Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Menpora Dito Desak PSSI Hidupkan Liga Putri

73cf1425-9f76-42d0-b5b0-9075bceaf2d1.jpg
Menpora Dito Ariotedjo di Kemenpora, Rabu (9/7/2025). (IDN Times/Tino).

Jakarta, IDN Times - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) RI, Dito Ariotedjo, mendesak PSSI untuk menghidupkan kembali Liga Putri. Dito merasa saat ini sudah waktunya PSSI menggelar Liga Putri karena kepentingan yang mendesak terkait pembinaan.

Liga Putri telah mati suri sejak 2019 lalu. Kala itu, Persib Bandung keluar sebagai kampiun. Terasa miris, karena itu kali pertama kompetisi putri level tertinggi tanah air mengudara, namun langsung mati.

1. Kecil-kecilan dulu PSSI, jangan langsung besar

MEDIA-1.png
Potret starting XI Timnas Putri Indonesia vs Kyrgyzstan, Minggu (29/6/2025). (IDN Times/Tino).

Dito mendorong PSSI menggelar Liga Putri dengan skala kecil terlebih dulu. Melihat situasi saat ini, opsi tersebut memungkinkan untuk digelar.

"Kami ingin Liga Putri segera digelar. Masukan dari saya, agar PSSI bisa menyelenggarakannya secara praktis, tidak bersifat grande dulu," kata Dito di Kemenpora, Rabu (9/7/2025).

2. Alasan Liga Putri harus cepat digelar

0267f2f2-1523-4101-8f31-f85504302f96.jpg
Potret latihan Timnas Putri Indonesia jelang melawan Pakistan di Kualifikasi Piala Asia Wanita 2026, Selasa (1/7/2025). (Dok. PSSI).

Dito punya pandangan tersendiri mengapa Liga Putri harus segera dihelat. Menurutnya, keberadaan kompetisi bisa menjadi pemicu semangat sekaligus membuka jalan bagi para pemain putri yang tak berlabel Timnas untuk mendapatkan sorotan.

"Ini untuk memicu dan menjadi suntikan agar atlet-atlet putri Indonesia bisa terpantau," ujar Dito.

3. Dalihnya kekurangan talenta

ccea87a7-9ba4-49d2-bb20-ad4e85d01f70.jpg
Potret Erick Thohir selepas laga Timnas Putri Indonesia vs Pakistan di Indomilk Arena, Rabu (2/7/2025). (IDN Times/Tino).

Faktor utama PSSI urung menghidupkan Liga Putri dari mati suri adalah ketersediaan talenta pemainnya yang masih minim. Namun, Erick tak menjelaskan secara gamblang, berapa banyak pemain yang sebenarnya dibutuhkan.

Keputusan Erick pun mendapat reaksi keras dari warganet. Namun, Erick memilih dihujat ketimbang tergesa-gesa menggelar Liga Putri. Kekhawatirannya adalah kompetisi tidak bertahan lama, dan kembali vakum.

"Karena sepak bola perempuan mati suri cukup lama. Jadi kalau sekadar, 'Ayo! Liga Putri!' terus dibangun satu tahun, terus berhenti. Karena talentanya tidak ada. Karena kami tidak mau liganya jalan, nanti mati lagi. Jadi, saya dengan tekanan dihujat (karena) Liga putri tidak jalan. Saya (tetap) tidak berpikir tergesa-gesa," ujar Erick ketika disinggung apakah akan mempertimbangkan untuk mempercepat Liga Putri, 2 Juli 2025.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us