Prabowo dan Sepak Bola yang Masih Jadi Alat Politik
Jakarta, IDN Times - Belakangan, Prabowo Subianto dan sepak bola jadi dua hal yang tak terpisahkan. Terbaru, Garudayaksa Football Academy yang dimilikinya mulai mencuri perhatian. Tidak cuma skala nasional, tetapi sampai internasional.
Pada Desember 2023, Prabowo melakukan gebrakan di sepak bola. Dia meresmikan Komplek Garudayaksa Football Academy yang berlokasi di Setu, Bekasi. Bersamaan dengan itu, dia menggelar Nusantara Open 2023, gelaran kedua setelah 2022 silam.
Gebrakan Prabowo di sepak bola tidak berhenti sampai situ. Tak lama setelah Nusantara Open 2023 sukses, pada awal Januari 2024, Garudayaksa Football Academy menjalin kerja sama dengan Aspire Academy Qatar.
Indikasi penggunaan sepak bola sebagai kendaraan Prabowo semakin terlihat ketika Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, datang dalam acara tersebut. Erick bahkan sempat "mengangkat" Prabowo sebagai tokoh lama dalam sepak bola Indonesia, bukan karbitan.
"Pak Prabowo ini ketika melihat sepak bola Indonesia, bukanlah figur karbitan. Tak ada niat di balik batu. Beliau memang cinta sepak bola, dan ada ketulusan untuk berinvestasi di sepak bola Indonesia," ujar Erick dalam sambutannya di Komplek Garudayaksa Football Academy, Kamis (14/12/2023).
Erick juga sempat menyambut Prabowo dalam sebuah momen bersama Timnas Indonesia U-20. Kala itu, karpet merah diberikan Erick kepada Prabowo melakukan proses penandatanganan kerja sama dengan Aspire Academy, awal Januari 2024 lalu.
Tidak cuma itu, terbaru Gibran Rakabuming Raka, calon wakil presiden dari Prabowo, juga terlibat dalam acara futsal bertajuk 2 Match Fun Futsal. Dalam acara itu, atribut berbau Prabowo-Gibran begitu terasa. Para relawan juga hadir dalam acara tersebut.
Sekilas, apa yang dilakukan Prabowo benar-benar menunjukkan sepak bola melekat kepadanya. Akan tetapi, seiring dengan sosoknya yang juga menjadi calon presiden (capres), banyak yang menyebut apa yang dilakukan Prabowo ini sebagai bagian kampanye.
Lalu, apakah memang hal itu boleh-boleh saja dilakukan? Apakah memang sepak bola erat kaitannya dengan kampanye atau sesuatu yang akhirnya bersifat populis?
1. Bukan kali pertama sepak bola jadi alat kampanye

Terkait sepak bola yang jadi alat kampanye di Indonesia, sebenarnya itu bukan hal pertama kali yang terjadi di Indonesia. Masih segar dalam ingatan pada 2019 silam, sekelompok pendukung Persib menyebut diri mereka sebagai 'Bobotoh Jokowi'.
Kala itu, gerakan ini sontak mengundang keberatan dari beberapa pihak, tak terkecuali para bobotoh. Salah satu figur berpengaruh pendukung Persib, Tobias Ginanjar, bahkan menyatakan ketidaksetujuannya akan 'Bobotoh Jokowi' ini.
"Bobotoh berasal dari beragam latar belakang. Termasuk pandangan politik yang berbeda-beda sehingga tidak bisa digeneralisasi menjadi pendukung salah satu pasangan calon di Pilpres 2019," ujar Tobias kala itu.
Tidak cuma itu, pada 2022 silam, Anies Baswedan pun sempat diteriaki presiden oleh The Jakmania, kelompok suporter Persija. Itu terjadi saat grand launching Jakarta International Stadium (JIS), yang juga melibatkan laga Persija lawan Chonburi.
Hubungan Anies dan The Jakmania memang dekat. Bahkan, Ketua Umum The Jakmania, Diky Soemarno, pernah terang-terangan memuji Anies, yang ketika Jakarta di bawah komandonya sebagai Gubernur, Persija sukses juara Liga 1.
"Terima kasih, Pak, akhirnya saya bisa merasakan ketika Pak Anies jadi Gubernur, Persija jadi juara Liga Indonesia," kata Diky pada Oktober 2022 silam.
Dua contoh di atas hanyalah sekelumit momen ketika sepak bola dijadikan alat kampanye. Nah, kini Prabowo agaknya coba merambah hal tersebut dan mulai memasukkan sepak bola ke dalam salah satu caranya berkampanye.
2. Prabowo punya potensi jadikan sepak bola sebagai alat kampanye
Pengamat dari Citra Institute, Efriza, menyebut Prabowo sudah paham masyarakat Indonesia menyukai sepak bola. Berangkat dari hal ini, wajar Prabowo menjadikan sepak bola sebagai alat kampanyenya. Plus, dia punya potensi melakukan itu.
"Hal ini (sepak bola jadi alat kampanye) memang dapat dilakukan oleh Prabowo karena dukungan sekitarnya memungkinkan seperti Menpora dari partai pendukungnya Golkar, juga Ketua Umum PSSI tentu saja pendukung Prabowo," ujar Efriza kepada IDN Times.
Selain itu, menjadikan kampanye sebagai alat sepak bola juga dilakukan Prabowo karena dia representasi Presiden Joko 'Jokowi' Widodo. Presiden Jokowi memang sosok yang konsisten ingin memajukan sepak bola Indonesia, salah satunya lewat Inpres no. 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional.
Memang pada akhirnya capres-capres lain seperti Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan juga menunjukkan kepedulian terhadap sepak bola. Namun, Prabowo menunjukkan cara berbeda. Alih-alih menggunakan dana pemerintah, dia menggunakan dana pribadi untuk memajukan sepak bola Indonesia.
"Jadi, Prabowo dalam berkegiatan dan kepedulian terhadap sepak bola ingin menunjukkan ia akan melanjutkan kebijakan Jokowi untuk menggiatkan sepak bola, sehingga pecinta sepak bola dan anak muda jangan ragu memilih dirinya, seperti itu konteks kampanyenya," kata Efriza.
"Prabowo telah menunjukkan membangun akademi sepak bola dalam rangka membangun sepak bola sejak dini. Dia sekaligus ingin menunjukkan sisi bisnis tetapi sekaligus pengembangan sumber daya manusianya dalam sepak bola," lanjutnya.
3. Sepak bola memang seksi jadi alat politik

Dari sisi sepak bola, pengamat Kesit Budi Handoyo berujar sepak bola memang seksi jika dijadikan alat kampanye. Sebab, sepak bola adalah salah satu olahraga yang digemari masyarakat Indonesia.
"Betul, sepak bola masih seksi kan ya (buat dijadikan alat kampanye), karena hanpir semua masyarakat menggemari sepak bola," ujar Kesit saat dihubungi IDN Times.
Kesit juga mengatakan, sah-sah saja ketika ada pasangan calon presiden dan wakil presiden, termasuk Prabowo, yang menggunakan sepak bola sebagai alat kampanye. Asalkan, tidak ada unsur pemaksaan untuk memilih.
"Yang paling penting jangan sampai kemudian menagajak atlet, pelatih, pemain, kemudian dipaksa untuk memilih, itu yang tidak boleh. Tapi kalau menjadikan sepak bola sebagai alat kampanye ya boleh-boleh saja karena itu bagian dari membangun sebuah negara," ujar Kesit.
Pada dasarnya pula, ada sejumlah istilah dalam sepak bola yang digunakan kubu Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dalam proses kampanyenya pula. Menggunakan idiom Timnas, menjadi salah satu bukti, nilai-nilai sepak bola dipakai dalam politik.
Terlebih, Anies sempat menggambarkan Timnas sebagai salah satu unit kesatuan tim sepak bola. Ada kapten, bahkan wakil kapten, dengan sejumlah anggota, yang dianggap sebagai pendukung timnya.
Dalam susunan Timnas AMIN, ada pula mantan CEO Persija Jakarta dan Persiba Balikpapan, Gede Widiade, yang membuat aroma sepak bola di dalamnya cukup kental.
4. TKN angkat bicara soal Prabowo jadikan sepak bola alat kampanye

Sementara itu, David Herson selaku TKN Golf Bidang Kepemudaan menyatakan Prabowo sejatinya bukanlah sosok yang terlalu memanfaatkan sepak bola untuk kampanye. Justru, menurutnya Prabowo adalah tokoh yang sangat peduli dengan sepak bola Indonesia.
"Hal itu dibuktikan beliau dengan menjalin kerja sama antara Garudayaksa dengan Akademi sepak bola asal Qatar (Aspire Academy), yang mana beliau juga adalah Ketua Dewan Pembina Garudayaksa Football Academy," ujar David saat dihubungi IDN Times.
David menegaskan semua aktivitas yang dilakukan Prabowo di sepak bola ini, semua menggunakan dana pribadi. Pembangunan Komplek Garudayaksa Football Academy, hingga mengirim para pemain ke Qatar untuk berlatih di Aspire Academy, semua dari uang pribadinya.
Alhasil, David mengaku kurang tepat rasanya jika Prabowo disebut menggunakan sepak bola sebagai alat kampanye. Yang ada, dia justru ingin agar sepak bola Indonesia tampak hebat di mata dunia.
"Pak Prabowo memiliki impian sejak dulu, agar sepak bola kita hebat di mata dunia, dan beliau tunjukkan dengan mengorbankan kantong pribadi untuk masa depan sepak bola indonesia," ujar David.
5. Jadi, apa sepak bola harus campur dengan politik?

Efriza berujar, untuk membangun olahraga terkhusus sepak bola, diperlukan orang-orang profesional. Akan tetapi, di Indonesia, sepak bola kerap dijadikan alat politik. Hal itulah yang bikin sepak bola lambat majunya.
"Hanya saja di Indonesia sepak bola utamanya dijadikan tempat karier lainnya selain berkiprah di politik. Dampaknya kita bisa melihat sepak bola di Indonesia berkembangnya sangat lambat, dari sisi sarana maupun kesejahteraannya," ujar Efriza.
Dengan pola pikir macam ini, menurut Efriza, sepak bola hanya dijadikan magnet untuk menarik perhatian publik. Pada akhirnya, nilai-nilai olahraga jadi hal yang dikesampingkan.
"Singkatnya, olahraga dijadikan nomor dua, sedangkan hal utama adalah membangun personal branding sebagai politisi, pengusaha, dan tokoh yang peduli akan kemajuan olahraga di negerinya," kata Efriza.
Sedangkan menurut Kesit, idealnya politik memang tidak boleh masuk sepak bola. Namun, pada praktiknya, banyak sekali kepentingan-kepentingan dari para petinggi sepak bola, termasuk di Indonesia yang mengarah ke politik.
"Jadi kadang-kadang sulit memisahkan kepentingan politik dan sepak bola, karena idealnya jangan sampai politik mnsauk sepak bola. tapi dalam praktiknya terlihat, aroma-aromanya terlihat," ujar Kesit.
Sepak bola dan politik memang dua entitas berbeda. Namun, mengutip kata Ernesto "Che" Guevara, jika sepak bola adalah "alat ampuh buat berkomunikasi dengan rakyat". Ketika memimpin revolusi di Kuba, Che selalu berdiskusi dengan rakyat, lewat sepak bola.
Gambaran ini tampak menjadi bukti, jika sepak bola bak dua sisi koin berbeda, namun sulit buat dilepaskan. Terlepas dari Prabowo-Gibran menjadikan sepak bola sebagai alat kampanye atau tidak, sepak bola Indonesia harus tetap berprestasi. Apalagi, harus diakui saat ini sepak bola nasional masih jalan di tempat. Penyebabnya? Banyak kepentingan politik.