4 Striker Tajam LaLiga yang Sebelumnya Flop di EPL, Antony Menyusul?

Penyerang Timnas Brasil, Antony, kembali membuktikan kualitasnya bersama Real Betis. Hingga 17 Februari 2025, pemain yang dipinjam dari MU ini sudah mencetak 3 gol dan 1 assist dalam 4 pertandingan bersama Béticos Verdiblancos. Performa apik ini langsung jadi buah bibir, terutama bagi fans Setan Merah yang sudah kecewa dengan permainan Antony selama 2,5 musim di Old Trafford.
Namun, fenomena pemain yang gagal di Premier League tetapi bersinar di LaLiga bukan hal baru. Bahkan tak sedikit penyerang top juga mengalami perjalanan serupa. Penasaran? Berikut penyerang-penyerang yang mengalami nasib serupa seperti Antony.
1. Diego Forlan mendapat penghargaan Golden Boot Eropa sebanyak dua kali
Striker asal Uruguay ini sempat dianggap gagal selama berseragam Manchester United. Ia tercatat hanya mencetak 17 gol dan 8 assist dari 98 pertandingan selama periode 2002 hingga 2004. Meski begitu, kepindahan Forlan ke LaLiga mengubah karier sepakbolanya menjadi lebih baik.
Bersama Villarreal dan Atletico Madrid, pemain berambut ikal ini berhasil mencetak 190 gol dari 325 laga. Catatan itu menjadikannya salah satu penyerang terbaik sepanjang sejarah LaLiga Spanyol. Forlan bahkan berhasil memenangkan Golden Boot Eropa sebanyak dua kali (2004/2005 dan 2008/2009).
2. Iago Aspas flop di Liverpool tetapi sangat berbahaya ketika berseragam Celta Vigo
Iago Aspas dikenal sebagai salah satu pemain yang gagal bersinar di Premier League. Namun, namanya justru muncul sebagai salah satu striker tertajam di LaLiga Spanyol. Kariernya di Inggris sebenarnya tidak terlalu lama, yakni saat membela Liverpool pada musim 2013/2014. Bersama The Reds, ia hanya mampu mencetak 1 gol dari 15 pertandingan selama di Anfield.
Namun, kepindahannya ke Spanyol bersama Sevilla dan Celta Vigo mengubah karier sepakbolanya. Bersama Sevilla, ia bahkan berhasil meraih gelar Liga Europa pada musim 2014/2015. Sementara bersama Celta Vigo, ia sangat berbahaya dengan mencatatkan 211 gol dan 82 assist dari 511 pertandingan di semua kompetisi. Bahkan pada usia 37 tahun, ia masih menjadi andalan klub dan dipercaya sebagai kapten tim.
3. Alexander Sorloth pernah berseragam Crystal Palace pada musim 2017/2018
Penggemar Premier League mungkin sedikit yang sadar jika Alexander Sorloth pernah berseragam Crystal Palace. Bersama The Eagles, ia hanya mencetak 1 gol dan 1 assist dari 20 pertandingan selama bermain di Inggris. Setelah gagal bersinar di EPL, ia sempat dipinjamkan ke klub Turki sebelum akhirnya menemukan performa terbaiknya di LaLiga Spanyol.
Bersama Real Sociedad dan Villarreal, Sorloth menjadi salah satu striker patut diwaspadai. Ia mencetak 24 gol dari 90 laga bersama Real Sociedad dan 26 gol dalam 41 pertandingan di Villarreal. Pada musim ini, Sorloth bergabung dengan salah satu raksasa Spanyol, Atlético Madrid. Meski masih diplot sebagai pelapis oleh Diego Simeone, tetapi ia telah mencetak 12 gol bersama Los Rojiblancos.
4. Fabio Silva menemukan kembali sentuhannya ketika bermain untuk Las Palmas
Fabio Silva didatangkan oleh Wolverhampton pada usianya masih 18 tahun pada 2019/2020. Ia datang dengan harga mahal mencapai 40 juta euro atau Rp680 miliar dari FC Porto. Wolves berani mengambil keputusan ini dengan harapan jika Silva akan jadi salah satu striker hebat. Sayangnya, adaptasi Silva di Inggris tidak berjalan mulus. Ia lebih sering dipinjamkan ke klub lain, salah satunya Las Palmas pada musim ini.
Menariknya, saat dipinjamkan ke Las Palmas, Silva seakan menemukan kembali sentuhannya. Ia telah mencetak 7 gol dari 17 pertandingan, termasuk dua gol ke gawang raksasa Spanyol, Barcelona dan Real Madrid. Statistik ini sangat kontras dengan catatannya selama berseragam Wolves. Striker yang kini berusia 22 tahun itu hanya mampu mencetak 5 gol dari 72 pertandingan di seluruh kompetisi.
Kegagalan di Premier League tidak selalu berarti akhir dari karier seorang striker. LaLiga sering kali menjadi tempat yang lebih cocok bagi beberapa penyerang yang gagal di Inggris. Kasus Antony, yang akhir-akhir ini tajam, menjadi salah satu contoh nyata. Mampukah Antony bisa terus konsisten seperti pendahulunya? Mari kita saksikan bersama.