Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Pemain yang Pernah Membela Inter Milan dan Bayern Munich

Ivan Perisic (fcbayern.com)
Ivan Perisic (fcbayern.com)
Intinya sih...
  • Ivan Perišić berhasil bersinar di Inter Milan dan Bayern Munich, membantu kedua klub meraih trofi penting dan memberikan kontribusi signifikan di lapangan.
  • Lúcio menjadi bek tengah andalan di Bayern Munich dan bagian penting dari kesuksesan Inter Milan meraih treble winners pada musim 2009/2010.
  • Jürgen Klinsmann, Lothar Matthäus, Karl-Heinz Rummenigge, Xherdan Shaqiri, dan Lukas Podolski juga merupakan pemain penting yang pernah membela kedua klub dengan karier dan kontribusi yang berbeda-beda.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sepak bola Eropa penuh dengan pemain-pemain hebat yang pernah membela klub-klub top. Di antara klub-klub besar, Inter Milan dan Bayern Munich menempati posisi elite. Menariknya, ada beberapa pemain yang beruntung bisa membela kedua klub ini, baik di Serie A maupun Bundesliga, dan meninggalkan jejak prestasi yang tak terlupakan.

Bermain untuk dua klub besar seperti Inter dan Bayern bukan perkara mudah. Pemain harus beradaptasi dengan gaya permainan berbeda, tekanan tinggi, dan ekspektasi suporter yang luar biasa. Meski demikian, beberapa pemain berhasil bersinar di kedua klub, baik dengan meraih trofi maupun memberikan kontribusi signifikan di lapangan.

Artikel ini akan menyoroti 7 pemain legendaris yang pernah membela Inter Milan dan Bayern Munich, menelusuri karier mereka, pencapaian di kedua klub, serta kondisi terkini masing-masing pemain. Dari striker hingga gelandang dan bek, nama-nama ini pernah menjadi bagian penting sejarah dua klub besar Eropa.

1. Ivan Perisic

Ivan Perisic (inter.it)
Ivan Perisic (inter.it)

Ivan Perišić bergabung dengan Inter Milan pada musim panas 2015 setelah dibeli dari VfL Wolfsburg. Sejak awal, ia menjadi bagian penting dari skuad Nerazzurri berkat kecepatan, kemampuan dribbling, crossing akurat, dan fleksibilitas bermain di berbagai posisi sayap. Selama memperkuat Inter, Perišić tampil sangat konsisten dan menjadi tumpuan di sektor sayap, terutama pada musim 2020/2021 di bawah asuhan Antonio Conte ketika ia bertransformasi menjadi wing-back kiri yang tangguh dalam formasi 3-5-2, membantu Inter meraih gelar Serie A pertama mereka setelah 11 tahun.

Pada musim 2019/2020, Perišić bergabung dengan Bayern Munich dengan status pinjaman selama satu musim. Ia tampil sebagai pemain serbaguna yang dapat diandalkan di berbagai posisi lini depan, baik di sayap kiri, kanan, maupun sebagai second striker. Selama musim itu, Perišić tampil dalam 35 pertandingan di semua kompetisi, mencetak delapan gol dan sepuluh assist, termasuk kontribusi penting di Liga Champions ketika Bayern mengalahkan Barcelona 8-2 pada perempat final.

Musim tersebut menjadi momen bersejarah bagi Perišić karena ia turut membawa Bayern Munich meraih treble winners dengan menjuarai Bundesliga, DFB-Pokal, dan Liga Champions 2019/2020. Setelah masa pinjaman berakhir, ia kembali ke Inter Milan dan melanjutkan karier gemilangnya. Kombinasi teknik, kedisiplinan, dan kemampuan beradaptasi membuat Perišić dikenang sebagai pemain sayap serba bisa yang sukses di dua sistem sepak bola berbeda, baik intensitas tinggi Serie A maupun taktik efisien Bundesliga. Saat ini, Ivan Perišić masih aktif bermain sepak bola profesional dan memperkuat klub PSV Eindhoven di Eredivisie, Belanda.

2. Lucio

Lucio (uefa.com)
Lucio (uefa.com)

Lúcio bergabung dengan Bayern Munich pada tahun 2004 setelah tampil impresif bersama Bayer Leverkusen. Selama lima musim di Allianz Arena, ia menjadi bek tengah andalan dengan kemampuan fisik yang luar biasa, kecepatan, dan kekuatan udara yang dominan. Lúcio membantu Bayern meraih tiga gelar Bundesliga dan tiga DFB-Pokal, sekaligus menjabat sebagai wakil kapten tim. Kepemimpinan dan konsistensinya di lini belakang menjadikannya salah satu bek terbaik Eropa pada masanya.

Pada Juli 2009, Lúcio pindah ke Inter Milan dan menjadi bagian penting di lini belakang di bawah asuhan José Mourinho. Ia membentuk duet solid bersama Walter Samuel dan menjadi kunci kesuksesan Inter meraih treble winners pada musim 2009/2010 dengan menjuarai Serie A, Coppa Italia, dan Liga Champions. Selama tiga musim di Giuseppe Meazza, Lúcio tampil dalam 96 pertandingan dan mencetak tiga gol, menunjukkan kemampuan bertahan yang kokoh sekaligus kontribusi penting dalam permainan bola dari belakang.

Lúcio mengakhiri karier profesionalnya pada Januari 2020 setelah bermain untuk Brasiliense FC di Brasil. Pasca pensiun, ia sempat tampil dalam beberapa laga eksibisi veteran, namun pada Mei 2025 ia mengalami kecelakaan domestik yang menyebabkan luka bakar serius dan harus dirawat di rumah sakit. Kondisinya kini stabil dan dalam proses pemulihan. Lúcio dikenang sebagai salah satu bek terbaik dunia, dengan gaya bermain agresif, kepemimpinan kuat, dan kontribusi besar bagi Bayern Munich, Inter Milan, serta tim nasional Brasil.

3. Jurgen Klinsmann

Jurgen Klinsmann (bundesliga.com)
Jurgen Klinsmann (bundesliga.com)

Jürgen Klinsmann bergabung dengan Inter Milan pada musim 1989 setelah tampil impresif bersama VfB Stuttgart. Meskipun pelatih Giovanni Trapattoni menerapkan taktik defensif, Klinsmann berhasil mencetak 13 gol pada musim pertamanya dan membantu Inter finis di posisi ketiga Serie A. Pada musim 1990–91, ia menjadi bagian penting tim yang meraih UEFA Cup setelah mengalahkan Roma, meski performa tim menurun pada musim berikutnya dan Klinsmann hanya mencetak tujuh gol, yang akhirnya membuatnya meninggalkan San Siro.

Pada tahun 1995, Klinsmann pindah ke Bayern Munich dan langsung menjadi pencetak gol utama klub. Selama dua musim di Allianz Arena, ia mencetak banyak gol penting, termasuk 15 gol dalam UEFA Cup musim 1995–96, membantu Bayern meraih trofi tersebut. Pada musim 1996–97, Klinsmann menjadi pencetak gol terbanyak Bundesliga dan membawa Bayern meraih gelar juara liga. Gaya bermainnya yang enerjik, kemampuan menembus pertahanan, dan naluri gol menjadikannya salah satu striker terbaik Eropa pada masanya.

Klinsmann mengakhiri karier profesionalnya pada tahun 1998 setelah bermain di Tottenham Hotspur dan Orange County Blue Star di Amerika Serikat. Setelah pensiun, ia beralih ke dunia kepelatihan dan pernah menjabat sebagai pelatih tim nasional Jerman, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Saat ini Klinsmann tidak terikat dengan klub manapun dan tidak aktif dalam sepak bola profesional, meski reputasinya sebagai striker legendaris dan pelatih internasional tetap diakui secara luas.

4. Lothar Matthaus

Lothar Matthäus (inter.it)
Lothar Matthäus (inter.it)

Lothar Matthäus memulai kariernya di Bayern Munich sebelum pindah ke Inter Milan pada tahun 1988. Di Inter, ia bermain sebagai gelandang serang dan libero di bawah asuhan Giovanni Trapattoni, memainkan peran kunci dalam formasi 3-5-2. Matthäus membantu Inter meraih Scudetto, Supercoppa Italiana, dan UEFA Cup 1991, di mana ia mencetak gol penalti di final melawan Roma. Perannya menjadikannya salah satu pemain asing paling sukses dalam sejarah klub San Siro.

Setelah empat musim di Inter, Matthäus kembali ke Bayern Munich pada tahun 1992 dan menghabiskan sisa karier profesionalnya di klub tersebut hingga pensiun pada tahun 2000. Selama dua periode di Bayern, ia memenangkan tujuh gelar Bundesliga, dua DFB-Pokal, dan dua UEFA Cups. Momen paling emosional dalam kariernya terjadi pada final Liga Champions 1999, di mana Bayern unggul 1–0 hingga menit-menit akhir sebelum kalah 2–1 dari Manchester United. Gaya bermainnya yang serba bisa dan kepemimpinannya di lapangan menjadikan Matthäus salah satu legenda sepak bola Jerman dan Eropa.

Setelah pensiun, Matthäus aktif sebagai pelatih dan komentator sepak bola. Ia pernah melatih tim nasional Hongaria, Bulgaria, dan klub-klub seperti Rapid Wien dan Partizan Belgrade. Saat ini, Matthäus berusia 64 tahun dan aktif sebagai komentator di Jerman, sambil tetap mengikuti kegiatan sepak bola internasional. Ia juga sempat bermain singkat pada usia 57 tahun untuk klub lokal 1. FC Herzogenaurach, menunjukkan bahwa semangat kompetitifnya tetap tinggi meski telah pensiun dari level profesional.

5. Karl-Heinz Rummenigge

Karl-Heinz Rummenigge (fcbayern.com)
Karl-Heinz Rummenigge (fcbayern.com)

Karl-Heinz Rummenigge memulai karier profesionalnya di Bayern Munich pada tahun 1974 setelah bergabung dari Borussia Lippstadt. Selama sepuluh tahun di Bayern, ia menjadi salah satu striker terbaik Eropa dengan mencetak 217 gol dalam 422 pertandingan resmi. Rummenigge memenangkan dua gelar Bundesliga, dua DFB-Pokal, dan dua European Cup pada 1974 dan 1976. Pada 1980 dan 1981, ia dianugerahi Ballon d'Or sebagai pemain terbaik Eropa, sementara duetnya dengan Paul Breitner, yang dijuluki "Breitnigge", menjadi andalan lini serang Bayern Munich.

Pada tahun 1984, Rummenigge pindah ke Inter Milan dengan transfer senilai rekor dunia saat itu. Di Serie A, ia mencetak 24 gol dalam 64 pertandingan dan membantu Inter bersaing ketat dalam perebutan Scudetto musim 1984–85. Namun, kariernya di Italia dibatasi oleh cedera, sehingga meskipun menjadi pemain penting, ia tidak meraih gelar domestik bersama Inter, meski tetap aktif di tim nasional Jerman dan tampil dalam kompetisi internasional.

Setelah meninggalkan Inter pada 1987, Rummenigge bermain di Servette FC di Swiss hingga pensiun pada 1989. Pasca pensiun, ia beralih ke dunia manajemen dan menjadi CEO Bayern Munich dari 2002 hingga 2021, kemudian aktif sebagai anggota dewan pengawas klub. Saat ini, Rummenigge berusia 70 tahun dan tetap terlibat dalam kegiatan sepak bola internasional, menerima berbagai penghargaan atas kontribusinya yang besar bagi dunia sepak bola.

6. Xherdan Shaqiri

Xherdan Shaqiri (liverpoolfc.com)
Xherdan Shaqiri (liverpoolfc.com)

Xherdan Shaqiri memulai karier profesionalnya di FC Basel pada tahun 2009 dan dengan cepat menunjukkan bakatnya sebagai gelandang serang yang gesit dan produktif. Pada tahun 2012, ia pindah ke Bayern Munich dengan biaya transfer sekitar Rp197,2 miliar. Di Bayern, Shaqiri memenangkan tiga gelar Bundesliga dan UEFA Champions League 2013, meski waktu bermainnya terbatas karena persaingan dengan pemain bintang seperti Arjen Robben dan Franck Ribéry. Ia tetap memberikan kontribusi penting di Liga Champions dan kompetisi domestik dengan kemampuan dribel cepat dan tembakan jarak jauh.

Pada Januari 2015, Shaqiri bergabung dengan Inter Milan dengan biaya transfer sekitar Rp255 miliar. Selama paruh musim di Serie A, ia tampil dalam 15 pertandingan dan mencetak satu gol, membantu Inter bersaing di papan atas liga. Meskipun kontribusinya terbatas karena adaptasi dan kompetisi internal, kehadiran Shaqiri tetap memberikan opsi serangan tambahan bagi Inter, khususnya dalam serangan balik dan kreativitas di lini tengah. Setelah itu, ia melanjutkan karier di Stoke City dan Liverpool, meraih kesuksesan tambahan di Inggris dengan berbagai trofi, termasuk UEFA Champions League dan Premier League.

Saat ini, Shaqiri bermain untuk FC Basel setelah kembali ke klub asalnya pada Agustus 2024 secara bebas transfer. Pada musim 2024–25, ia tampil impresif dengan 18 gol dan 21 assist, membantu Basel meraih gelar liga dan piala domestik. Ia juga sudah pensiun dari tim nasional Swiss sejak Juli 2024 setelah 14 tahun berkarier internasional, dengan total 125 caps dan 32 gol. Shaqiri tetap menjadi sosok penting di Basel, memimpin generasi muda dan menunjukkan pengalaman serta kualitasnya meski usianya kini memasuki 33 tahun.

7. Lukas Podolski

Lukas Podolski (dfb.de)
Lukas Podolski (dfb.de)

Lukas Podolski memulai karier profesionalnya di 1. FC Köln sebelum pindah ke Bayern Munich pada musim panas 2006 dengan biaya transfer sekitar Rp170 miliar. Selama tiga musim di Bayern, Podolski bermain 71 pertandingan Bundesliga dan mencetak 15 gol. Ia membantu Bayern meraih beberapa gelar domestik, termasuk Bundesliga, dan dikenal karena kemampuan menembak kaki kiri yang kuat serta kecepatan dalam serangan balik. Meskipun kontribusinya cukup signifikan, ia kerap bersaing dengan striker bintang lain sehingga tidak selalu menjadi pilihan utama.

Pada Januari 2015, Podolski bergabung dengan Inter Milan dengan status pinjaman dari Galatasaray hingga akhir musim. Selama di Serie A, ia tampil dalam 17 pertandingan dan mencetak satu gol. Walaupun kontribusinya terbatas karena adaptasi dengan gaya permainan Italia dan waktu bermain yang tidak konsisten, kehadiran Podolski memberikan opsi serangan tambahan dan pengalaman internasional bagi Inter, khususnya dalam situasi bola mati dan serangan cepat.

Saat ini, Lukas Podolski telah pensiun dari sepak bola profesional sejak 2024. Sebelumnya, ia sempat bermain untuk Górnik Zabrze di Polandia, klub terakhir sebelum pensiun. Meski tidak lagi aktif sebagai pemain, Podolski tetap terlibat dalam dunia sepak bola melalui kegiatan promosi, dukungan untuk klub, dan keterlibatan di media sepak bola. Ia tetap menjadi ikon sepak bola Jerman dengan pengalaman bermain di liga-liga top Eropa dan berbagai trofi internasional yang pernah diraihnya.

8. FAQ

Inter Milan vs Bayern Munchen (uefa.com)
Inter Milan vs Bayern Munchen (uefa.com)

1. Siapa saja pemain yang pernah bermain di Inter Milan dan Bayern Munich?

Pemain yang resmi pernah bermain di kedua klub antara lain: Ivan Perišić, Lúcio, Jürgen Klinsmann, Lothar Matthäus, Karl-Heinz Rummenigge, Xherdan Shaqiri, dan Lukas Podolski.

2. Apakah semua pemain tersebut memenangkan trofi di kedua klub?

Tidak semua, tetapi banyak dari mereka meraih trofi penting. Contohnya, Lúcio memenangkan treble bersama Inter, sedangkan Matthäus dan Rummenigge sukses di Bayern.

3. Siapa pemain paling muda yang bermain di kedua klub?

Ivan Perišić menjadi salah satu pemain yang relatif muda saat bermain untuk Inter Milan dan kemudian Bayern Munich di masa kariernya.

4. Apakah ada pemain aktif saat ini yang pernah membela kedua klub?

Ya, Ivan Perišić dan Xherdan Shaqiri masih aktif di level klub (Perišić di Inter Milan, Shaqiri di Basel).

5. Apakah semua pemain berasal dari Jerman atau Swiss?

Tidak, pemain berasal dari berbagai negara: Jerman (Klinsmann, Podolski, Matthäus, Rummenigge), Brasil (Lúcio), Swiss (Shaqiri), dan Kroasia (Perišić).

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Ganjar Firmansyah
EditorGanjar Firmansyah
Follow Us

Latest in Sport

See More

Liverpool vs Manchester United: Ada Kutukan yang Hantui Setan Merah

19 Okt 2025, 18:40 WIBSport