Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Siapa Saja Pemilik Klub di 5 Liga Top Eropa dari Asia Tenggara?

potret tribun stadion (pexels.com/bohlemedia)
potret tribun stadion (pexels.com/bohlemedia)
Intinya sih...
  • Leicester City dimiliki oleh Aiyawatt Srivaddhanaprabha, meneruskan kepemimpinan ayahnya dengan dedikasi penuh untuk klub dan kota Leicester.
  • Peter Lim, pemilik Valencia CF dari Singapura, sering dikritik suporter karena kebijakan kontroversial yang dinilai merugikan klub.
  • Keluarga Hartono, pemilik Djarum Group, berhasil membawa Como 1907 promosi ke Serie A Italia dalam enam tahun setelah akuisisi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Selain menjadi kompetisi dan hiburan, sepak bola Eropa juga menjadi magnet investasi global, termasuk bagi investor dari Asia Tenggara. Sejumlah pengusaha dari kawasan ini telah mengakuisisi klub-klub besar di lima liga top Eropa, menjadikan mereka bagian dari ekosistem bisnis sepak bola modern. Dengan memanfaatkan kemampuan dalam berbisnis, mereka mampu mendongkrak keuangan dan performa klub dengan investasi strategis.

Para pemilik klub dari Asia Tenggara ini memiliki dampak yang beragam terhadap klub yang mereka miliki. Ada yang dicintai karena kesuksesan yang dibawa ke klub, tetapi ada pula yang dikritik karena kebijakan yang kontroversial. Lantas, siapa saja pemilik klub dari Asia Tenggara yang saat ini memiliki saham di klub lima liga top Eropa?

1. Aiyawatt Srivaddhanaprabha berhasil mewarisi semangat mendiang ayahnya di Leicester City

Leicester City menjadi salah satu kisah paling inspiratif dalam dunia sepak bola setelah berhasil menjuarai English Premier League (EPL) pada 2015/16. Klub ini kini dimiliki oleh Aiyawatt Srivaddhanaprabha, seorang pengusaha asal Thailand yang mewarisi kepemilikan dari mendiang ayahnya, Vichai Srivaddhanaprabha. Aiyawatt, yang dikenal dengan sapaan Top, melanjutkan kepemimpinan ayahnya dengan penuh dedikasi untuk membawa klub tetap kompetitif di kasta tertinggi Liga Inggris.

Aiyawatt sendiri dicintai oleh para penggemar Leicester dengan pendekatannya yang personal dan kepeduliannya terhadap klub. Ia kerap hadir di stadion, mendukung langsung timnya, serta berinteraksi dengan penggemar. Meski sempat terdegradasi pada musim 2022/2023, di bawah kepemimpinannya, The Foxes terus menunjukkan stabilitas keuangan serta tetap menjadi salah satu tim yang mampu bersaing di EPL.

Selain prestasi di lapangan, Aiyawatt juga dikenal karena berbagai inisiatif sosial yang dilakukan untuk klub dan kota Leicester. Ia meneruskan tradisi dengan memberikan donasi untuk fasilitas kesehatan serta membantu masyarakat sekitar. Hal ini semakin memperkuat hubungannya dengan para suporter dan membuatnya dianggap sebagai pemilik klub yang peduli dan bertanggung jawab.

2. Peter Lim punya hubungan yang kurang harmonis dengan suporter Valencia CF

Peter Lim merupakan seorang miliarder asal Singapura yang kini menjadi pemilik Valencia CF. Dilansir Forbes, kekaayaannya mencapai 1,6 miliar dolar AS atau setara Rp26,14 triliun. Sebelum membeli saham mayoritas Valencia pada 2014, ia telah dikenal sebagai pebisnis di bidang properti dan hotel.

Namun, ia kerap menjadi sasaran kritik suporter Los Ches akibat berbagai kebijakan yang kontroversial, mulai dari menjual pemain bintang hingga pergantian pelatih yang tidak konsisten. Ia pernah diprotes habis saat menjual beberapa pemain kunci, seperti Ferran Torres, Rodrigo Moreno, dan Dani Parejo tanpa investasi yang sepadan dalam mendatangkan pengganti. Ini menyebabkan penurunan performa pada beberapa musim terakhir hingga fans melakukan aksi protes besar-besaran menuntut Lim untuk menjual klub kepada pemilik yang lebih peduli dengan sepak bola.

Hubungan Peter Lim dengan penggemar pun semakin memburuk akibat dugaan kurangnya transparansi dalam pengelolaan klub. Ia jarang muncul di stadion, tidak banyak berkomunikasi dengan suporter, dan lebih mengandalkan orang kepercayaannya dalam menjalankan operasional klub. Situasi ini membuat banyak fans Valencia merasa, sang pemilik dianggap lebih mementingkan keuntungan finansial dibandingkan prestasi klub.

3. Keluarga Hartono berhasil membawa Como 1907 promosi ke Serie A Italia setelah 21 tahun absen

Untuk pertama kalinya dalam 21 tahun, Como 1907 berhasil promosi ke kasta tertinggi sepak bola Italia. Keberhasilan ini tak lepas dari peran pemilik klub, yaitu keluarga Hartono, pemilik Djarum Group, yang mengakuisisi Como pada 2019. Dengan total kekayaan mencapai 50,3 miliar dolar AS atau setara Rp821,9 triliun, Robert Budi Hartono dan Michael Hartono kini tercatat sebagai pemilik klub terkaya di Italia.

Sejak diambil alih oleh keluarga Hartono, klub berjuluk I Lariani ini mengalami kebangkitan luar biasa dengan promosi dari kasta keempat hingga akhirnya kembali ke Serie A Italia hanya dalam waktu enam tahun. Klub ini juga memiliki nama besar di jajaran manajemennya, seperti Thierry Henry, Cesc Fabregas, dan Raphael Varane sebagai pemegang saham minoritas serta Dennis Wise sebagai CEO klub. Kehadiran mereka membantu meningkatkan daya tarik klub dan mempercepat perkembangan Como.

Dengan suntikan dana dari keluarga Hartono, Como berhasil merombak struktur klub dan meningkatkan kualitas tim secara drastis. Promosi ke Serie A menjadi pencapaian monumental bagi klub, tetapi mereka kini menghadapi tantangan berat untuk bersaing di level tertinggi. Keberlanjutan kesuksesan Como sangat bergantung pada perencanaan jangka panjang dan strategi investasi yang tepat.

4. Alvin Sariaatmadja memiliki saham minoritas di US Lecce

US Lecce menjadi klub terbaru yang menerima investasi dari taipan Asia Tenggara setelah Emtek Group, yang dipimpin oleh Alvin Sariaatmadja, membeli 10 persen saham klub. Bersama dengan dua investor asal Italia-Swiss, Boris Francesco Jean Collardi dan Pascal Picci, Alvin resmi menjadi bagian dari kepemilikan Lecce pada 2022. Investasi ini dilakukan setelah I Salentini berhasil kembali ke Serie A Italia dan berupaya memperkuat tim mereka di kompetisi kasta tertinggi Italia.

Meski hanya memiliki saham minoritas, kehadiran Alvin Sariaatmadja membawa angin segar bagi Lecce, terutama dalam aspek keuangan dan strategi bisnis klub. Dengan latar belakang sebagai pengusaha di bidang media dan teknologi, Alvin mampu membantu klub dalam pengelolaan hak siar dan pemasaran digital. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan klub dengan tujuan memperkuat posisi Lecce di Serie A.

Selain itu, keterlibatan Alvin juga membuka peluang kerja sama antara Lecce dan perusahaan-perusahaan dari Asia Tenggara. Dukungan finansial yang lebih baik dapat membantu klub dalam mendatangkan pemain berkualitas serta meningkatkan fasilitas yang dimiliki. Dengan strategi yang tepat, Lecce berpeluang untuk bertahan dan berkembang di liga utama Italia dalam beberapa tahun ke depan.

Kehadiran investor asal Asia Tenggara dalam sepak bola Eropa semakin menunjukkan, kawasan ini tak hanya menjadi pasar bagi sepak bola, tetapi juga pemain utama dalam industri ini. Keempat pemilik ini masing-masing memberikan warna tersendiri dalam perjalanan klub yang mereka miliki.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Gagah N. Putra
EditorGagah N. Putra
Follow Us