Seberapa Besar Dampak Kepergian Luis Diaz bagi Lini Serang Liverpool?

- Luis Diaz memberikan kontribusi besar dalam serangan Liverpool dengan 41 gol dan 17 assist serta menjadi pemantik pressing yang efektif.
- Tanpa Luis Diaz, pola serangan Liverpool mudah terbaca, lemah dalam perebutan bola, dan kehilangan ritme serta identitas permainan.
- Kepergian Luis Diaz menimbulkan efek domino pada produktivitas tim, kesulitan para pemain depan berkembang, dan kehilangan tipe pemain pekerja keras dalam lini serang.
Lini serang Liverpool pada 2025/2026 bisa dikatakan jauh dari stabil sejak melepas Luis Diaz ke Bayern Munich. Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar mengenai keseimbangan serangan mereka. Tim yang sebelumnya menjuarai English Premier League (EPL) berkat agresivitas serangan, kini kehilangan ritme, pemantik, dan tipe pemain yang pernah menjadi jantung permainan mereka di sisi kiri. Situasi ini makin kompleks karena perubahan taktik Arne Slot tidak berjalan seefektif musim sebelumnya.
Sementara Bayern Munich menikmati kontribusi instan Diaz, Liverpool justru mengalami kemunduran dalam struktur serangan, progresi bola, hingga efektivitas pressing. Perbandingan jomplang kedua tim membuat kepergian Diaz dari Anfield kian terasa signifikan. Bagi The Reds, kehilangan pemain yang mampu mengangkat tempo permainan dalam situasi sulit telah menciptakan lubang yang tidak mudah ditambal.
1. Selain apik dalam menyerang, Luis Diaz juga punya etos kerja tinggi saat melakukan pressing
Luis Diaz meninggalkan Liverpool dengan catatan 41 gol dan 17 assist dari 148 pertandingan, dan meraih 5 trofi kejuaraan. Pencapaian tersebut menggambarkan kontribusi yang konsisten, tetapi lebih dari itu, ia memberi dimensi permainan yang tidak dimiliki pemain lain di skuad saat ini. Arne Slot memaksimalkan potensinya sebagai winger dan false nine, yang terlihat dari peningkatan produktivitasnya pada musim terakhir dengan 17 gol, termasuk brace ke gawang Manchester United dan Tottenham Hotspur, dan hattrick ke gawang Bayer Leverkusen.
Karakteristik serangannya membuat Liverpool memiliki outlet progresi yang unik. Akselerasi dan dribel langsungnya memungkinkan ia membawa bola 20–30 meter untuk menaikkan garis pertahanan lawan. Kemampuan memenangi duel 1 lawan 1 serta pergerakan gesitnya di half-space menjadikannya pemain yang mampu memecah kebuntuan ketika lini belakang dan lini tengah kesulitan menemukan opsi umpan progresif.
Dari sisi defensif, kontribusi Diaz sama pentingnya. Ia menjadi pemantik pressing paling efektif bersama Dominik Szoboszlai, dan hanya Mohamed Salah yang mencatat recovery lebih banyak darinya musim lalu. Intensitasnya dalam melakukan tekanan membuat lawan kesulitan membangun serangan dari area yang menjadi tanggung jawabnya. Diaz tidak hanya menyerang dengan agresivitas tinggi, tetapi juga menciptakan tekanan konstan yang menjaga struktur pressing tetap stabil.
Secara taktis, profilnya mengisi kebutuhan yang tidak bisa dipenuhi oleh pemain lain. Cody Gakpo sebagai pembawa bola yang lebih halus tidak memiliki agresivitas seperti Diaz, sementara pemain lain seperti Florian Wirtz atau Hugo Ekitike tidak menawarkan variasi serta intensitas tinggi dalam menyerang. Dalam sistem Slot, Diaz merupakan tipe pemain komplet yang mampu menjembatani build-up, transisi, dan pressing dalam satu paket yang sulit digantikan.
2. Tanpa Luis Diaz, pola serangan Liverpool mudah terbaca dan lemah dalam perebutan bola
Kepergian Luis Diaz menciptakan kekosongan struktural yang langsung terasa di sisi kiri Liverpool. Cody Gakpo yang diproyeksikan mengambil peran tersebut masih tampil inkonsisten, sementara Florian Wirtz dan Hugo Ekitike bukan pemain sayap murni. Rio Ngumoha masih terlalu muda untuk memikul beban besar, sehingga The Reds praktis tidak memiliki winger kiri alami yang dapat menjaga dinamika serangan.
Hambatan terbesar hadir dalam konteks progresi bola. Tanpa Diaz, Liverpool kehilangan pembawa bola vertikal yang mampu menembus blok rendah atau mematahkan tekanan lawan ketika build-up macet. Situasi ini memperlambat aliran permainan dan membuat serangan Liverpool jauh lebih mudah ditebak. Sistem yang semula bergantung kepada pemain eksplosif kini tak memiliki figur yang bisa menjalankan peran tersebut secara konsisten.
Kualitas pressing Liverpool juga menurun drastis. Menurut ESPN, high turnovers turun dari 8,1 menjadi 6,9 per laga, sedangkan angka Passes Per Defensive Action (PPDA) meningkat dari 10,3 menjadi 11,0. Dalam pertandingan melawan Nottingham Forest dan Brentford di Premier League, tidak ada pemain di lini depan yang mampu memimpin pressing atau memenangkan second ball. Dengan tidak adanya Diaz, lini depan kehilangan pemain yang mampu memicu tekanan dan menjaga struktur pressing tetap agresif seperti musim sebelumnya.
Permasalahan lain muncul dalam build-up dan struktur serangan. Arne Slot mengandalkan rotasi posisi yang membutuhkan winger pekerja keras, tetapi tidak ada pemain yang cocok menjalankan pergeseran tersebut. Serangan kiri menjadi tumpul dan hubungan antara full-back dan winger menurun drastis, yang menyebabkan Mohamed Salah makin terisolasi di sisi sebaliknya. Ketidakseimbangan ini membuat pola serangan Liverpool kehilangan ritme.
Krisis identitas pun terlihat jelas. Filosofi Slot musim lalu mengandalkan tempo-shifting dan direct progression yang memungkinkan Liverpool mengatur pertandingan. Tanpa Diaz, mekanisme ini hilang karena tidak ada pemain yang mampu mengangkat permainan saat tim berada dalam situasi runyam. Ketika ritme tidak dapat diubah, Liverpool terjebak memainkan pola yang mudah dibaca lawan.
3. Kepergian Luis Diaz menimbulkan efek domino di berbagai aspek serangan Liverpool
Efek paling mencolok dari perginya Luis Diaz terlihat dari produktivitas Liverpool yang menurun signifikan. Hingga pekan ke-12, mereka berada di papan tengah klasemen dengan selisih gol -2 yang menunjukkan penurunan produktivitas. Banyak peluang tercipta bukan melalui struktur yang rapi, melainkan lewat situasi mengejar ketertinggalan yang berlangsung tanpa pola jelas. Hal ini membuat efektivitas serangan kian berkurang.
Para pemain depan pun mengalami kesulitan berkembang. Alexander Isak kesulitan mendapat suplai dan tidak cocok menjalankan peran sebagai pemantul bola. Florian Wirtz mengalami penurunan kepercayaan diri, sementara Hugo Ekitike yang sempat tampil menjanjikan kemudian terputus dari alur permainan. Pada musim sebelumnya, Diaz berperan besar dalam menstabilkan build-up dan menyediakan jalur vertikal yang kini hilang dari skema Arne Slot.
Trisula lini serang Liverpool juga kehilangan tipe pemain pekerja keras. Mengutip BeIN Sports, mantan pemain Liverpool, Daniel Sturridge menekankan bahwa Diaz rela berkorban demi keseimbangan struktur serangan, sesuatu yang tidak terlihat dari kombinasi Cody Gakpo–Mohamed Salah–Isak/Ekitike. Semua pemain depan kini berorientasi pada aksi individual, sehingga tidak ada satu pun yang berperan sebagai pemicu dalam pressing dan counter-pressing.
Konsekuensi praktis paling jelas terlihat pada pertandingan-pertandingan ketika Liverpool membutuhkan rotasi winger. Dalam laga melawan Nottingham Forest, misalnya, Slot tidak memiliki opsi winger andalan untuk mengubah dinamika serangan. Kondisi ini membuat Liverpool lebih mudah dipaksa bermain dalam tempo yang lawan inginkan, dan kehilangan kemampuan mengendalikan alur permainan seperti musim sebelumnya.
Efek psikologis turut memperburuk keadaan. Diaz dikenal sebagai pemain yang mampu memberi dorongan mental ketika tim menghadapi tekanan. Tanpa dribbler agresif yang menciptakan momentum, Liverpool kehilangan karakter reaktif yang dulu melekat pada permainan mereka. Ironisnya, investasi besar senilai 446 juta pound sterling (Rp9,744 triliun) belum mampu mengganti elemen-elemen intensitas, konektivitas, dan pengacau pertahanan lawan dari sisi kiri khas Diaz.
Liverpool kini menghadapi realitas, kehilangan Luis Diaz bukan sekadar kehilangan seorang winger, mereka sekaligus kehilangan fondasi yang menopang struktur serangan dan pressing mereka. Jika Arne Slot tidak menemukan cara untuk menutup celah tersebut, perjalanan 2025/2026 kemungkinan akan makin berat bagi sang juara bertahan Premier League.


















