Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Rivalitas Balkan yang Menyatu di Ruang Ganti Juventus

ilustrasi stadion sepak bola
ilustrasi stadion sepak bola (IDN Times/Mardya Shakti)
Intinya sih...
  • Konflik berkepanjangan Albania/Kosovo dengan Serbia merambah ke sepak bola
  • Profesionalisme menjadi alat yang menyatukan Zhegrova, Vlahovic, dan Kostic di Juventus
  • Keberadaan pemain Kosovo dan Serbia dalam satu tim, bakal jadi juru damai atau bara konflik?
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Edon Zhegrova, pemain asal Kosovo yang didatangkan Juventus dari LOSC Lille pada hari terakhir bursa transfer musim panas 2025, bakal setim dengan dua bintang Serbia, Dusan Vlahovic dan Filip Kostic. Situasi itu lebih dari sekadar strategi transfer. Pertemuan tiga pemain ini menyalakan diskusi tentang bagaimana olahraga dapat mempertemukan individu dari dua bangsa yang lama berseberangan.

Juventus seakan menjadi panggung kecil politik tentang bagaimana identitas bangsa yang berseteru berkelindan dengan sepak bola. Zhegrova hadir sebagai wajah baru dari Kosovo, negara yang mendeklarasikan kemerdekaan pada 2008 dan didukung Albania, tetapi hingga kini tidak diakui Serbia. Di sisi lain, Vlahovic dan Kostic mewakili generasi baru sepak bola Serbia, negara yang masih memandang Kosovo sebagai bagian dari warisan nasional.

1. Konflik berkepanjangan Albania/Kosovo dengan Serbia merambah ke sepak bola

Hubungan antara Albania, Kosovo, dan Serbia terjalin dalam sejarah panjang konflik yang penuh luka. Pada 1998–1999, Perang Kosovo menewaskan lebih dari 13.000 orang, memaksa ratusan ribu warga meninggalkan rumah, dan memicu intervensi NATO untuk menghentikan kekerasan. Serbia menolak melepaskan Kosovo yang dianggap sebagai tanah leluhur sejak Pertempuran Kosovo pada 1389, sementara mayoritas etnis Albania di sana berjuang untuk kemerdekaan.

Ketegangan politik itu meluas ke ranah sepak bola, yang menjadi panggung ekspresi nasionalisme. Puncak simboliknya terjadi pada laga kualifikasi Euro 2016 di Belgrade 2014 yang dikenal sebagai Drone Game. Sebuah bendera Greater Albania diterbangkan dengan drone di atas stadion yang memicu keributan antara pemain, ofisial, dan suporter. Albania akhirnya diberi kemenangan walkover, tetapi momen itu meninggalkan bekas mendalam dalam memori publik Balkan.

Sejak saat itu, pertandingan Albania versus Serbia selalu dianggap berisiko tinggi. Pertemuan kembali mereka dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Tirana, Albania pun dibayang-bayangi trauma masa lalu. UEFA bahkan melarang kehadiran suporter tandang demi mencegah kerusuhan. Maka, rivalitas itu bukan hanya tentang hasil pertandingan, melainkan juga tentang identitas dan legitimasi politik yang belum terselesaikan.

2. Profesionalisme menjadi alat yang menyatukan Edon Zhegrova, Dusan Vlahovic, dan Filip Kostic di Juventus

Musim panas 2025 menghadirkan kejutan ketika Juventus mendatangkan Edon Zhegrova pada hari terakhir bursa transfer 2025. Winger asal Kosovo ini bergabung dengan skuad yang sudah diperkuat dua bintang Serbia, Dusan Vlahovic dan Filip Kostic. Ketiganya kini berbagi ruang ganti, mengenakan seragam yang sama, dan berjuang mencapai target klub yang identik dengan kejayaan domestik maupun Eropa.

Keberadaan mereka dalam satu tim menghadirkan paradoks menarik. Di level tim nasional, Zhegrova mewakili Kosovo, negara yang berdiri di atas luka kolektif masyarakat Albania, sedangkan Vlahovic dan Kostic berjuang untuk Serbia yang menolak pengakuan atas kemerdekaan Kosovo. Namun di Turin, profesionalisme mengharuskan mereka menanggalkan identitas politik dan menempatkan Juventus di atas segalanya. Inilah contoh bagaimana sepak bola klub berbeda dari tim nasional, dengan tuntutan kerja sama yang lebih pragmatis.

Juventus sendiri dikenal sebagai klub multinasional yang kerap menjadi rumah bagi pemain dari berbagai latar belakang. Namun, kombinasi pemain Kosovo/Albania dan Serbia dalam satu skuad memiliki bobot simbolis yang jauh lebih besar dibanding sekadar perbedaan negara. Di mata publik, mereka membawa beban sejarah panjang rivalitas Balkan. Namun di lapangan, mereka harus menjadi rekan yang saling mendukung demi meraih kemenangan.

3. Keberadaan pemain Kosovo dan Serbia dalam satu tim, bakal jadi juru damai atau bara konflik?

Dengan keberadaan Edon Zhegrova, Dusan Vlahovic, dan Filip Kostic di Juventus bisa menjadi jembatan rekonsiliasi simbolis, atau justru bara api yang bisa menyulut ketegangan baru? Di level federasi, ada tanda-tanda mendekatnya hubungan. Albania dan Serbia secara mengejutkan sepakat menjadi tuan rumah bersama Euro U-21 2027, sebuah langkah yang dimaksudkan UEFA sebagai katalis untuk meningkatkan pemahaman dan kerja sama.

Meski demikian, di tribun penonton, gesekan tetap terasa. UEFA kerap menjatuhkan sanksi karena perilaku suporter Albania maupun Serbia, mulai dari nyanyian bernada kebencian, pembentangan spanduk provokatif, hingga pembakaran bendera. Bahkan pada Euro 2024 di Jerman, insiden saling ejek dan chant diskriminatif kembali mewarnai laga-laga yang melibatkan tim Balkan. Dengan latar itu, kehadiran pemain dari kedua pihak dalam satu tim Serie A Italia berpotensi memicu reaksi emosional di kalangan fans.

Namun, jika tiga pemain tersebut mampu menunjukkan harmoni di lapangan, Juventus bisa menjadi contoh kecil bahwa olahraga mampu menembus sekat politik. Profesionalisme mereka dapat memberi pesan, rivalitas berabad-abad bisa direduksi ketika tujuan bersama lebih besar dari identitas individu. Dalam konteks ini, Juventus sebagai klub sepak bola, sekaligus menjadi ruang uji coba rekonsiliasi yang tidak pernah berhasil sepenuhnya di panggung politik.

Sepak bola sering kali memaksa manusia untuk melihat musuh lamanya sebagai rekan satu tim. Kehadiran Edon Zhegrova, Dusan Vlahovic, dan Filip Kostic di Juventus pada 2025/2026 tidak hanya soal strategi taktik, tetapi juga tentang ujian bagi ide bahwa olahraga mampu meruntuhkan tembok sejarah yang selama ini memisahkan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us

Latest in Sport

See More

Rivalitas Balkan yang Menyatu di Ruang Ganti Juventus

05 Sep 2025, 20:14 WIBSport