Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Sistem Ten Hag Mandek di Manchester United

Manajer Manchester United, Erik ten Hag saat menghadapi Sevilla, Jumat (14/4/2023). (uefa.com)

Jakarta, IDN Times - Hasil buruk kembali menghantui Manchester United di pertengahan musim 2023/24 ini. Kekalahan beruntun dari Manchester City dan Newcastle United dalam dua ajang berbeda menghadirkan tanya, apakah sistem Erik ten Hag di MU tak jalan?

Selepas kalah dari ManCity, Ten Hag menyatakan bahwa dia tak bisa menerapkan possession football ala Ajax Amsterdam di MU. Dia beralasan, kualitas dan gaya pemain di MU membuatnya sulit menerapkan sepak bola model seperti itu. Kualitasnya berbeda.

Berdasarkan pernyataan dari Ten Hag, apakah bisa dikatakan sistem yang coba dia terapkan di MU tidak berjalan? Agaknya, memang seperti itu.

1. MU kembali ke setelan pabrik

Manchester United ukir rekor buruk setelah kalah dari Brighton, Sabtu (16/9/2023). (premierleague).

Ketika Ten Hag datang, harapan fans MU melihat timnya main layaknya ManCity atau Barcelona meninggi. Bagaimana tidak, Ten Hag adalah asisten Pep Guardiola di Bayern Munich. Sedikitnya, dia tentu tahu gaya main yang atraktif, tapi mematikan.

Di musim 2022/23, hal itu perlahan-lahan mulai terlihat. MU mulai berani memainkan bola dari bawah, melakukan pressing aktif sejak dari wilayah pertahanan lawan, serta beberapa kali melakukan kombinasi di lini depan.

Namun, memasuki musim 2023/24, MU kembali ke setelan pabrik. Persentase penguasaan bola mereka menurun, dan mulai memainkan skema pragmatis seperti yang pernah dilakukan di era Ole Gunnar Solskjaer.

Tidak seperti musim lalu yang kolektif, MU musim ini kembali bertumpu pada Bruno Fernandes. Hal itu tidak salah, tetapi menilik apa yang pernah terjadi di masa lalu, sistem macam ini tak menghadirkan keberhasilan.

2. Kenapa sistem Ten Hag tidak jalan?

Potret Erik ten Hag usai MU keok 0-3 dari ManCity, Minggu (29/10/2023). (premierleague.com).

Ten Hag menyebut, tidak jalannya sistem yang coba diterapkan di MU musim ini karena kualitas pemain. Memang, MU kehilangan banyak pemain inti musim ini karena cedera, mulai dari Lisandro Martinez, Luke Shaw, Raphael Varane, hingga Tyrell Malacia.

Belum lagi, beberapa pemain seperti Sofyan Amrabat, Rasmus Hojlund, Mason Mount, Casemiro, dan Sergio Reguilon, absen dari skuad. Buntut dari absennya para pemain kunci ini, Ten Hag kesulitan menjalankan sistem yang dia inginkan.

Namun, eks pemain MU, Gary Neville. menyebut ada kesalahan Ten Hag di sini. Dia sadar absennya pemain memengaruhi kualitas skuad. Meski begitu, Ten Hag seharusnya bisa menerapkan sistem yang sama untuk pemain lain.

"Jika mau menerapkan gaya main tertentu, Ten Hag tak bisa melakukannya pada 11 pemain. Dia harus menerapkan itu pada semua pemain yang ada di tim. Sekarang, kejomplangan mulai terlihat di tim," ujar Neville, dilansir Sky Sports.

3. Membesarnya potensi Ten Hag didepak

Manajer MU, Erik ten Hag dalam jumpa pers jelang laga. (uefa.com).

MU memang tidak terlalu ciamik saat ini. Di Premier League, mereka hanya menghuni posisi delapan klasemen sementara. Di Liga Champions, mereka baru menang sekali, itu pun lawan Kopenhagen. Kualitas mereka benar-benar menurun.

Hal itu terjadi karena sistem permainan MU yang tidak jelas. Maksud hati ingin memainkan sistem penguasaan bola, mereka justru lebih fasih memainkan sepak bola serangan balik.

Buntut dari semua yang terjadi ini, potensi Ten Hag untuk didepak MU membesar. Dia akan mengalami apa yang pernah dialami Louis van Gaal, Jose Mourinho, hingga Ole Gunnar Solskjaer.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Sandy Firdaus
EditorSandy Firdaus
Follow Us