Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mimpi Buruk Gareth Southgate yang Terulang di Piala Eropa

thefa.com

Jakarta, IDN Times - Kadang, seseorang bisa terikat kuat dengan masa lalu yang pernah dia alami, entah itu menyenangkan ataupun menyedihkan. Keterikatan itu juga kerap membuat kesalahan yang dulu pernah terjadi, terulang kembali. Itulah yang dialami Gareth Southgate bersama Inggris di Piala Eropa 2020.

Southgate gagal membawa Inggris juara Piala Eropa 2020. Menghadapi Italia di final, plus disaksikan kurang lebih 65 ribu orang yang memadati Wembley Stadium, Senin (12/7/2021) dini hari, Inggris tumbang lewat adu penalti dengan skor 2-3 (1-1).

Inggris pun gagal mengakhiri dahaga trofi di kancah internasional, yang sudah mereka alami sejak 1966. Tidak cuma itu, dari kegagalan ini juga, hadir sebuah deja vu tersendiri bagi Southgate. Kekalahan Inggris di laga ini mirip seperti 1996 silam, masa ketika Southgate masih jadi pemain.

1. Tragedi 1996 yang terulang

theguardian.com

Pada 1996, Southgate menjadi bagian dari skuad Inggris di ajang Piala Eropa. Ketika itu, Southgate satu tim dengan pemain-pemain legendaris macam Alan Shearer, Paul Gascoigne, Tony Adams, dan Paul Ince.

Hampir sama seperti 2021 ini, pada 1996 lalu, Inggris juga dilanda demam Football's Coming Home. Tak aneh memang, karena Piala Eropa 1996 dihelat di Inggris. Lagu Football's Coming Home yang kerap didengungkan belakangan pun lahir di tahun tersebut.

Semua berjalan mulus bagi Inggris kala itu. Tanpa halangan berarti, mereka sukses menembus semifinal setelah mengangkangi lawan-lawan seperti Belanda, Skotlandia, Swiss, dan Spanyol. Nah, semua berubah ketika Inggris memasuki semifinal lawan Jerman.

Uniknya, apa yang terjadi di laga lawan Jerman, sangat mirip dengan kekalahan Inggris pada final Piala Eropa 2020.

2. Southgate sama-sama jadi pesakitan

Gareth Southgate (skysports.com)

Inggris sejatinya memulai semifinal Piala Eropa 1996 dengan meyakinkan. Di awal pertandingan, mereka sudah unggul lewat gol yang dicetak oleh Shearer. Namun, Jerman tidak tinggal diam dan menyamakan kedudukan lewat Stefan Kuntz pada menit 16.

Singkat cerita, di sisa waktu 2x45 menit plus perpanjangan waktu, skor 1-1 masih bertahan. Laga pun berlanjut ke babak adu penalti. Nah, situasi di semifinal Piala Eropa 1996 itu persis dengan keadaan final edisi 2020 yang digelar dini hari tadi WIB.

Inggris mengawali final Piala Eropa 2020 dengan baik. Mereka unggul cepat lewat gol Luke Shaw dan mampu mempertahankan keunggulan sampai menit 66. Sial bagi mereka, di menit 67, Italia menyamakan angka lewat Leonardo Bonucci.

Di sisa waktu pertandingan sampai babak perpanjangan waktu, skor 1-1 tidak berubah. Alhasil, sama seperti 1996, Inggris harus kembali melalui adu penalti di final Piala Eropa 2020 ini. Di sinilah, kenangan buruk untuk Southgate terulang.

Pada gelaran 1996 silam, Southgate yang notabene masih berusia muda dapat kepercayaan dari Terry Venables untuk mengeksekusi penalti. Sayang, dia gagal menjawab kepercayaan tersebut dan Inggris pun tumbang di tangan Jerman. Mereka gagal melaju ke final.

Dalam final Piala Eropa 2020, Southgate melakukan kesalahan serupa. Alih-alih memberi kepercayaan pada pemain senior, dia justru mengandalkan para pemain muda seperti Jadon Sancho dan Bukayo Saka buat jadi algojo adu penalti. Hasilnya? Mereka gagal karena beban mental yang besar.

Kegagalan ini pun jadi pengulangan tersendiri bagi Southgate. Untuk kedua kalinya, baik sebagai pemain atau pelatih di Piala Eropa, dia gagal membawa Inggris menang di momen krusial.

3. Southgate pasang badan buat pemainnya yang gagal

Bukayo Saka. (twitter.com/England)

Selepas laga, Southgate mengakui kesalahan yang dilakukannya dalam adu penalti. Apalagi, urutan penendang di fase tersebut begitu menentukan. Dia semestinya bisa mengatur urutan penendang dengan baik, dan meminta publik jangan menyalahkan para pemainnya.

"Soal penalti, silakan soroti saya. Sebab, itu tanggung jawab saya secara penuh. Saya yang menentukan penendang penalti sesuai dengan urutan selama latihan. Semua murni tanggung jawab saya," tegas Southgate, dilansir Guardian.

Namun, pada akhirnya dari kekalahan ini tercermin satu hal, Southgate nyatanya masih belum bisa lepas dari masa lalunya. Masih ada belitan kenangan buruk yang belum bisa lepas dari kepalanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sandy Firdaus
EditorSandy Firdaus
Follow Us