesliga tanpa kesulitan berarti. Selama tiga musim di Jerman, Guardiola selalu membawa Bayern juara Bundesliga.
Guardiola baru menemui kesulitan setelah mencoba tantangan baru di English Premier League (EPL). Ia dipercaya menangani Manchester City mulai musim 2016/2017. Hasilnya, terbukti bahwa manajer sekelas Guardiola pun perlu waktu untuk beradaptasi di liga baru.
Guardiola hanya membawa Manchester City finis di peringkat ketiga EPL 2016/2017. Itu adalah posisi terburuk baginya di liga domestik selama melatih. Sementara itu, gelar juara EPL direbut Chelsea bersama Antonio Conte. Padahal, Conte pun baru menjalani musim debut di EPL saat itu.
Conte pun menjadi manajer ketiga yang sukses juara pada musim debut EPL. Ia menyusul Jose Mourinho, Carlo Ancelotti, dan Manuel Pellegrini. Di sisi lain, Guardiola mengakhiri musim 2016/2017 tanpa trofi. Selain di EPL, Manchester City juga gagal juara di tiga ajang lain.
3. Jurgen Klopp unggul jauh atas Guardiola di EPL 2019/2020

Manajer terakhir yang mampu mengungguli Pep Guardiola di liga domestik adalah Jurgen Klopp. Itu terjadi pada musim 2019/2020. Klopp membawa Liverpool juara EPL untuk pertama kalinya. Itu juga merupakan trofi liga domestik pertama bagi The Reds sejak 1990.
Tak sekadar juara, Liverpool bersama Klopp mendominasi penuh EPL 2019/2020. The Reds sudah resmi meraih trofi saat liga masih menyisakan tujuh pekan. Itu adalah rekor kepastian juara tercepat dalam sejarah EPL.
Liverpool bahkan unggul 18 atas Manchester City di klasemen akhir. Jurgen Klopp pun mencatat keunggulan terjauh atas tim asuhan Pep Guardiola di liga domestik. Setelah 2019/2020 pun Klopp kerap berebut gelar juara EPL dengan Guardiola meski belum pernah menang lagi.
Tiga manajer di atas pernah mengalahkan Pep Guardiola dalam persaingan juara liga domestik. Namun, dalam tiga musim terakhir belum ada lagi yang bisa mematahkan dominasi Pep Guardiola. Adakah manajer yang mampu melakukannya pada musim 2023/2024 ini?