Timnas Indonesia Kini Setara dengan 7 Negara Antah Berantah Ini

Ada yang pernah dengar nama negara ini? Tentu sangat jarang. Maklum, Guam adalah negara kecil di Samudra Pasifik dengan luas 320 kilometer persegi, atau setara dengan Kota Surabaya. 

Jangan tanya soal sepak bola, Timnas Guam saat ini berada di peringkat 198 dunia FIFA. Rangking terbaik mereka adalah 157 pada tahun 2016 lalu. Pada kualifikasi Piala Dunia 2022, mereka 'abadi' sebagai juru kunci grup A dengan hanya mencetak 2 gol dan kebobolan 29 gol. Bahkan, dua pertandingan melawan Cina berakhir tragis. Mereka babak belur dengan skor yang sama, yaitu 7-0. 

Jika di grup A ada Guam, juru kunci grup B hampir pasti menjadi milik Timnas Taiwan. Mereka tak sekalipun meraih poin dari 7 kali bertanding. Dalam sejarah sepak bolanya, Timnas Taiwan sebenarnya pernah berjaya dengan dua kali meraih medali emas Asian Games, tepatnya tahun 1954 dan 1958. Setelah masa emas itu, hampir tak ada lagi prestasi yang mereka catatkan.

Untuk urusan rangking FIFA, Taiwan juga jauh di atas Indonesia. Mereka berada di posisi 141 dunia. Indonesia sendiri sempat bertemu dengan Taiwan pada babak penyisihan Asian Games 2018 lalu. Kala itu, tim asuhan Luis Milla menang dengan skor 4-0. 

Di grup C, Kamboja menjadi penghuni tetap di dasar klasemen. Betapa tidak, hingga matchday ke-7, mereka adalah negara dengan kebobolan terbanyak di kualifikasi zona Asia. Dari 7 kali bertanding, Kamboja tercatat sudah kemasukan sebanyak 34 kali dan hanya memasukkan dua gol. Pada babak ini, Kamboja bahkan pernah 'dirukyah' oleh Iran dengan skor 0-14. Rangking FIFA mereka kini hanya terpaut satu strip di bawah Indonesia, yaitu 174. 

Meski begitu, Kamboja juga terus berbenah. Selain membangun stadion internasional baru, klub-klub di Kamboja juga sudah mulai menata diri agar lebih profesional. 

Yaman bisa dibilang menjadi salah satu negara di Timur Tengah dengan kondisi sepak bola paling tertinggal. Dibanding tetangganya, negara ini menjadi satu-satunya yang menjadi juru kunci di kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia. Wajar jika Yaman kurang menggubris sepak bolanya. Pemerintah setempat lebih banyak memikirkan krisis politik dan konflik yang masih terus terjadi.

Tahun 2005 menjadi masa kelam bagi mereka. Federasi sepak bola mereka dibekukan oleh FIFA karena adanya campur tangan pemerintah.

Layaknya beberapa negara Asia Selatan lain, sepak bola bukan olahraga favorit di Bangladesh. Wajar jika kemudian Bangladesh selalu berkutat di rangking bawah FIFA. Negara tetangga India ini kini berada di urutan 184 dunia. Meski begitu, mereka tercatat beberapa kali menjuarai kompetisi sepak bola regional seperti South Asia Football Federation pada tahun era 90an sampai 2000an awal.

Pada babak kualifikasi Piala Dunia zona Asia, Bangladesh juga babak belur. Mereka hanya mengantongi 2 poin dari 7 kali bertanding. Sebuah pencapaian yang lebih baik ketimbang Indonesia yang baru mengoleksi 1 poin.

Timnas Mongolia serasa menjadi juara setelah mampu menumbangkan Timnas Kyrgiztan pada lanjutan kualifikasi Piala Dunia zona Asia pekan lalu. Maklum, kemenangan adalah barang langka. Apalagi, pada pertandingan sebelumnya, mereka hancur lebur oleh Jepang dengan skor 0-14.

Kemenangan ini pun menjadi yang kedua pada laga kualifikasi yang mereka jalani. Seperti Yaman, federasi sepak bola Mongolia pun pernah mendapat sanksi pembekuan dari FIFA pada tahun 2011. 

Satu lagi negara yang menjadi juru kunci pada kualifikasi Piala Dunia zona Asia 2022 adalah Sri Lanka. Tak ada catatan prestasi yang ditorehkan oleh Sri Lanka sejak federasi sepak bola mereka berdiri pada 1939. Sri Lanka seolah hanya menjadi 'tim hore' dalam setiap kompetisi. 

Pada kualifikasi Piala Dunia 2022 misalnya, negara dengan rangking 7 dari bawah ini pernah dihajar Korea Selatan dengan 8 gol tanpa balas. Bahkan, dari 6 pertandingan yang sudah dilakoni, mereka tak sekalipun mendapat poin.  

Itu tadi 7 negara yang saat ini menjadi juru kunci pada kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Asia. Diakui atau tidak, Indonesia kini satu kelas dengan mereka. Sebuah label yang tentunya sangat tak diharapkan oleh para penggemar Timnas. Tapi mau bagaimana lagi, jika tak segera berbenah, bukan tak mungkin kita bisa lebih buruk dari mereka.