Ajax dikenal sebagai salah satu klub dengan tim akademi terbaik. Sepanjang sejarahnya, mereka telah melahirkan banyak pemain bintang. Mereka tersebar di berbagai klub besar Eropa. Sebut saja Johan Cruyff, Christian Eriksen, Matthijs de Ligt, hingga Frankie de Jong.
Tidak hanya itu, Ajax juga dikenal sebagi tim yang selalu berhasil memaksimalkan bakat pemain yang kariernya sempat meredup. Nah, berikut ini adalah lima pemain yang bersinar bersama Ajax setelah kariernya anjlok di Premier League.
Siem de Jong adalah lulusan akademi Ajax. Ia dipromosikan masuk tim utama pada 2007 dan bertahan hingga tujuh musim berikutnya. Selama itu, ia sukses mempersembahkan empat trofi Eredivisi secara beruntun. Pada 2014, Newcastle menebusnya dengan harga 8,7 juta euro. Sayangnya, sang gelandang serang ini hanya bertahan satu musim. Ia hanya mencetak 2 gol dan 1 assist dari 28 laga.
Sempat dipinjamkan ke PSV pada 2016, ia dibawa pulang Ajax pada 2017 dengan harga 2,3 juta euro saja. Di musim itu, de Jong mampu tampil dalam 25 laga di semua ajang dengan mencetak delapan gol dan empat assist. Ia hanya bertahan satu musim dan berpetualang ke Sydney FC dan Cincinnati sebelum gabung Heerenven musim panas kemarin.
Berbeda dengan pemain lainnya, Bertrand Traoré hanya berstatus pemain pinjaman kala bergabung dengan Ajax pada 2016. Ia dipinjam dari Chelsea karena sang pemain tak dapat kesempatan bermain cukup di tim asal London tersebut. Traore hanya mengenyam 16 laga dengan torehan 4 gol selama tiga tahun dirinya berkostum Chelsea.
Selama satu musim di Ajax, Traore tampil cukup impresif dengan catatan 39 laga dengan torehan 13 gol dan 6 assist. Saat ini pemain 26 tahun itu berkostum Aston Villa sejak 2020 lalu setelah ditebus dari Lyon.
Daley Blind adalah salah satu lulusan terbaik akademi Ajax. Namun, pada 2014 ia hijrah ke Manchester United di bawah asuhan Louis van Gaal. Blind menjadi andalan van Gaal selama masa jabatan singkatnya di MU. Namun, sang pelatih gagal mengangkat performa klub yang membuat posisinya tergusur dan digantikan oleh Jose Mouriho.
Daley Blind sebenarnya pemain yang tampil sangat konsisten selama empat musim di Old Trafford. Sayang, dia jarang mendapatkan waktu bermain di era Jose Mourinho. Ia pun pulang kembali ke Ajax pada 2018. Di usia matangnya kala itu, 28 tahun, ia menjadi bagian penting Ajax kala lolos ke semifinal Liga Champions 2018/19. Bersama Dusan Tadic, Blind menjadi pemimpin.
Blind adalah sosok pemain versatile yang bisa bermain sebagai gelandang bertahan, fullback, bahkan seorang bek tengah. Sejak kepulangannya itu, Blind sudah mempersembahkan dua gelar Eredivisi dan masih konsisten jadi bagian penting skuad utama Ajax.
Sebastien Haller bergabung dengan West Ham pada 2019 usai tampil menawan bersama Frankfurt. Ia bahkan ditebus dengan harga 50 juta euro. Sayang, performanya di Premier League tak sesuai ekspektasi. Dia hanya mencetak 14 gol dari 54 pertandingan di semua ajang. Pada Januari 2021 kemarin Ajax merekrutnya dengan harga 22,5 juta euro dan itu merupakan rekor transfer termahal klub.
Keputusan ini terbukti tepat karena sang pemain sukses menemukan kembali ketajamannya. Striker 27 tahun tampil produktif dengan mencetak 27 gol hanya dari 39 laga di semua ajang. Musim ini ia bahkan menjadi top skor kedua Liga Champions dengan mencetak 7 gol dari empat laga, hanya terpaut satu gol dari Robert Lewandowski.
Dusan Tadic pernah berseragam Southampton sepanjang 2014 hingga 2018. Performanya di Premier League tidak terlalu spesial. Ia hanya mencetak 24 gol dan 35 assist dari 162 pertandingan. Pada 2018 ia dilepas ke Ajax seharga 13,7 juta euro dan itu menjadi titik perubahan kariernya.
Sudah tiga musim berkostum Ajax, Tadic mampu menghasilkan gol empat kali lebih banyak dengan torehan 82 gol dan 81 assist hanya dari 165 laga. Ia tidak hanya menjadi pemain kunci, tetapi juga sosok pemimpin para pemain muda Ajax. Selama itu juga ia sukses mempersembahkan dua trofi Eredivisi dan dua Piala Liga.
Itulah deretan pemain yang kariernya kembali bersinar bersama Ajax setelah performa mengecewakan di Premier League. Mereka sukses menemukan kembali performa terbaiknya lewat gaya bermain Ajax yang menyerang. Bahkan, mereka berhasil mempersembahkan trofi juara.