Pep Guardiola Alami Periode Terburuk dalam Karier Manajerialnya

Manchester City kembali menderita kekalahan. Mereka kehilangan tiga poin saat berlaga pada matchday keenam Liga Champions Eropa 2024/2025. Bertandang ke markas Juventus di Allianz Stadium, Kamis (12/12/2024), dini hari WIB, Manchester City takluk 0-2. Juventus mememangi laga berkat gol yang dibuat Dusan Vlahovic dan Weston McKennie.
Kekalahan ini menambah panjang catatan buruk Manchester City di berbagai ajang. Sejak akhir Oktober 2024 lalu, Manchester City yang dikenal digdaya kehilangan tajinya. Ini seperti anomali mengingat mereka begitu impresif dalam beberapa musim terakhir. Pep Guardiola sebagai manajer bertanggung jawab besar terhadap krisis yang dialami Manchester City. Bisa dibilang, periode ini merupakan yang terburuk sepanjang karier manajerialnya.
1. Alami 7 kekalahan dari 10 laga terakhir di seluruh kompetisi
Kekalahan melawan Juventus merupakan yang ke-7 dari 10 laga terakhir. Dalam 2 bulan terakhir, Manchester City mengalami hasil buruk di seluruh ajang. Petaka itu dimulai ketika mereka takluk 1-2 dari Tottenham Hotspur pada babak 16 besar Piala Liga Inggris.
Di Premier League, Manchester City menderita empat kekalahan beruntun. Tren buruk ini terputus setelah menang atas Nottingham Forest. Namun, di Liga Champions, harapan untuk melaju ke fase gugur kini memudar. Sebelum dikalahkan Juventus, Manchester City hanya bermain imbang melawan Feyenoord Rotterdam dan takluk dari Sporting CP. Saat ini, Manchester City berada di peringkat 22 dengan hanya mengoleksi 8 poin.
Opta mencatat, Manchester City menjadi tim dengan kebobolan terbanyak di lima liga top Eropa sejak awal November 2024. Angkanya bukan main, yakni 21 gol hanya dalam 9 laga di seluruh kompetisi. Jumlah 7 kekalahan dari 10 laga terakhir ini sama halnya dengan jumlah yang dialami Manchester City dalam 105 laga sebelumnya. Ini tentu menjadi pekerjaan rumah besar bagi Pep Guardiola. Periode terburuk dalam kariernya ini harus segera diatasi.
2. Badai cedera jadi salah satu faktor utama keterpurukan Manchester City
Salah satu sosok yang mungkin membuat Manchester City mengalami keterpurukan adalah Rodri. Bisa dibilang, kunci konsistensi Manchester City dalam beberapa musim terakhir adalah berkat kehadirannya. Perannya sebagai gelandang sangat krusial dalam permainan tim.
Dominasi Manchester City di berbagai ajang hingga berujung raihan treble winners 2022/2023 juga berkat kehadirannya. Rodri berhasil menggondol penghargaan individu, Ballon d'Or 2024. Sayangnya, cedera anterior cruciate ligament (ACL) yang dideritanya pada September 2024 lalu perlahan membuat Manchester City tersungkur.
Rodri bukan satu-satunya pemain yang harus absen akibat cedera. Pada periode ini, Kevin De Bruyne, John Stones, Ruben Dias, Nathan Ake, hingga Manuel Akanji sempat absen cukup lama karena cedera. Ketika kembali, beberapa di antaranya gagal mempertahankan kebugaran sehingga harus masuk lagi ke ruang perawatan akibat cedera yang kambuh.
Jadwal padat juga menjadi salah satu faktor terpuruknya Manchester City. Mental yang sudah terkuras harus bisa berkompromi dengan laga yang berlangsung tiap 3--4 hari. Kelelahan menjadi momok bagi para pemain Manchester City. Kedalaman skuad, faktor usia pemain kunci, dan mental seakan terakumulasi sehingga Manchester City kesulitan bangkit.
"Ada banyak alasan. Kami memiliki banyak masalah. Ketika Anda bermain tanpa 3 bek tengah dan 2 gelandang bertahan, struktur di lini tengah tidak memiliki stabilias. Ini sangat, sangat sulit," kata Guardiola setelah kekalahan dari Juventus, dikutip dari NBC Sports.
3. Pep Guardiola mengungkapkan kebangkitan Manchester City bisa terjadi jika pemainnya kembali
Pep Guardiola mengungkapkan, satu-satunya cara untuk membangkitkan performa tim adalah mengembalikan pemainnya. Dalam hal ini, ia berharap para pemainnya pulih dari cedera. Ini bisa membuat tim tampil dengan kekuatan penuh di tengah padatnya jadwal kompetisi.
"Solusinya adalah kembalikan para pemain saya (pulih dari cedera) dan kami akan melakukannya, tetapi hal tersebut tidak memungkinkan untuk saat ini dan saya rasa hal itu tidak akan terjadi dalam waktu yang lama," kata Guardiola, dikutip The Athletic.
"Kami memulihkan empat bek tengah kami pekan lalu, tetapi mereka pergi dari ruang perawatan, dan setelah bermain, mereka kembali lagi. Biasanya, setelah dari sana, Anda membutuhkan tempo, latihan, tetapi dalam situasi seperti ini, kami tidak dapat melakukannya," tambah Guardiola.
Pep Guardiola, dengan segudang pengalaman dan prestasinya, mungkin tidak mengira krisis akan menimpa klub yang dilatihnya. Manchester City telah menunjukkan beragam faktor bisa memengaruhi konsistensi. Ketidakstabilan yang dialami klub membuat peluang juara di Liga Champions dan Premier League perlahan memudar. Mampukah Pep Guardiola membawa Manchester City bangkit dan kembali bersaing memperebutkan gelar juara pada 2024/2025?