Stadion GBLA: Nista, Maja, tapi Tidak Utama

Jakarta, IDN Times - Dalam bahasa Sunda, ada semboyan yang disebut 'Nista, Maja, Utama'. Akan tetapi, bagi Stadion Gelora Bandung Lautan Api (Stadion GBLA), dan panitia pelaksana (panpel) pertandingan Persib, hal itu tampaknya tidak berlaku.
"Nista, Maja, Utama" ungkapan yang kerap digunakan untuk menggambarkan upaya seseorang yang terus berusaha sampai berhasil. Semboyan ini mirip dengan slogan yang kerap digemakan Tan Malaka, yakni "Terbentur, Terbentur, Terbentuk".
Namun, ungkapan itu tak bisa diwujudkan di Stadion GBLA. Setelah dua kejadian yang merenggut nyawa pada 2017 dan 2018, GBLA, yang digadang-gadang sebagai stadion megah, kembali jadi saksi bisu meninggalnya nyawa manusia pada 2022. Muncul lagi, tragedi di stadion ini
1. Dua nyawa melayang di laga Persib vs Persebaya

Dalam laga kedua fase grup Piala Presiden 2022, dua nyawa melayang di Stadion GBLA. Mereka adalah Ahmad Solihin, warga Kota Bandung, dan Sopiana Yusuf, warga Bogor.
Meninggalnya dua orang ini dikonfirmasi langsung oleh Kapolrestabes Bandung, Kombes Aswin Sipayung. Mereka meninggal diduga karena kehabisan oksigen saat berada di sekitar stadion, berdesak-desakan dengan fans lain.
"Keduanya meninggal usai petugas memberikan perawatan di rumah sakit Sartika Asih. Kedua orang yang meninggal itu diduga kehabisan oksigen, saat berada di sekitar stadion," ujar Aswin.
Setelah dinyatakan wafat, Aswin menyatakan kedua jenazah langsung diantar ke rumah duka. Jenazah Ahmad diantarkan ke Cibaduyut, sedangkan jenazah Sopiana langsung dibawa ke Bogor.
"Kami langsung bawa jenazah keduanya, ke Bogor juga, rumah duka untuk disampaikan langsung kepada pihak keluarga. Kami dari Polrestabes Bandung juga sampaikan langsung rasa duka kepada kedua keluarga," ujar Aswin.
2. GBLA sudah renggut empat nyawa
Sebelum meninggalnya Ahmad dan Sopiana, sudah ada dua nyawa yang melayang di Stadion GBLA. Pada 2017, Ricko Andrean meninggal dunia setelah dikeroyok di stadion. Kronologi meninggalnya Ricko juga terbilang tragis.
Peristiwa ini terjadi di masa jeda pertandingan, ketika Ricko dan temannya membeli makan. Ketika itu, dia tidak mengenakan atribut Viking lantaran gerah. Ketika makan, dia mendapati ada keributan. Seorang yang diduga The Jakmania tengah dipukuli.
Ketika menghampiri sumber keributan, target pemukulan oknum yang diduga The Jakmania bersembunyi di balik badannya. Ricko yang sudah tidak mengenakan atribut Persib, justru ikut dianggap sebagai anggota The Jak dan jadi korban pemukulan hingga akhirnya meninggal.
Pada 2018, GBLA kembali merenggut nyawa. Kali ini giliran Haringga Sirla yang meninggal dunia. Haringga, yang notabene The Jakmania, meninggal selepas dikeroyok oknum bobotoh di area parkir gerbang biru. Dia sempat diteriaki The Jakmania oleh sekelompok oknum tersebut.
Korban yang dikejar sempat meminta pertolongan kepada pedagang di sekitar sana. Namun, kerumunan tersebut mengeroyok korban dengan menggunakan balok kayu, piring, dan botol hingga korban meninggal dunia. Jenazah almarhum lantas dibawa ke RS Sartika Asih untuk dilakukan otopsi.
3. Stadion GBLA yang penuh dengan masalah

Selain karena banyaknya korban meninggal, Stadion GBLA memang kerap dilanda masalah. Sebelum Piala Presiden, stadion ini sempat jadi polemik lantaran berselisihnya Pemkot Bandung dan PT Adhi Karya selaku kontraktor, perkara izin pakai.
Ditambah, sebelum laga lawan Bali United, banyak potret di media sosial yang menunjukkan GBLA retak-retak di beberapa bagian. Kini, dengan adanya korban meninggal, kelayakan Stadion GBLA perlu dipertanyakan lagi.
Jadi, sesuai dengan semboyan bahasa Sunda di awal tulisan, Stadion GBLA itu "Nista, Maja, tetapi Tidak Utama". Karena, kesalahan demi kesalahan selalu berulang lagi di stadion ini.