Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

10 Pemain Portugal yang Pernah Membela Barcelona

10 Pemain Portugal yang Pernah Membela Barcelona
Luis Figo (twitter.com/luisfigo)
Intinya sih...
  • Luis Figo (1995–2000) direkrut Barcelona dari Sporting CP pada tahun 1995. Selama lima musim di Camp Nou, ia tampil dalam 249 pertandingan resmi dan mencetak 45 gol di semua kompetisi.
  • Vitor Baia (1996–1999) didatangkan Barcelona dari FC Porto pada musim panas 1996 dengan status sebagai salah satu kiper terbaik Eropa kala itu. Ia menjadi pilihan utama di bawah mistar pada musim perdananya bersama Blaugrana.
  • Fernando Couto (1996–1998) bergabung dengan Barcelona pada tahun 1996 dari Parma, bersamaan dengan kedatangan kompatriotnya, Vítor Baía. Sebagai bek tengah, ia dikenal tangguh, agres
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Barcelona selalu jadi tujuan impian banyak pemain top dunia, termasuk mereka yang berasal dari Portugal. Sejak era 1960-an hingga era modern, Blaugrana pernah dihuni oleh sederet pemain asal negeri Cristiano Ronaldo tersebut. Kehadiran mereka membawa warna berbeda bagi perjalanan Barca, mulai dari pemain bertahan tangguh, gelandang kreatif, hingga winger cepat yang diandalkan dalam skema menyerang.

Ada nama besar seperti Luís Figo dan Deco yang sempat jadi motor permainan dan ikut mempersembahkan trofi prestisius, hingga pemain lain seperti André Gomes atau Francisco Trincão yang perjalanannya lebih singkat namun tetap tercatat dalam sejarah klub. Tidak semua berhasil mencapai kesuksesan besar, tetapi kisah mereka memperlihatkan betapa talenta Portugal selalu punya daya tarik bagi Barcelona. Setiap era menghadirkan cerita unik, ada yang dikenang karena prestasi, ada pula yang diingat karena kontroversi.

1. Luis Figo (1995–2000)

Luis Figo (twitter.com/thesefootytimes)
Luis Figo (twitter.com/thesefootytimes)

Luis Figo direkrut Barcelona dari Sporting CP pada tahun 1995. Selama lima musim di Camp Nou, ia tampil dalam 249 pertandingan resmi dan mencetak 45 gol di semua kompetisi. Figo dengan cepat menjadi salah satu pilar utama tim, terutama di era kepelatihan Johan Cruyff yang kemudian dilanjutkan oleh Bobby Robson dan Louis van Gaal. Gaya mainnya yang penuh kreativitas, kemampuan dribel luar biasa, serta visi permainan menjadikannya salah satu winger terbaik dunia pada masanya. Bersama Barcelona, Figo sukses meraih 6 gelar juara:

  • La Liga (2x): 1997/98, 1998/99
  • Copa del Rey (2x): 1996/97, 1997/98
  • Supercopa de España (1x): 1996
  • UEFA Cup Winners’ Cup (1x): 1996/97

Selain gol, kontribusinya dalam bentuk assist sangat menentukan, ia dikenal sebagai salah satu pemberi umpan terbanyak di La Liga pada era tersebut. Figo juga menjadi kapten Barcelona sebelum akhirnya pindah ke Real Madrid pada tahun 2000 dalam transfer yang memicu kontroversi besar dan memanaskan rivalitas El Clásico.

2. Vitor Baia (1996–1999)

Vitor Baia (twitter.com/championsleague)
Vitor Baia (twitter.com/championsleague)

Vítor Baía didatangkan Barcelona dari FC Porto pada musim panas 1996 dengan status sebagai salah satu kiper terbaik Eropa kala itu. Ia menjadi pilihan utama di bawah mistar pada musim perdananya bersama Blaugrana. Selama berseragam Barca, Baía mencatatkan sekitar 55 penampilan resmi di semua kompetisi. Ia dikenal sebagai penjaga gawang yang gesit, memiliki refleks luar biasa, dan handal dalam menghadapi duel satu lawan satu.

Dalam kurun waktu tiga musim di Camp Nou, Baía ikut menyumbang banyak gelar untuk Barcelona. Ia meraih La Liga 1997/98, dua Copa del Rey (1996/97 dan 1997/98), Supercopa de España (1996), serta UEFA Cup Winners’ Cup (1996/97). Prestasi itu menjadikannya salah satu kiper Portugal tersukses di luar negeri kala itu. Namun, cedera lutut yang cukup parah membuat posisinya mulai tergeser, hingga akhirnya ia kembali ke FC Porto pada tahun 1999.

Baía dikenang sebagai salah satu kiper pertama dari Portugal yang sukses menembus jajaran elite Eropa. Meski masa baktinya di Barcelona tidak sepanjang pemain Portugal lain, kontribusinya di era “Dream Team” generasi baru cukup penting dalam mengantar klub ke masa kejayaan akhir 1990-an.

3. Fernando Couto (1996–1998)

Fernando Couto (players.fcbarcelona.com)
Fernando Couto (players.fcbarcelona.com)

Fernando Couto bergabung dengan Barcelona pada tahun 1996 dari Parma, bersamaan dengan kedatangan kompatriotnya, Vítor Baía. Sebagai bek tengah, ia dikenal tangguh, agresif dalam duel udara, serta memiliki insting membaca permainan yang baik. Dalam dua musim berseragam Blaugrana, Couto mencatatkan sekitar 63 penampilan resmi dan berhasil mencetak 2 gol. Ia segera menjadi bagian penting dalam lini pertahanan yang kala itu diperkuat sejumlah pemain berpengalaman lain.

Selama membela Barcelona, Couto ikut mempersembahkan 6 trofi bergengsi, di antaranya La Liga 1997/98, Copa del Rey 1996/97 dan 1997/98, Supercopa de España 1996, serta UEFA Cup Winners’ Cup 1996/97. Meskipun masa baktinya di Camp Nou relatif singkat, kontribusinya nyata dalam membawa tim ke era kejayaan di bawah kepemimpinan pelatih Bobby Robson dan Louis van Gaal. Setelah musim 1997/98, Couto hijrah ke Lazio dan melanjutkan karier suksesnya di Serie A.

4. Simao Sabrosa (1999–2001)

Simao Sabrosa (twitter.com/BTLvid)
Simao Sabrosa (twitter.com/BTLvid)

Simão Sabrosa didatangkan Barcelona dari Sporting CP pada tahun 1999 sebagai salah satu talenta muda Portugal yang menjanjikan. Bermain di posisi winger, ia dikenal cepat, lincah, dan memiliki kemampuan dribel yang baik. Dalam dua musim membela Blaugrana, Simão tampil di sekitar 71 pertandingan resmi dan mencetak 4 gol. Meski masih sangat muda kala itu, ia cukup sering dipercaya tampil, baik sebagai starter maupun pemain pengganti.

Namun, persaingan ketat di lini serang Barcelona membuatnya sulit mendapatkan peran utama. Simão sempat mempersembahkan satu gelar minor, Copa Generalitat, selama masa baktinya. Setelah dua musim, pada tahun 2001 ia memutuskan kembali ke Portugal dengan bergabung ke Benfica, di mana kariernya kemudian berkembang pesat hingga menjadi kapten tim nasional Portugal. Di Barcelona, meskipun tidak terlalu sukses dari sisi statistik, Simão tetap dikenang sebagai salah satu winger berbakat yang datang terlalu dini dalam era penuh bintang di Camp Nou.

5. Ricardo Quaresma (2003–2004)

Ricardo Quaresma (twitter.com/championsleague)
Ricardo Quaresma (twitter.com/championsleague)

Ricardo Quaresma direkrut Barcelona dari Sporting CP pada musim panas 2003 dengan reputasi sebagai salah satu talenta muda paling menjanjikan di Portugal. Bermain di posisi winger, ia terkenal dengan teknik tinggi, skill individu, serta ciri khas tendangan trivela dengan kaki luar. Selama semusim di Camp Nou, Quaresma mencatatkan sekitar 30 penampilan resmi dan mencetak 2 gol. Namun, ia tidak selalu mendapat kepercayaan penuh karena persaingan di lini serang Barcelona sangat ketat pada masa itu.

Sayangnya, perjalanan Quaresma di Barcelona tidak berjalan mulus. Ia sempat mengalami cedera dan juga kesulitan beradaptasi dengan filosofi permainan pelatih Frank Rijkaard. Bahkan, ia pernah secara terbuka mengkritik sang pelatih dan menyatakan tidak ingin bertahan jika Rijkaard masih melatih. Akhirnya, pada musim panas 2004 ia dilepas ke FC Porto dalam kesepakatan transfer yang melibatkan kepindahan Deco ke Barcelona. Meski singkat, pengalaman Quaresma di Barca menjadi bagian penting dari kariernya sebelum berkembang lebih matang di Portugal.

6. Deco (2004–2008)

Deco (fcbarcelonanoticias.com)
Deco (fcbarcelonanoticias.com)

Deco bergabung dengan Barcelona pada musim panas 2004 setelah membawa FC Porto menjuarai Liga Champions bersama José Mourinho. Ia didatangkan untuk memperkuat lini tengah Blaugrana yang sedang membangun kembali dominasi di Eropa. Selama empat musim di Camp Nou, Deco tampil dalam 164 pertandingan resmi dan mencetak 22 gol. Gelandang kelahiran Brasil ini langsung menjadi motor permainan Barcelona berkat visi luar biasa, kontrol bola, dan kemampuan mengatur tempo serangan.

Bersama Barca, Deco meraih sejumlah gelar prestisius, termasuk 2 trofi La Liga (2004/05, 2005/06), 2 Supercopa de España (2005, 2006), serta yang paling bersejarah, Liga Champions UEFA 2005/06. Ia juga dinobatkan sebagai UEFA Club Footballer of the Year pada 2004 setelah performa luar biasanya. Meskipun performanya menurun pada musim terakhir, Deco tetap dikenang sebagai bagian penting dari skuad era Frank Rijkaard yang membuka jalan menuju kejayaan Barcelona di bawah Pep Guardiola. Gaya mainnya yang penuh energi dan kreativitas membuatnya menjadi salah satu gelandang terbaik dalam sejarah klub.

7. Edgar Ie (2012–2015)

Edgar Ie (twitter.com/fcbarcelona)
Edgar Ie (twitter.com/fcbarcelona)

Edgar Miguel Ié, bek kelahiran Guinea-Bissau yang kemudian memilih kewarganegaraan Portugal, bergabung dengan akademi Barcelona pada tahun 2012 setelah sebelumnya menimba ilmu di Sporting CP. Ia diproyeksikan sebagai bek serbaguna, bisa bermain sebagai bek tengah maupun bek kanan. Sebagian besar waktunya dihabiskan bersama Barcelona B, di mana ia mencatatkan sekitar 90 penampilan dalam tiga musim di Segunda División.

Ié sempat mencicipi debut bersama tim utama Barcelona pada 3 Desember 2014 dalam laga Copa del Rey melawan Huesca, meski tidak pernah benar-benar menembus skuad inti reguler Blaugrana. Di tim utama, kontribusinya sangat terbatas dan tidak sempat mencatatkan gol maupun assist. Setelah 2015, ia pindah ke Villarreal B, lalu melanjutkan kariernya di Portugal bersama klub-klub seperti Belenenses, Lille (Ligue 1), hingga Trabzonspor di Turki. Meski tidak meninggalkan jejak besar di Camp Nou, Edgar Ié tetap tercatat sebagai salah satu pemain Portugal yang berhasil mencapai tim utama Barcelona, walau hanya sebentar.

8. Andre Gomes (2016–2018)

Andre Gomes (instagram.com/aftgomes21)
Andre Gomes (instagram.com/aftgomes21)

André Gomes didatangkan Barcelona pada musim panas 2016 dari Valencia dengan nilai transfer sekitar 35 juta euro plus bonus atau setara Rp595 miliar. Ia diproyeksikan sebagai gelandang serba bisa yang bisa bermain di tengah maupun melebar. Dalam dua musim berseragam Blaugrana, Gomes mencatatkan sekitar 78–80 penampilan resmi dan menyumbang 3 gol. Meski mendapat cukup banyak kesempatan bermain, ia kesulitan untuk benar-benar beradaptasi dengan gaya permainan Barca yang cepat dan menuntut presisi tinggi.

Selama membela Barcelona, Gomes tetap ikut meraih sejumlah gelar, termasuk 1 trofi La Liga (2017/18), 2 Copa del Rey (2016/17, 2017/18), serta 1 Supercopa de España (2016). Namun, kariernya di Camp Nou penuh tantangan. Ia sering menjadi sasaran kritik dari fans dan media, bahkan sempat mengaku mengalami tekanan psikologis berat hingga merasa takut keluar rumah. Pada 2018, ia dipinjamkan ke Everton sebelum akhirnya dipermanenkan klub Inggris tersebut. Walaupun periode di Barcelona bisa dibilang mengecewakan secara individu, Gomes tetap tercatat sebagai bagian dari skuad yang sukses meraih beberapa gelar penting.

9. Nelson Semedo (2017–2020)

Nelson Semedo (instagram.com/nelsonsemedo50)
Nelson Semedo (instagram.com/nelsonsemedo50)

Nélson Semedo direkrut Barcelona dari Benfica pada musim panas 2017 dengan biaya transfer sekitar 30,5 juta euro atau setara Rp518,5 miliar. Ia datang sebagai bek kanan yang diharapkan bisa menjadi penerus jangka panjang setelah era Dani Alves. Semedo dikenal punya kecepatan tinggi, stamina luar biasa, dan kemampuan bertahan yang cukup solid meskipun kontribusi menyerangnya kadang masih naik-turun. Selama tiga musim di Camp Nou, ia mencatatkan 124 penampilan resmi di semua kompetisi dan menyumbang 2 gol.

Dalam masa baktinya, Semedo ikut mempersembahkan beberapa trofi untuk Barcelona, di antaranya 2 gelar La Liga (2017/18, 2018/19), 1 Copa del Rey (2017/18), serta 1 Supercopa de España (2018). Gol pertamanya untuk Barca tercipta pada Januari 2019 saat melawan Girona di La Liga, dan gol keduanya hadir pada laga penutup musim melawan Alavés. Meski tampil reguler, ia sering menuai kritik karena dianggap tidak konsisten, terutama ketika menghadapi lawan besar di Liga Champions. Pada September 2020, Semedo dilepas ke Wolverhampton Wanderers di Premier League.

10. Francisco Trincao (2020–2022)

Francisco Trincao (twitter.com/fcbarcelona)
Francisco Trincao (twitter.com/fcbarcelona)

Francisco Trincão didatangkan Barcelona dari Braga pada Januari 2020 dengan biaya transfer sekitar 31 juta euro atau setara Rp527 miliar, tetapi baru resmi bergabung pada musim panas 2020. Winger muda Portugal ini dikenal dengan kecepatan, kemampuan dribel, serta kaki kiri yang tajam saat memotong dari sisi kanan. Pada musim debutnya (2020/21), Trincão tampil dalam 42 pertandingan resmi di semua kompetisi, mencetak 3 gol dan memberikan 2 assist. Ia sering dimainkan sebagai pelapis untuk Lionel Messi, Ousmane Dembélé, dan Antoine Griezmann.

Meski belum menjadi pemain inti, Trincão ikut berkontribusi saat Barcelona meraih Copa del Rey 2020/21 di bawah pelatih Ronald Koeman. Salah satu momen terbaiknya adalah ketika mencetak gol pertamanya di La Liga dalam kemenangan 3-2 melawan Real Betis, Februari 2021. Namun, karena persaingan ketat di lini depan, ia kesulitan mendapat menit bermain reguler. Pada musim panas 2021, ia dipinjamkan ke Wolverhampton Wanderers di Premier League, lalu kembali dipinjamkan ke Sporting CP. Trincão meninggalkan jejak sebagai salah satu talenta muda Portugal yang sayangnya belum sempat berkembang maksimal di Camp Nou.

Itulah 10 pemain Portugal yang pernah membela Barcelona. Dari legenda yang menorehkan tinta emas hingga pemain yang hanya singgah sebentar, semuanya punya cerita menarik yang menjadi bagian dari perjalanan panjang Blaugrana. Kisah mereka menunjukkan bahwa hubungan antara sepak bola Portugal dan Barcelona selalu punya ikatan istimewa yang terus berlanjut dari generasi ke generasi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
Jumawan Syahrudin
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us

Latest in Sport

See More

Gerald Vanenburg Latih Timnas U-23 di SEA Games 2025?

10 Sep 2025, 17:49 WIBSport